• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Sisi Lain dari Haul Gus Dur ke-10 di Cirebon, yang Bikin Semua jadi Ambyar

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
30/01/2020
in Personal
0
Haul Gus Dur ke-10 di Cirebon

Haul Gus Dur ke-10 di Cirebon

18
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pak Marzuki Wahid (depan berdiri) tengah membacakan monolog dalam haul Gus Dur Ke-10 di Cirebon, tepatnya di Aula Insitut Studi Islam Fahmina pada 16 Januari 2020 kemarin.

Entah mengapa saya ingin sekali membuka tulisan ini dengan mengutip kata-kata Ibu Nyai Hj. Badriyah Fayumi bahwa “segala tabu tidak menjadi alasan bagi Gus Dur untuk tidak melakukan hal yang menurutnya benar.”

Alasan saya mengutip pernyataan tersebut, karena akhir-akhir ini sering sekali melihat seorang suami yang bersedia mengasuh anak-anaknya ketika istrinya sedang melakukan kepentingan lain.

Tentu ini bukan sesuatu yang istimewa, mengingat tugas pengasuhan anak itu adalah tugas istri dan suami. Tetapi tidak jarang, justru laki-laki yang berbagi peran dengan istri dalam urusan domestik serta pengasuhan anak ini mendapatkan ejekan dari orang lain. seperti disebut dalam judul lagu tarling Pantura Laki Dadi Rabi, suami takut istri atau yang lebih kejam lagi ialah dunia terbalik.

Loh kok terbalik? Aah itu perasaanmu saja mereun…

Baca Juga:

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

Selain cerita Mba Alissa tentang Gus Dur yang membuat anak-anak muda teriak karena merasa kagum dengan sosok Gus Dur, dalam kegiatan Haul Gus Dur ke-10 yang diselenggarakan di Cirebon pada tanggal 16 Januari 2020 di ISIF juga menyuguhkan beberapa pemandangan yang istimewa. Salah satunya ialah ketika Pak Marzuki Wahid maju ke depan untuk membacakan monolog imaginer tentang Gus Dur dengan Buya Husein.

Tentu isi monolognya sangat keren, dan yang lebih keren lagi beliau selama berada di depan ditemani  oleh putrinya yang bernama Nasywa atau biasa dipanggil Chua. Gadis cilik yang baru berusia tiga tahun ini, dengan santainya makan jaburan yang disediakan oleh panitia pelaksana haul Gus Dur. Ia duduk manis di samping bapaknya yaitu Pak Marzuki Wahid.

Bagi sebagian orang, mungkin pemandangan ini sangat biasa saja. Tetapi bagi saya ini luar biasa. Chua yang tengah ditinggalkan oleh bundanya untuk kursus bahasa inggris di Pare beberapa minggu yang lalu, di asuh oleh beberapa teteh-teteh asal Garut yang kuliah di ISIF Cirebon dan juga oleh bapaknya.

Ketika Pak Marzuki ada di rumah, ia senantiasa menemani anak-anaknya untuk bermain. Mungkin ini adalah salah satu cara Pak Marzuki meneladani perilaku baik yang telah dicontohkan oleh Gus Dur selama hidupnya.

Mengingat bagaimana cara Gus Dur menjadi mitra yang sangat baik bagi istrinya Ibu Sinta Nuriyah, serta menjadi bapak yang hangat bagi keempat putrinya adalah dengan beliau senantiasa melakukan hal-hal yang bagi sebagian orang itu tidak pantas dilakukan oleh seorang suami.

Misalnya, Gus Dur bisa dan terbiasa melakukan urusan domestik seperti mencuci, memasak dan menggantikan popok. Gus Dur juga tidak melarang istrinya untuk bekerja dan beraktivitas di luar rumah begitupun anak-anaknya. Mereka senantiasa diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya masing-masing.

Selain mendengarkan lagu tarling berjudul Remang-Remang yang sering dinyanyikan Mbak Diana Sastra, cerita kehidupan rumah tangga Gus Dur juga benar-benar membuat saya merasa ambyar.

Dengan begitu, saya yakin hal ini sangat baik sekali untuk dijadikan teladan bagi orang-orang yang hendak menjadi seorang suami ataupun seorang ayah. Hal ini juga sangat mubadalah sekali. Istri maupun suami  punya tanggung jawab yang sama dalam mewujudkan keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Rahmah.

Selain itu, jujur sebagai anak muda yang masih menjomblo tentu hal ini sangat memotivasi saya untuk berdo’a dan berusaha, semoga  mendapatkan pendamping hidup yang mau diajak sebagai mitra, dan mau berbagi peran sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ehehehe… Peace

Jadi gimana, setelah membaca ini sudah cukup membuatmu merasa sebagai sobat ambyar bukan? Jika tidak, itu sangat wajar. Karena tidak ada yang paling ambyar kecuali dengerin lagu “Pamer Bojo” ciptaannya Didi Kempot. Salam cendol dawet…!

Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Laki-laki tidak bercerita

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

13 Mei 2025
Tonic Immobility

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

13 Mei 2025
Kemanusiaan

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

13 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nakba Day

    Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version