• Login
  • Register
Selasa, 13 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Sisi Lain Rumah Tangga Nabi dalam Lagu Aisyah

Qurrota Ayuni Qurrota Ayuni
09/05/2020
in Personal
0
(sumber foto islam.nu.or.id)

(sumber foto islam.nu.or.id)

28
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baru-baru ini atau bahkan sampai sekarang sedang viral lagu “Aisyah”. Lagu yang berisi kisah romantisme Sayyidah Aisyah dengan Nabi ini sedang digandrungi masyarakat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Lagu ini dinyanyikan di mana-mana, dicover oleh penyanyi religi Indonesia dan penyanyi ternama lainnnya seperti Siti Nur Halizah, Nisa Sabyan, Syakir Daulay, RizkyRidho. Tak ketinggalan pula anak-anak seperti Arsy dan Aisha Nahlah.

Tak hanya itu, lagu ini juga diterjemahkan bebas oleh penyanyi religi Mohamed Tarik dan Muhamed Yusuf dalam Bahasa Arab. Hampir semua orang menyenandungkannya, menjadikannya status dan memutarnya di setiap kesempatan. Tidak pandang usia dan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan, besar atau kecil, muda ataupun tua. Menakjubkan. Pengcover dan pelantun pertama lagu Aisha, yaitu Annisha bahkan bisa tembus sampai 33 juta viewers.

Romantis! Kurang lebih itu pertama kali respon perempuan yang mendengar lagu ini. Pingin kayak Sayyidah Aisyah yang selalu dimanja Nabi. Duh… seru kali ya nikah selalu sayang-sayangan kayak kanjeng Nabi dan Sayyidah ‘Aisyah.

Ada yang salah? Tentu tidak. Di anatara kisah rumah tangga Nabi dengan istri-istri beliau, kisah romantisnya Nabi dan Sayyidah Aisyah banyak diabadikan dalam hadis-hadis Nabi yang diriwayatkan langsung oleh beliau.

Sayyidah Aisyah yang mandi satu ember bersama Nabi, meminum gelas persis di tempat Sayyidah Aisyah meletakkan bibirnya, dan salah satu keiistimewaan Sayyidah Aisyah adalah permintaan Nabi untuk tinggal di rumah Sayyidah Aisyah sampai beliau kembali ke pangkuan Allah (ila rafiqil ‘ala).

Baca Juga:

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

Kepemimpinan Perempuan dalam Negara: Kajian atas Tiga Ayat Kontroversial

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Ulama Fiqh yang Membolehkan Perempuan Menjadi Hakim

Tapi etapi, gambaran romantisnya Nabi dan Sayyidah Aisyah tidak boleh dilihat secara parsial dan hanya dibayangkan “enak-enaknya” saja. Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, tentu problematika itu tentu pasti ada, termasuk yang dialami Nabi dan Sayyidah ‘Aisyah.

Prahara rumah tangga nabi dan Sayyidah ‘Aisyah yang perlu sekali untuk diketahui oleh siapapun yang akan dan sudah berkeluarga, yakni peristiwa besar tentang fitnah menduanya Sayyidah ‘Aisyah dengan seorang sahabat bernama Shafwan.

Kejadian ini dalam literatur hadis dikenal dengan haditsul ifki (cerita hoax) dan diabadikan dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 11-19. Konflik ini begitu dahsyat dan mengguncang psikis baik Nabi Muhammad ataupun Sayyidah Aisyah. Selama kurang lebih 3 bulan beliau “didiamkan” oleh Rasulullah karena fitnah yang disebarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul tentang ketidaksetiaan Sayyidah Aisyah dengan Shafwan sepulang dari perang Muraisi’.

Dalam hadis riwayat Imam Bukhari, Sayyidah Aisyah sangat terpukul dengan kejadian fitnah yang sebenarnya ia tidak mengetahui ataupun menyadarinya. Nabi Muhammad enggan berbicara bahkan tidak “menyentuhnya”.

Sayyidah Aisyah pun menangis, enggan makan dan minum dan membuat kondisi fisiknya menurun. Beliau memutuskan untuk tinggal di rumah ibundanya bernama Ummu Rumman, sampai kemudian Nabi Muhammad menjemputnya setelah mendapatkan petunjuk dari Allah melalui Al-Quran.

Mungkin saja lagu Aisyah bermaksud ingin memberikan gambaran betapa harmonis dan bahagianya kondisi rumah tangga nabi. Namun mengesampingkan adanya prahara bahkan dalam rumah tangga seorang utusan Allah adalah hal yeng perlu diperbaiki.

Dengan begitu, ketika mendengarkan lagu Aisyah dan terinspirasi untuk menikah, yakinlah bahwa keputusanmu untuk menikah bukan karena nafsu asmara dan romantisme belaka. Ada banyak persoalan di depan yang telah kita sadari bersama sebagai bumbu dan dinamika berrumah tangga. []

Qurrota Ayuni

Qurrota Ayuni

Terkait Posts

Laki-laki tidak bercerita

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

13 Mei 2025
Tonic Immobility

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

13 Mei 2025
Kemanusiaan

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

13 Mei 2025
Umat Buddha

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

12 Mei 2025
Membaca Kartini

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

10 Mei 2025
Kisah Luna Maya

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Membolehkan Perempuan Menjadi Hakim

    Ulama Fiqh yang Membolehkan Perempuan Menjadi Hakim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kepemimpinan Perempuan dalam Negara: Kajian atas Tiga Ayat Kontroversial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Berekspresi dan Kontroversi Meme Prabowo-Jokowi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas
  • Kepemimpinan Perempuan dalam Negara: Kajian atas Tiga Ayat Kontroversial
  • Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan
  • Ulama Fiqh yang Membolehkan Perempuan Menjadi Hakim
  • Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version