• Login
  • Register
Minggu, 22 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Suara Hati Generasi Sandwich

Nur Fitriani Nur Fitriani
11/09/2020
in Kolom, Pernak-pernik, Personal
0
film Up in the Air
382
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pernah dengar istilah generasi sandwich? Istilah generasi sandwich diberikan kepada generasi yang telah menikah dan mempunyai kewajiban untuk menanggung kehidupan orangtua (generasi atas), generasi ini diibaratkan sebagai daging pada sandwich, yang diapit oleh dua roti, roti bawah adalah keluarga kecil yang baru dibangun dengan pasangan (generasi bawah) dan roti atas adalah orangtua (generasi atas).

Sebutan ini mulai terkenal seiring banyaknya media keuangan atau perancanaan finansial di media sosial, kenapa begitu? Karena generasi sandwich adalah posisi dimana kamu menanggung finansial dari generasi bawah (keluarga yang kamu bangun) dan generasi atas (orangtua), tidak hanya menanggung finansialnya kamu pun juga harus mencari jalan keluar atas masalah-masalah finansial yang datang.

Istilah sandwich generation atau generasi sandwich ini dicetuskan oleh pekerja sosial yang bernama Dorothy Miller pada tahun 1981, istilah ini digunakannya mendefinisikan kelompok yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan dirinya, anak, keluarga serta orangtuanya.

Hal ini terjadi karena ketidaksamaan pengetahuan finansial, generasi atas (orangtua) masih banyak yang menganggap bahwa anak adalah investasi, ketika anak telah dewasa maka tugasnya adalah mengurus dan membiayai kebutuhan orangtua. Sedangkan tidak ada jaminan kondisi finansial anak saat dewasa ‘mapan’, belum lagi ketika berkeluarga, dia berjuang untuk kebutuhan keluarganya tapi di sisi lain mendapat tuntutan untuk memenuhi kebutuhan orangtua.

Sedangkan yang menjadi masalah adalah ketika anak mengajukan keberatan karena kondisi finansial yang tidak mampu untuk menghidupi dua generasi, maka akan dianggap sebagai anak durhaka. Kecenderungan orangtua yang menganggap anak investasi, tidak terima jika anak melepas begitu saja, biasanya akan terucap kalimat bahwa anak mempunyai hutang budi pada orangtua, sehingga harus dibalas, seperti;

Baca Juga:

Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Kamu gak ingat dulu waktu kecil kamu itu minta mainan apapun Papa belikan, sekarang giliran kamu udah dewasa, gak mau ngasih uang ke Papa?

Yang nyekolahin kamu sampai sekarang itu siapa? Kamu gak tahu apa sekolahmu itu biayanya mahal, kalau ditotal bisa buat beli rumah!

Siapa yang ngasih kamu makan dari kecil hingga besar gini? Kok kamu itung-itungan sama Mama?

Kalimat-kalimat seperti itu biasanya dilontarkan orang tua ketika tidak mendapatkan kepuasan atas yang diinginkan. Sedangkan anak yang mendengarkan cenderung diam, karena mau tidak mau memang anak mendapatkan hal itu semua, tapi ada pemberontakan dalam dirinya,

Kan aku gak minta, kan aku dikasih..

Iya sih, biaya sekolahku mahal, tapi bukannya itu kewajiban orangtua ya? Kalau diitung sebagai utang ya banyak banget utangku sama orangtua, kapan kelarnya nih

Yang ngasih makan ya orang tua lah, kalau aja aku lahir bawa duit segebok ya aku beli makan sendiri,

Kamu pernah diposisi mana? Sebagai orangtua atau sebagai anak?

Hal ini akan terus menjadi perdebatan, ada pihak pro dan kontra, ada pihak yang membela orang tua, bahwa hal itu terhitung sebagai bakti kepada orang tua, ada juga yang membela posisi anak, menganggap bahwa anak adalah amanah yang diberikan Allah SWT, sistem pengasuhan bukan dihitung sebagai hutang budi dan hitung-hitungan finansial.

Untuk menyikapi hal ini kita perlu memakai perspektif respirokal atau kesalingan, jika kamu menjadi generasi sandwich, maka mau tidak mau harus memikirkan urusan finansial dua generasi tersebut, kamu tidak bisa lepas begitu saja kan? Bukalah komunikasi dengan orangtua tentang kemampuan finansialmu, agar kedua belah pihak saling mengerti sehingga tidak terjadi tuntutan berlebih, setelah itu ajaklah diskusi pasanganmu, ceritakan dan terbukalah bahwa kamu mempunyai tanggungan finansial pada orangtua. Dan untuk menyemangatimu, kamu perlu tahu bahwa Rasulullah SAW mengatakan, sedekah kepada keluarga adalah sedekah yang paling utama.

Abu Hurairah Ra. Menuturkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “satu dinar yang kamu keluarkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu keluarkan untuk seorang budak, satu dinar yang kamu keluarkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu, yang paling baik dari semua itu adalah yang kamu keluarkan untuk keluargamu.” (Shahih Muslim, No. 2358)

Tsauban al-Hasyimi Ra. Menuturkan bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “Sebaik-baik dinar (harta) yang dinafkahkan seseorang adalah dinar (harta) yang dinafkahkan seseorang untuk keluarga, lalu dinar (harta) yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah SWT., lalu dinar (harta) yang dinafkahkan untuk teman-temannya di jalan Allah SWT.” (Shahih Muslim, No. 2357)

Selanjutnya untuk kamu yang menjadi orangtua, persiapkan dana pensiun dan belajar pengelolaan finansial, menjadikan tabungan berupa aset, sehingga bisa tetap menghasilkan dan tidak dianggap menjadi beban bagi orang lain, jika suatu saat masa pensiun itu telah tiba. []

Tags: anakkeluargakesalingan keluargaorang tua
Nur Fitriani

Nur Fitriani

Nur Fitriani merupakan magister UIN Malang. Gadis asal Pasuruan ini memiliki mimpi yang sangat sederhana, ingin bermanfaat untuk orang banyak, dan ingin ikut andil dalam perubahan yang berkeadilan jangka panjang. Saat ini dirinya menjadi anggota komunitas menulis Puan Menulis.

Terkait Posts

Teman Disabilitas

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

21 Juni 2025
Ijtihad Fikih

Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

21 Juni 2025
Jangan Bermindset Korban

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

21 Juni 2025
Relasi Hubungan Seksual

Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri

21 Juni 2025
Timbal Balik

Pentingnya Relasi Timbal Balik dalam Hubungan Intim Suami Istri

21 Juni 2025
Stereotipe Perempuan

Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

20 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fiqh Al Usrah

    Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Timbal Balik dalam Hubungan Intim Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan
  • Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri
  • Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID