• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Sosok Khilma Anis; Ibu Nyai yang Mencintai Wayang dan Keris

Perbedaan yang dimiliki oleh setiap kultur masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Maka Islam hadir dengan esensi dari kehidupan, bukan perihal eksistensinya. Selagi nilai-nilai yang disampaikan oleh wayang tidak bertolak belakang dengan ajaran Islam, maka wayang tidak bisa dihukumi haram

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
07/10/2022
in Figur
0
Sosok Khilma Anis; Ibu Nyai yang Mencintai Wayang dan Keris

Sosok Khilma Anis; Ibu Nyai yang Mencintai Wayang dan Keris

159
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id -Berikut ini akan membahas Sosok Khilma Anis. Ia adalah seorang ibu Nyai yang mencintai wayang dan keris. Baginya wayang dan Keris itu budaya leluhur Bangsa Indonesia. Yang paham betul tentang wayang dan keris kebanyakan orang sepuh. Saya sebagai orang muda merasa perlu untuk mempelajarinya.

Hal itu kontras sekali dengan fenomena belakangan. Di jagat sosial media dihebohkan dengan pandangan Ustadz Khalid Basalamah tentang wayang. Pada video berdurasi 2 menit 23 detik yang diunggah di akun YouTube Afdal Mishary dengan judul “Hukum Wayang”, Ustadz Basalamah mengatakan bahwa wayang dihukumi haram.

“Kita sudah harus tahu dan sadar kalau kita muslim, dan muslim ini dipandu oleh agama. Maka saya bilang caranya adalah harusnya Islam dijadikan tradisi dan budaya, jangan kita balik. Jangan budaya dan tradisi di-Islamkan. Susah,” demikian dikutip dari isi ceramahnya.

Pandangan Ustadz Basalamah sebagai tokoh agama ini sangat berbanding terbalik dengan Ning Khilma Anis sosok ibu nyai penulis novel best-seller Hati Suhita. Dalam sebuah talkshow yang saya ikuti, beliau justru mencintai wayang sebagai warisan budaya nusantara.

Bentuk kecintaan beliau terhadap wayang juga diekspresikan dengan menciptakan berbagai produk yang bertemakan wayang, seperti; tas, baju dan kerudung. Tak hanya wayang, sosok Ning Khilma Anis juga menulis sebuah novel berjudul “Wigati” yang menggambarkan keris dan budaya leluhur Indonesia.

Baca Juga:

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Berfatwa Ala KUPI

Ki Hajar Dewantara: Antara Pendidikan dan Perjuangan Kelas Pekerja

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

“Wayang dan Keris itu budaya leluhur Bangsa Indonesia. Yang paham betul tentang wayang dan keris kebanyakan orang sepuh. Saya sebagai orang muda merasa perlu untuk mempelajarinya. Karena kalau tidak ada yang meneruskan dan menjaganya, 2 warisan budaya itu akan punah,” ucap Ning Khilma Anis saat Talkshow yang diadakan SMA Nuris – Jember.

Tak hanya itu, caption di akun Instagramnya @khilma_anis juga tertulis sebuah nasehat dalam bahasa Jawa dari Semar, tokoh utama dalam punakawan (ksatria) di pewayangan Jawa. “Wayang iki biyen dinggo nyebarke agomo karo kanjeng Sunan Kalijogo. Wayang ket biyen ki dadi tontonan, tuntunan, tatanan, lan tantangan. Wong ndelok wayang ki nek tenan-tenan leh ndelok, mesti bakal entuk ngelmu seng apik. Entuk ngelmu seng becik.”

“Wayang ini dari dulu digunakan untuk menyebarkan agama oleh Sunan Kalijaga. Wayang juga dari dulu menjadi tontonan, tuntunan, tatanan, dan tantangan. Orang yang melihat wayang dengan sungguh-sungguh, pasti akan dapat ilmu yang baik. Mendapatkan ilmu yang bagus sekali.”

Di akhir nasehat Semar dalam caption Ning Khilma Anis, dituliskan bahwa “ojo nyepelekke wayang. Lakon lakon wayang ki iso nggo sangu sakjroning urip.” Artinya, jangan menyepelekan wayang karena tokoh-tokoh wayang ini bisa jadi panutan untuk hidup.

Ning Khilma Anis justru melihat wayang sebagai kearifan tradisi Bangsa Indonesia yang agung. Dari pertunjukan wayang, justru banyak sekali nilai-nilai dan pelajaran yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, agar menjadi pribadi yang semakin baik.

Dengan mencintai wayang dan melestarikannya, sama halnya dengan melestarikan budaya Indonesia. Menghukumi wayang dengan dalil haram karena bukan tradisi Islam adalah pemikiran yang salah. Justru wayang berperan besar dalam menyebarkan ajaran agama Islam, seperti yang dilakukan Sunan Kalijaga.

Dalam memandang suatu objek, dalam hal ini adalah wayang, harus fokus pada nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Seperti nasihat Semar dalam caption Ning Khilma Anis, banyak ilmu yang didapat dari pertunjukan wayang.

Walaupun wayang adalah budaya Jawa, tetapi nilai-nilai yang disampaikan dalam pertunjukkannya bisa berupa nilai-nilai kemanusiaan, ketauhidan dan ajaran agama. Maka, pada dasarnya tidak ada yang salah dari budaya wayang.

Hal ini sejalan dengan salah satu gagasan besar Gus Dur yang luar biasa, yakni “Pribumisasi Islam”, bukan “Arabisasi Islam”. Artinya, konteks ajaran agama Islam menyesuaikan dengan nilai-nilai, budaya dan tradisi yang ada dan berlaku pada suatu masyarakat tertentu, alih-alih menggeneralisir ajaran Islam dengan budaya Arab.

Perbedaan yang dimiliki oleh setiap kultur masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Maka Islam hadir dengan esensi dari kehidupan, bukan perihal eksistensinya. Selagi nilai-nilai yang disampaikan oleh wayang tidak bertolak belakang dengan ajaran Islam, maka wayang tidak bisa dihukumi haram.

Dari gagasan Gus Dur, pendekatan yang dilakukan Sunan Kalijaga, serta sosok Ning Khilma Anis yang mencintai wayang dan juga keris ini mengajak kita semua untuk lebih mengenal jati diri sebagai Bangsa Indonesia dengan warisan budaya yang sangat istimewa dan membanggakan, yakni wayang. []

Tags: IndonesiaKhilma AnisTradisiWawasan KebangsaanWayang
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

1 Mei 2025
Nyai Nur Rofiah

Nyai Nur Rofiah: Keadilan Hakiki di Tengah Luka Sosial Perempuan

30 April 2025
Jamilah binti Abdullah

Jamilah binti Abdullah: Kisah Perempuan yang Mendampingi Dua Syuhada

27 April 2025
Nyai Fatmah Mawardi

Nyai Fatmah Mawardi, Mengurai Jejak Ulama Perempuan Madura

26 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • PRT

    Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aurat dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah
  • Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version