• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tafsir 72 Pintu Keimanan Menurut al-Isfahani: Perspektif Mubadalah

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
08/02/2022
in Hikmah
0
Tafsir 72 Pintu Keimanan Menurut al-Isfahani: Perspektif Mubadalah
23
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Hadits tentang 70 lebih pintu keimanan sangat populer di kalangan masyarakat Islam. Dalam sabda Nabi Saw, bahwa pintu-pintu keimanan itu ada 70 lebih, yang tertinggi kesaksian “Tiada Tuhan selain Allah” dan yang terendah adalah menyisihkan segala sesuatu yang bisa menyakitkan dari jalan”. Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari dalam Sahihnya. Tetapi apa saja tafsir dari 70 lebih pintu keimanan ini masih sangat sedikit ulama yang membahas.

Di antara yang sedikit itu adalah Imam Abu al-Qasim Husein bin Muhammad ar-Raghib al-Isfahani (w. 502 H) dalam kitabnya “Kitab adz-Dzari’ah ilaa Makaarim asy-Syari’ah”. Biasanya, hadits ini dibiarkan terbuka dengan dimaknai untuk segala jenis kebaikan apapun, ritual maupun sosial, tanpa memastikan bisa menyentuh angka persis 70 yang disebut dalam hadits tersebut.

Nah, al-Isfahani berbeda. Penjelasan angka ini secara persis ditetapkan. Ungkapan “bidh’un wa sab’uuna” atau 70 lebih, dalam hadits itu, dibatasi langsung dengan angka 72, bukan yang lain. Artinya, ada 72 pintu keimanan, yang diungkapkan Nabi Saw tersebut, dalam penjelasan al-Isfahani.

Pertama kali, al-Isfahani membagi keimanan ke dalam 2 bagian: keyakinan (i’tiqady) dan amal perbuatan (a’maal). Lalu, keyakinan dibagi ke dalam 3 tingkatan: keyakinan penuh (yaqiniy), dugaan penuh (dzanniy), idan ikutan penuh (taqlidiy). Keimanan tingkat pertama yaqiniy adalah yang dihasilkan sendiri dan sampai pada keyakinan penuh yang sama sekali tidak ada unsur keraguan sedikitpun (QS. Al-Hujurat, 49: 15).

Keimanan tingkat kedua dzanny adalah yang diusahakan sendiri dan sampai pada dugaan yang penuh, menyisakan sedikit sekali keraguan yang tidak mengganggu (QS. Al-Baqarah, 2: 46). Keimanan tingkat ketiga taqlidiy adalah hasil ikutan pada ulama, bukan yang hasil pencariannya sendiri (QS. An-Nisa, 4: 83).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Baca Juga:

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Amal perbuatan (a’maal) sendiri terbagi 3 jenis: amal sosial untuk memakmurkan seluruh penduduk bumi dan alam sekitar (‘imaarat al-ardh, QS. Hud, 11: 61); amal ibadah ritual (‘ibaadatullaah, QS. Adz-Dzariyat, 51: 56); amal kepemimpinan untuk memastikan kemuliaan-kemuliaan Islam berjalan (khilaafatullaah, QS. Al-Baqarah, 2: 30 dan al-A’raf, 7: 129).

Dengan 3 tingkat keyakinan dan 3 jenis amal perbuatah, berarti semuanya ada 6 pintu keimanan. Dari masing-masing 6 jalan keimanan ini dirambah seseorang dengan 2 cara. Ada yang menjalaninya karena dorongan ketakutan terhadap sesuatu (rahbah) atau rasa kecintaan pada sesuatu (raghbah QS. Al-Anbiya, 21: 90); dan ada yang melakukannya penuh keikhlasan (ikhlash) serta percaya diri (QS. An-Nisa, 4: 146). Berarti semuanya, berjumlah 12 pintu keimanan.

Ke-12 pintu keimanan ini, terbagi ke dalam 3 level. Ada yang masih level pemula (mubtada’), level tengah (mutawassith), dan level akhir (muntaha). Berarti semuanya menjadi 36 pintu keimanan. Lalu, masing-masing dari 36 pintu atau jalan ini, ada yang diperoleh melalui pilihan Allah Swt (ijtibaa’) ada yang diperoleh melalui petunjuk-Nya (ihtidaa’). Jalan pilihan (ijtibaa’) bagi para Nabi, wali, dan mereka yang menggunakan hati, sementara jalan petunjuk bagi para ulama, pemikir, dan mereka yang menggunakan akal pikiran (QS. Maryam, 19: 58 dan Asy-Syura, 42: 13).

Dengan demikian semuanya adalah 72 pintu atau jalan keimanan. Dan seperti terlihat nyata, dalam penjelasan di atas, semua pintu dan jalan keimanan itu terbuka bagi siapapun, laki-laki maupun perempuan. Jenis kelamin seseorang tidak menjadi jaminan keimanannya lebih baik, atau levelnya lebih tinggi. Jika kita ingin semua orang bisa merambah jalan-jalan keimanan tersebut, maka harus ada kondisi sosial yang mendukung, sehingga seseorang tidak karena jenis kelamin tertentu, terhalang dari salah satu pintu atau jalan keimanan yang berjumlah 72 tersebut. Wallahu a’lam.

Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir, biasa disapa Kang Faqih adalah alumni PP Dar al-Tauhid Arjawinangun, salah satu wakil ketua Yayasan Fahmina, dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan ISIF Cirebon. Saat ini dipercaya menjadi Sekretaris ALIMAT, Gerakan keadilan keluarga Indonesia perspektif Islam.

Terkait Posts

Tujuan menikah

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

1 April 2023
Sarana Menikah

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

1 April 2023
kerja rumah tangga

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

1 April 2023
Pekerjaan rumah tangga suami istri

Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

1 April 2023
Rumah Tangga

Hadis Relasi Rumah Tangga

31 Maret 2023
Kemaslahatan Pernikahan

Dalam Ralasi Pernikahan Suami Istri Harus Saling Memberikan Kemaslahatan

31 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist