• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tafsir dan Ta’wil dalam Menyikapi Isu Gender

Lebih jauh dari sekadar memahami teks dari aspek makna teks itu sendiri (makna literal/harfiyyah), pemahaman atas teks, menurut teori ta'wil, juga meniscayakan pengetahuan tentang konteks yang menyertai isu itu sendiri

Redaksi Redaksi
05/04/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Ta'wil

Ta'wil

875
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perbedaan pandangan ulama Islam dalam menyikapi isu-isu gender, bahkan isu-isu ketimpangan relasi sosial yang lain, terjadi antara lain akibat perbedaan mereka dalam cara memahami teks-teks suci. Cara memahami teks dalam tradisi Islam dikenal dengan dua istilah: tafsir dan ta’wil.

Dua kata ini sering dimaknai secara sama, yaitu menjelaskan, mengungkapkan, atau menerangkan sesuatu. Akan tetapi, secara terminologis keduanya berbeda.

Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa tafsir lebih berkaitan dengan riwayat, informasi, nukilan atau sumber berita. Sementara ta’wil berkaitan dengan dirayah (pemahaman), isi/substansi berita.

Abu Nasr al-Qusyairi mengatakan dalam tafsir yang utama adalah mengutip dan mendengar. Sedangkan dalam ta’wil yang utama adalah mengeksplorasi pengetahuan (ijtihad).

Dalam tafsir, pemaknaan tekstual/literal lebih kita perhatikan. Tafsir kurang memberikan perhatian pada makna alegoris atau metaforis. Dalam teori para mufassir, jika sebuah kata dapat kita maknai secara literal dan metafora, maka yang harus kita utamakan adalah arti literal.

Ini berbeda dengan teori ta’wil. Dalam teori ta’wil, teks tidak semata kita lihat pada arti literalnya, melainkan menganalisisnya. Sehingga menemukan makna substansif pada maksud dan tujuannya.

Baca Juga:

Tafsir Sakinah

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Di sini tampak bahwa ta’wil menghendaki lebih dari sekadar memahami teks dari makna tekstualnya, melainkan pada logika dan makna filosofisnya.

Meniscayakan Kontekstual

Lebih jauh dari sekadar memahami teks dari aspek makna teks itu sendiri (makna literal/harfiyyah), pemahaman atas teks, menurut teori ta’wil, juga meniscayakan pengetahuan tentang konteks yang menyertai isu itu sendiri dan konteks sosial, budaya, dan politik yang melingkupinya.

Imam Abu Ishaq asy-Syathibi, tokoh yang mengupas lebih luas dan komprehensif atas teori Maqashid asy-Syari’ah, dalam bukunya al-Muwafaqat fi ushul asy-Syari’ah mengatakan bahwa untuk memahami teks suci al-Qur’an membutuhkan pengetahuan tentang sejumlah kondisi dan konteks.

Di antaranya adalah bahasa, audiens, dan situasi-situasi di luarnya (al-umur al-kharijiyyah) secara lebih luas. Pemahaman atas konteks di luar teks ini merupakan keniscayaan. Tanpa pemahaman atas hal ini, kita sama sekali tidak dapat memahami al-Qur’an secara genuine, komprehensif, dan berpotensi gagal.

Konteks al-umur al-kharijiyyah (ekstra tekstualitas) yang dimaksudkan adalah kondisi-kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat di mana teks tersebut diturunkan atau kita sebut sebagai sistem atau struktur sosial masyarakat. []

Tags: GenderisuMenyikapiTa'wiltafsir
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID