• Login
  • Register
Jumat, 22 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Sebuah Refleksi Membangun Kembali Kesadaran Sosial

Mari membangkitkan kesadaran sosial di dalam hati generasi baru melalui pendidikan yang sehat, dan kepatuhan pada nilai-nilai moral, serta ajaran agama/kepercayaan/keyakinan yang benar

Efrial Ruliandi Silalahi Efrial Ruliandi Silalahi
23/05/2022
in Pernak-pernik
0
Membangun Kembali Kesadaran Sosial

Membangun Kembali Kesadaran Sosial

465
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Artikel ini akan membahas terkait sebuah refleksi membangun kembali kesadaran sosial. Dalam kehidupan, pengalaman mistik (iman) menuntun setiap orang untuk memandang dalam diri sesamanya untuk didukung serta dikasihi. Melalui pengalaman mistik (iman) pada Tuhan, yang telah menciptakan alam semesta, ciptaan, dan seluruh umat manusia (setara dengan rahmat-Nya).

Kita dipanggil untuk membangun kembali kesadaran sosial, dan menyatakan persaudaraan manusia ini dengan melindungi ciptaan dan seluruh alam semesta serta mendukung semua orang, terutama mereka yang paling miskin dan yang paling membutuhkan. (Baca: Kisah saat Umar bin Khattab Bertemu dengan Perempuan Miskin)

Nilai transendental ini berfungsi sebagai titik awal untuk sejumlah pertemuan yang ditandai dengan suasana persahabatan dan persaudaraan di mana kita berbagi sukacita, dukacita, dan berbagai masalah dunia kita saat sekarang. Untuk itu, catatan ini adalah sebuah refleksi untuk membangun kembali kesadaran sosial. Kita melakukan ini dengan mempertimbangkan kemajuan peradaban dan teknologi.

Terkait membangun kembali kesadaran sosial kita, kita juga perlu mempertimbangkan tingkat kemiskinan, konflik dan penderitaan begitu banyak di berbagai belahan dunia sebagai akibat dari gencatan senjata, ketidakadilan sosial, korupsi, ketimpangan, kemerosotan moral, diskriminasi, ekstrimisme, dan banyak sebab lainnya.

Dari diskusi-diskusi kita yang penuh persaudaraan dan terbuka, dan dari pertemuan-pertemuan yang mengungkapkan harapan besar di masa depan yang cerah bagi semua umat manusia, tentu akan lahir sebuah gagasan  tentang membangun kembali kesadaran sosial, melalui persaudaraan manusia. Ini adalah perwujudan yang telah dipikirkan secara jujur dan serius sehingga menjadi pernyataan bersama tentang cita-cita yang baik dan tulus.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia
  • Selalu Ada Alasan untuk Bertahan Hidup
  • Ethical Implications: Relasi Guru dan Murid dalam Membangun Kesalingan
  • Mengapa Konsep Mu’asyarah bil Ma’ruf Menjadi Kunci Penting dalam Relasi Kemanusiaan?
  • Inspirasi Menulis Refleksi untuk Membangun Kembali Kesadaran Sosial

Baca Juga:

Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia

Selalu Ada Alasan untuk Bertahan Hidup

Ethical Implications: Relasi Guru dan Murid dalam Membangun Kesalingan

Mengapa Konsep Mu’asyarah bil Ma’ruf Menjadi Kunci Penting dalam Relasi Kemanusiaan?

Gagasan yang mengundang semua orang dalam persaudaraan manusia untuk bersatu dan bekerja bersama sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman bagi generasi mendatang untuk memajukan budaya saling menghormati dalam kesadaran akan rahmat ilahi yang agung, yang menjadikan semua manusia sebagai saudara.

Tuhan telah menciptakan seluruh manusia yang setara dalam hak, kewajiban dan martabat, dan yang telah dipanggil untuk hidup bersama sebagai saudara, untuk memenuhi bumi dan untuk mewartakan (berdakwah) tentang nilai-nilai kebaikan, cinta, dan kedamaian. Orang miskin, orang melarat, orang yang terpinggirkan, dan mereka yang paling membutuhkan, yang bagi mereka Tuhan telah hadir melalui kita untuk membantu sebagai tugas yang dituntut dari semua orang.

Terutama bagi orang kaya dan berkecukupan. Anak yatim, para janda, para pengungsi dan mereka yang diasingkan dari tanah air dan negara mereka, korban perang, penganiayaan dan ketidakadilan, mereka yang lemah, mereka yang hidup ketakutan, para tawanan perang, dan mereka yang disiksa di setiap bagian dunia manapun, tanpa perbedaan.

Orang-orang yang telah kehilangan keamanan, kedamaian, dan kemungkinan untuk hidup bersama, karena menjadi korban kehancuran, malapetaka, dan perang. Atas nama persaudaraan manusia yang merangkul semua manusia, menyatukan kita dan menjadikan kita setara. Atas nama kebebasan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada semua manusia dengan menciptakan kita bebas dan menjadikan kita berbeda berkat rahmat ini. Atas nama keadilan dan rasa welas kasih serta semua orang yang berkehendak baik yang ada di setiap bagian dunia.

Mari kita menyatakan untuk menerima budaya dialog sebagai jalan, kerjasama timbal balik sebagai kode etik, saling pengertian sebagai metode dan standar bersama. Mari membangun kembali kesadaran sosial dengan menyerukan kepada diri kita sendiri untuk bekerja keras menyebarkan budaya toleransi dan hidup bersama dalam damai, untuk ikut campur tangan selekas mungkin untuk menghentikan kekerasan atas nama apapun, mengakhiri peperangan, konflik, diskriminasi, kerusakan lingkungan dan kemerosotan moral dan budaya yang dialami dunia saat ini.

Inspirasi Menulis Refleksi untuk Membangun Kembali Kesadaran Sosial

Ide awal tulisan yang berjudul Sebuah Refleksi untuk Membangun Kembali Kesadaran Sosial berangkat dari kegelisahan mendalam atas realitas kita dewasa ini, dengan menilai keberhasilannya, dan dalam solidaritasnya dengan penderitaan, bencana dan malapetaka, meyakini dengan teguh bahwa di antara penyebab utama dari krisis dunia modern adalah ketidakpekaan hati nurani manusia, penjauhan dari nilai-nilai agama dan individualisme yang tersebar luas disertai dengan filsafat materialistis yang mendewakan manusia dan memperkenalkan nilai-nilai duniawi dan material sebagai pengganti prinsip-prinsip tertinggi dan transendental.

Seraya mengakui langkah-langkah positif yang diambil oleh peradaban modern kita di bidang sains, teknologi, industri, dan kesejahteraan, terutama di negara-negara maju, kita harus menekankan bahwa, terkait dengan kemajuan bersejarah seperti itu, betapa hebat dan bernilainya hal-hal tersebut, terdapat kemerosotan moral yang mempengaruhi tindakan dan melemahnya nilai-nilai dan tanggung jawab rohani. Sehingga penting untuk membangun kembali kesadaran sosial.

Semua ini berkontribusi pada perasaan frustasi umum, keterasingan, dan keputusasaan yang membuat banyak orang jatuh ke dalam pusaran ekstrimisme atau fundamentalisme keagamaan, atau ke dalam ekstrimisme fanatik dan buta, yang pada akhirnya memicu bentuk-bentuk ketergantungan dan penghancuran diri individual dan kolektif.

Pada konteks ini sangat jelas bahwa bagaimana keluarga sebagai inti dasar masyarakat dan bagian dari umat manusia sangat penting dalam melahirkan anak-anak ke dunia, membesarkan mereka, mendidik  mereka, dan membina mereka dengan pendidikan moral yang kuat dan rasa aman di rumah. Menyerang lembaga keluarga, meremehkan atau meragukan peran pentingnya, adalah salah satu kejahatan yang paling mengancam di jaman sekarang. Tuhan menciptakan kita untuk saling memahami, saling bekerja sama, dan hidup sebagai saudara yang saling mengasihi.

Mari membangkitkan dan membangun kembali kesadaran sosial di dalam hati generasi baru melalui pendidikan yang sehat dan kepatuhan pada nilai-nilai moral dan ajaran agama/kepercayaan/keyakinan yang benar. Dengan cara membangun kembali kesadaran sosial ini, kita dapat menghadapi kecenderungan yang individualistis, egois, saling bertentangan, dan juga mengatasi radikalisme dan ekstrimisme buta dalam segala bentuk dan ungkapannya.

Pada akhir tulisan ini, sepenggal bait indah dari band punk rock Superman Is Dead (SID), “Ayo bangun dunia di dalam perbedaan, jika satu tetap kuat kita bersinar. Harus percaya tak ada yang sempurna, dan dunia kembali tertawa”. []

*)Tulisan ini saya dedikasikan untuk mengenang “Tragedi Trisakti dan Semanggi” 24 tahun silam.

Tags: kehidupankemanusiaanKesadaran SosialPerdamaianpersaudaraantoleransi
Efrial Ruliandi Silalahi

Efrial Ruliandi Silalahi

Suka Menonton Film dan Pemburu Buku Gratisan

Terkait Posts

Penari Perempuan Sunda

Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

22 September 2023
Hadis Jihad

Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 

21 September 2023
Jihad Rumah Tangga

Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga

21 September 2023
Jihad Rumah Tangga

Jihad di Dalam Rumah Tangga Bersifat Resiprokal

21 September 2023
Jihad Perempuan

Pada Masa Nabi Muhammad Saw Banyak Perempuan yang Ikut Jihad Bela Negara

21 September 2023
Jihad Perempuan

Jihad Perempuan di Masa Nabi Muhammad Saw

20 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hadis Jihad

    Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Jalan Pejuang Nahdlatul Ulama Prof Dr Sri Mulyati MA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Etika Sufi Ibn Arabi (2): Mendekati Tuhan dengan Merawat Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa
  • Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist