• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Serial Mask Girl: Lookism, Beauty Privilege, dan Objektifikasi Tubuh Perempuan

Serial ini sungguh menyindir kondisi masyarakat saat ini yang sangat menuntut seseorang, baik laki-laki maupun perempuan untuk berparas menarik

Nabila Hanun Nabila Hanun
09/10/2023
in Film
0
Mask Girl

Mask Girl

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada 18 Agustus 2023, rumah produksi film dan serial Netflix kembali menayangkan serial drama Korea terbaru mereka dengan judul Mask Girl. Serial ini terbilang unik karena untuk satu karakter film saja, memerlukan tiga aktor perempuan yang berbeda untuk memerankannya. Netflix sengaja melakukan hal tersebut untuk memberikan gambaran yang mendalam terkait fase kehidupan karakter tersebut.

Sinopsis Mask Girl

Mask Girl menceritakan seorang wanita kantoran bernama Kim Mo-mi yang sedari kecil memiliki cita-cita menjadi idol. Akan tetapi, cita-cita tersebut tidak terwujud karena kondisi wajahnya yang “tidak mendukung.”

Alhasil, dia hanya menjadi pekerja kantoran biasa yang kehidupannya sangat monoton. Di samping menjadi pekerja kantoran biasa, tidak ia sangka Kim Mo-mi memiliki pekerjaan sampingan menjadi streamer platform online.

Saat menjadi streamer, seketika ia berubah menjadi wanita seksi yang mengenakan topeng untuk menutup mukanya. Ia memilih pekerjaan sampingan ini karena merasa walau wajahnya tidak cantik, namun tetap terberkati tubuh yang seksi.

Masalah timbul saat ia tidak sengaja melakukan siaran langsung yang memperlihatkan tubuhnya tanpa sehelai kain karena mabuk. Akibat perbuatannya ini, akun siaran langsungnya dicekal.

Baca Juga:

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

Merasa bosan, Mo-mi kemudian menghubungi salah satu penonton setianya –seorang laki-laki, dan mengajaknya untuk bertemu. Hari mereka bertemu tiba. Pada awalnya mereka menikmati waktu bersama, namun Mo-mi merasa tidak nyaman ketika penonton mengajaknya ke sebuah motel dengan dalih supaya mereka bisa mengobrol lebih nyaman.

Mo-mi akhirnya mengetahui bahwa ia hanya dimanfaatkan dan hendak dilecehkan. Merasa harus mempertahankan kehormatannya, Mo-mi melawan laki-laki tersebut dan tidak sengaja membuatnya terluka parah. Panik, tiba-tiba ponselnya berdering.

Rupanya yang menelpon Mo-mi adalah teman kantornya yang bernama Joo Oh-nam. Rekannya tersebut segera menghampirinya dan membantu “membersihkan” tempat kejadian. Mo-mi disuruh pulang tanpa banyak bertanya.

Dalam serial Mask Girl ini, bercerita juga bahwa Joo Oh-nam memiliki perasaan terpendam kepada Kim Mo-mi serta menjadi penonton setia siaran Mo-mi. Joo Oh-nam memiliki kepribadian yang tertutup, sangat menggemari anime bermuatan pornografi, dan berpenampilan fisik tidak menarik. Sehingga membuatnya terkucilkan dan memiliki kelainan seksual yang tidak wajar. Seringkali Joo Oh-nam membayangkan Kim Mo-mi berhubungan seksual dengannya.

Fenomena Lookism dan Beauty Privilege

Serial ini sungguh menyindir kondisi masyarakat saat ini yang sangat menuntut seseorang, baik laki-laki maupun perempuan untuk berparas menarik. Kita pastinya juga sudah sangat sering mendengar perkataan jika seseorang good looking, maka sudah menyelesaikan setengah dari masalah hidupnya.

Dalam ilmu psikologi, fenomena ini kita sebut sebagai lookism. Melansir dari Kumparan, fenomena lookism merujuk pada tindakan diskriminatif yang berdasarkan pada penampilan fisik seseorang.

Fenomena lookism dan beauty privilege merupakan dua hal yang mampu menggerogoti martabat manusia. Dalam konteks apapun seperti asmara, pekerjaan, dan bermasyarakat, seseorang yang kita anggap good looking akan lebih mudah beradaptasi di ketiga hal tersebut.

Sebagai contoh dalam hal melamar pekerjaan, kita banyak menemui kriteria utamanya ialah yang berpenampilan menarik. Atau saat bermain dating apps, pasti hal pertama yang terlihat ialah fisik. Relasi ini sangat tidak seimbang karena tidak hanya mendiskriminasi perempuan, namun laki-laki juga dapat terkena imbasnya. Selain itu berpotensi menimbulkan perlakuan kekerasan atau bullying hanya karena seseorang tersebut “tidak cantik atau tidak ganteng”.

Kedua fenomena ini jika tidak tertangani dengan baik, akan menjadi bom waktu sendiri dalam diri seseorang. Ini terlihat pada saat Kim Mo-mi kecil yang sering mendapatkan komentar tidak mirip dengan ibunya yang berparas cantik dan suka diperlakukan tidak adil di kantornya.

Hal yang serupa juga Joo Oh-nam alami yang semasa sekolah selalu di-bully karena fisiknya yang gemuk. Luka dan trauma masa kecil ini kemudian tidak terkelola dengan benar, membuat kedua karakter ini memiliki sisi lain yang tidak dunia ketahui. Kim Mo-mi yang menjadi streamer seksi dan rela melakukan apapun demi disukai banyak orang. Joo Oh-nam yang memiliki fantasi seksual yang tidak wajar karena dia sangat kesepian.

Objektifikasi Tubuh Perempuan

Serial ini juga menyoroti banyaknya fenomena masyarakat yang mengobjektifikasi tubuh perempuan sebagai objek seksual. Hal ini terlihat pada scene Kim Mo-mi yang diajak ke motel oleh salah satu penontonnya.  Dalam serial ini menceritakan salah satu penontonnya tersebut merasa tertipu karena mengira Kim Mo-mi memiliki paras yang cantik.

Sebagai bentuk balas dendamnya, penonton tersebut hendak memperkosa Kim Mo-mi karena memiliki pemikiran “setidaknya aku telah mencicipi tubuhnya walau wajahnya tidak menarik”. Scene lainnya yang berhubungan juga dengan hal ini ialah saat Joo Oh-nam melakukan pemerkosaan terhadap Kim Mo-mi. Ini berlandaskan pada fantasi seksualnya yang tidak wajar.

Cara pandang ini sungguh merugikan perempuan, serta menempatkan perempuan pada kelompok yang rentan. Mengutip dari Girls Beyond, fenomena objektifikasi tubuh perempuan beresiko melahirkan pola pikir masyarakat yang memandang, menilai, bahkan memakai sesuka hati tanpa perlu memikirkan pendapat si pemilik tubuh.

Kemudian lahirlah narasi bahwa perempuan diperkosa karena tubuhnya mengundang. Ini tidak masuk akal karena tidak akan terjadi ruda paksa jika sedari awal tidak memikirkan hal tersebut. Perlu kita ingat juga bahwa tindak pemerkosaan tidak mengenal gender korbannya dan pakaian yang ia gunakan.

Dengan demikian, hubungan yang kompleks antara fenomena lookism, beauty privilege, dan objektifikasi tubuh perempuan perlu kita gali dan basmi hingga ke akar-akarnya jika ingin menghentikan struktur masyarakat yang merugikan kepada sesama. []

Tags: Drama KoreaReview FilmseksualitasSerial Mask Girltubuh perempuan
Nabila Hanun

Nabila Hanun

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version