• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Refleksi Hari Santri 2024: Mari Ciptakan Lingkungan Pesantren yang Aman dan Bebas dari Perundungan

Pesantren memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif bagi perkembangan intelektual serta spiritual santri

Fajar Pahrul Ulum Fajar Pahrul Ulum
15/10/2024
in Publik
0
Perundungan di Pesantren

Perundungan di Pesantren

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Peringatan Hari Santri menjadi momentum penting untuk merenungkan peran besar pesantren dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia dan berilmu. Namun, di balik itu, kita tak bisa menutup mata terhadap tantangan yang masih sering terjadi di pesantren, yaitu perundungan terhadap santri.

Baru-baru ini, di Kabupaten Aceh Barat, seorang santri disiram air cabai oleh istri pimpinan pesantren. Mengutip dari Detik.com, kasus ini terjadi pada 30 September 2024 setelah korban ketauan merokok. Tindakan istri pimpinan pesantren itu kemudian dilaporkan oleh keluarga korban ke Polres Aceh Barat untuk diproses secara hukum.

Fenomena perundungan di pesantren bukanlah hal yang baru. Beberapa santri kerap mengalami kekerasan verbal, fisik, bahkan mental dari teman sebayanya atau bahkan dari senior, termasuk pengurus pondok.

Kondisi seperti ini menimbulkan kekhawatiran serius, mengingat pesantren seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk belajar dan tumbuh untuk memperdalam ilmu agama.

Pesantren: Rumah Pendidikan, Bukan Ruang Kekerasan

Sebagai lembaga pendidikan yang memiliki nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang kuat, pesantren seharusnya menjadi tempat yang mengajarkan kasih sayang, dan sikap saling menghormati. Namun, kasus-kasus perundungan yang terungkap menunjukkan bahwa ada celah dalam sistem pengawasan dan pola pendidikan di beberapa pesantren.

Baca Juga:

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Budaya senioritas yang berlebihan kerap menjadi akar masalah perundungan ini. Para santri senior, yang merasa memiliki otoritas lebih, seringkali memaksakan kekuasaan mereka kepada santri junior. Tak jarang, tindakan ini disertai dengan intimidasi atau bahkan kekerasan fisik.

Meski sebagian besar pesantren menolak praktik-praktik ini, tidak bisa dipungkiri bahwa kasus-kasus tersebut tetap ada dan merusak citra pesantren secara umum. Kini, banyak orang yang mengklaim bahwa pesantren bukan tempat yang aman untuk menitipkan anak.

Mengingat begitu prihatinnya, fenomena perundungan di pesantren ini harus segera ditanggulangi supaya tidak ada korban lagi dan citra pesantren tidak semakin buruk.

Langkah Pencegahan

Untuk mengatasi hal ini, salah satu cendikiawan muda, alumni Ma’had Aly Situbondo, Gus Husain Fahasbu, menawarkan tujuh langkah teknis untuk mengatasi perundungan di pondok pesantren.

Pertama, tanamkan sikap amanah, terutama bagi pemimpin dan pengelola pondok pesantren, bahwa santri yang datang ke pesantren kita adalah amanah yang salah sedikit saja mengatur atau mengarahkan mereka berubah menjadi khianat.

Dengan menanamkan sikap ini, kiranya pimpinan pesantren dan jajarannya tidak akan menerapkan sanksi yang tidak wajar dan tidak manusiawi.

Kedua, membangun relasi yang cinta kasih dan egaliter antara santri dengan pengurus pondok, termasuk juga antar sesama santri. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan relasi senioritas dan relasi kuasa jabatan pondok yang selama ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perundungan di pesantren.

Ketiga, membuat penegasan yang lantang dari pimpinan tertinggi pondok, bahwa di pesantren tidak boleh ada sanksi fisik dari siapapun. Hal ini penting ia lakukan, guna untuk mengurangi otoritas pengurus pondok supaya tidak semena-mena dalam menjatuhkan sanksi.

Keempat, memperbaiki SDM pada bidang keamanan dan ketertiban. Bahwa yang layak menjadi keamanan bukan sekedar bermuka sangar dan berbadan keker, tapi juga pemahamannya tentang konsep fikih dan nilainya terkait dengan sanksi (ta’zir).

Gerakan Anti Perundungan

Kelima, membangun gerakan anti perundungan. Hal ini harus menjadi gerakan semesta pesantren. Semua pihak seperti pengasuh, pengajar dan pengurus wajib menyuarakan bahwa perundungan itu perilaku tercela dan harus mereka hindari.

Keenam, mengevaluasi sistem Pendidikan. Terjadinya perundungan di pesantren merupakan pertanda bahwa nilai ajaran Islam dan Kepesantrenan tidak diserap dan dihayati. Jika nilai dan ilmu yang diajarkan terserap, harusnya perundungan itu tidak terjadi.

Ketujuh, harus seimbang antara pemberian hukuman dengan apresiasi dari pihak pesantren. Keseimbangan ini akan melahirkan iklim Pendidikan pesantren yang baik, bahwa segala hal ada konsekuensinya. Jika melakukan perbuatan tercela akan mendapat hukuman, sebaliknya jika tidak akan mendapatkan penghargaan.

Dari ketujuh langkah teknis yang ditawarkan Gus Husain Fahasbu ini, beberapa langkah seperti membangun relasi yang cinta kasih dan egaliter, memperbaiki SDM pada bidang keamanan, membuat gerakan anti perundungan dan mengevaluasi sistem pendidikan, saya sangat setuju mulai diterapkan di masing-masing pondok pesantren sebagai ikhtiar pencegahan perundungan.

Menuju Pesantren Bebas Perundungan di Tahun 2024

Momentum peringatan Hari Santri 2024 ini harus menjadi titik awal perbaikan di dunia pesantren, khususnya dalam menangani masalah perundungan. Pesantren memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif bagi perkembangan intelektual serta spiritual santri.

Ke depan, semoga semakin banyak pesantren yang berani berbenah, membenahi sistem, dan pengawasan. Serta terus menguatkan nilai-nilai akhlak mulia di kalangan santri.

Dengan demikian, pesantren tidak hanya menjadi tempat pendidikan agama yang unggul. Tetapi juga menjadi rumah yang penuh dengan rasa kasih sayang, toleransi, dan bebas dari segala bentuk kekerasan. []

Tags: amanbebasCiptakanHari Santri 2024perundunganpesantrenRefleksi
Fajar Pahrul Ulum

Fajar Pahrul Ulum

Peserta Mubadalah Academy Batch 1 saat ini sedang menempuh studi akhir di kampus ISIF Cirebon

Terkait Posts

Perempuan dan Pembangunan

Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

12 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Negara Inklusi

Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara Inklusi

    Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara
  • Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID