• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Salahkah Menjadi Perempuan Berpendidikan?

Nurul Annisa Ladjadji Nurul Annisa Ladjadji
20/11/2021
in Publik
0
perempuan, berpendidikan
37
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di zaman yang katanya sudah canggih ini, ternyata masih banyak orang yang mempertanyakan tingginya pendidikan perempuan. Bahkan, sebagian masyarakat masih beranggapan jika tugas perempuan hanya di dapur, sumur dan dapur. Dari asumsi-asumsi tersebut, salahkah menjadi perempuan berpendidikan?

Perempuan adalah pendidik pertama dan utama. Perempuan akan menjadi seorang ibu. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, segala tentangnya adalah teladan pertama yang dijumpai anak-anaknya. Anak-anaknya berhak dididik dan dibesarkan oleh ibu cerdas yang berpendidikan dan berakhlak mulia.

Bukan berarti tugas mendidik hanya diberikan kepada ibu saja, ayah juga berpengaruh terhadap proses pendidikan anak, meski tidak seotentik seorang ibu. Bukankah kita sering mendengar jika ibu yang cerdas akan menghasilkan anak yang cerdas.

Hal tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan akan berpengaruh dalam pola pikir dalam berkeluarga, cara mendidik anak dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan di keluarga. Pendidikan tinggi yang dimaksud ini juga bukan hanya berbicara tentang pendidikan formal yang kita peroleh di sekolah atau universitas, tetapi diperlukan bimbingan pendidikan non formal. Bagaimana seorang perempuan memiliki pengetahuan yang luas dan berusaha meraih pendidikan yang lebih baik.

Pada masa sekarang ini seharusnya masalah pendidikan tidak memandang gender, baik itu kaum perempuan ataupun kaum laki-laki. Sebab, eksistensi perempuan semakin terlihat di berbagai bidang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya profesi yang dulu dianggap hanya bisa dilakukan oleh kaum laki-laki, kini perempuan pun bisa membuktikan bahwa perempuan itu juga bisa, bahkan tak kalah baik jika diadu kualitasnya.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Baca Juga:

Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Contohnya supir bus, juru parkir, montir, kepala sekolah, kepala desa, menteri bahkan presiden sekalipun. Perempuan berpendidikan tinggi di Indonesia masih lekat dengan streotipe yang bias gender. Padahal, hasil yang dituai dari pendidikan tinggi itu juga untuk pengembangan Indonesia sendiri.

Perempuan dan pendidikan, kedua elemen yang berbeda namun tak dapat dipisahkan. Dua hal ini yang kerap menjadi sebuah perbicangan yang menarik. Bagaimana tidak, sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita telah dikumandangkan oleh R.A.Kartini. Dia mengajarkan pentingnya emansipasi terhadap perempuan, minimal melalui pemberian akses pendidikan secara luas. Sehingga kemudian dianggap menjadi sesuatu hal yang penting oleh sebagian kalangan.

Namun, dalam praktiknya masih belum berjalan maksimal, dalam banyak hal perempuan masih memiliki sejumlah rintangan dan ketertinggalan untuk bisa mendapatkan yang terbaik dibidang pendidikan. Karena tidak semua lembaga pendidikan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk dapat menempuh pendidikan seperti halnya para pria, belum lagi masalah perekonomian.

Juga rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan yang tinggi bagi perempuanlah yang membuat sebagian perempuan kerap mengesampingkan masalah pendidikan. Padahal sejatinya perempuan memang terlahir untuk menjadi hebat dan melahirkan orang-orang hebat. Maka, ketika perempuan yang menempuh dunia pendidikan formal, ia pasti tahu betul bagaimana harus menjadikan pendidikan sebagai “ibu” yang mengajarkan, mendidik, juga menghidupi mereka yang dididik.[]

Nurul Annisa Ladjadji

Nurul Annisa Ladjadji

Terkait Posts

Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Kasih Sayang Islam

Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

29 Maret 2023
Ruang Anak Muda

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

29 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist