Mubadalah.id – Film yang bertajuk Bila Esok Ibu Tiada telah tayang di bioskop sejak 14 November 2024. Film ini menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga dan peran seorang ibu. Film Bila Esok Ibu Tiada menyajikan kisah yang sangat menyentuh hati bagi para penonton. Tak ayal banyak penonton yang menangis sesenggukan selepas film selesai diputar dalam bioskop.
Film Bila Esok Ibu Tiada adalah film yang diadaptasi dari sebuah novel best seller yang berjudul sama dengan filmnya. Kisah yang tertuang dalam film ini menceritakan tentang kehidupan seorang ibu tunggal dan empat orang anaknya. Keempat anaknya telah dewasa dan memiliki kesibukannya masing-masing. Alurnya sangat relate dengan kehidupan sehari-hari, dan konfliknya memancing euforia kesedihan.
Subordinasi Perempuan “Ranika”
Namun yang menjadi perhatian saya adalah kakak perempuan pertama dalam keluarga kecil di Film Bila Esok Ibu Tiada. Seorang perempuan yang memiliki tanggung jawab besar sepeninggal ayahnya. Namanya adalah Ranika, seorang wanita yang berpendirian keras memiliki karir yang amat mentereng. Dia tumbuh menjadi wanita mandiri dan mampu menghidupi adik-adiknya.
Pada suatu kesempatan, ia diundang untuk melakukan live podcast karena bakatnya dalam mengembangkan perusahaan tempatnya kerja. Salah satu pertanyaan yang host lontarkan pada Ranika nampaknya membuatnya tak nyaman.
Host itu bertanya, mengapa dengan umur yang sudah kepala empat Ranika belum juga menikah. Ranika dengan senyum kecut menjawab, “Mungkin kalau saya seorang laki-laki tidak akan ditanya pertanyaan seperti ini ya”.
Realitas Subordinasi Perempuan
Banyak orang ataupun lingkungan yang masih memandang bahwa perempuan tidak setara dengan laki-laki. Pandangan masyarakat terhadap perempuan masih stuck bahwa perempuan adalah makhluk domestik yang seharusnya berada di dapur, dan mengurus anak.
Masyarakat umumnya masih menganggap tabu perempuan karir. Alih-alih membanggakannya, kebanyakan masyarakat justru olok-olok wanita karir yang sukses namun belum menikah. Mereka kemudian menganggap perempuan tersebut ribet dan pemilih dalam menerima pasangan hidupnya. Lebih buruk lagi, masyarakat menggapnya tidak “laku”.
Tidak Ada Subordinasi Perempuan dalam Islam
Islam adalah agama yang memberikan tempat yang setara baik untuk laki-laki dan perempuan. Allah SWT telah menciptakan laki-laki dan perempuan dari jenis yang sama. Satu-satunya hal yang membedakan laki-laki dan perempuan dalam pandangan Allah SWT adalah ketakwaannya. Pada intinya, laki-laki dan perempuan merupaan sama-sama makhluk Allah SWT yang menjadi khalifah di bumi.
Al-Qur’an sudah menyiarkan bahwa pahala setiap orang sama, tidak memandang laki-laki maupun perempuan. Jika seseorang melakukan kebaikan, maka ia behak mendapatkan pehala atas perbuatannya. Seperti yang tertuang dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.
Dari ayat tersebut bisa kita tarik benang merah bahwa, sejatinya tiap-tiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang jenis kelamin. Bukti tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam bekerja salah satunya adalah kisah Khadijah binti Khuwailid.
Istri Rasulullah SAW, adalah seorang pembisnis dan pedagang yang sukses, dan Nabi SAW tidak pernah melarang beliau. Jadi aneh bila saat ini wanita yang memiliki karir yang mentereng justru malah dipandang sebelah mata.
Perempuan Karir Menurut Quraish Shihab
Merujuk pada salah satu mufasir nusantara M. Quraish Shihab, Islam membenarkan perempuan aktif dalam berbagai aktifitas. Menurut beliau, perempuan boleh bekerja dalam berbagai aspek pekerjaan. Namun tetap harus memperhatikan syarat bahwa pekerjaan tersebut dilakukan dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya.
Selain itu dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Artinya, perempuan punya hak dan kewajiban yang sama dalam bekerja dan berkarier selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut. []