• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tantangan Perempuan dalam Terjun ke Parlemen

Salah satu faktor perempuan belum memenuhi persentase yang 30 itu karena kurang percaya diri, dan minimnya dukungan dari lingkungan sekitar

Rifa Anis Fauziah Rifa Anis Fauziah
20/10/2023
in Personal
0
Tantangan Perempuan

Tantangan Perempuan

751
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jumlah perempuan yang ada di negara ini tidak beda jauh dengan laki-laki sebagaimana yang telah dilaporkan oleh badan pusat statistik. Dengan jumlah tersebut menjadi sebuah acuan dalam mengambil kebijakan  hukum negara, karena penduduk yang ada di dalamnya tidak terlalu mendominasi antara satu yang lainnya. Sehingga dengan demikian menjadi tantangan bagi perempuan untuk mengambil peran lebih besar di ranah politik.

Isu keadilan gender dalam proses politik sebuah negara masih menjadi PR besar, dan tantangan perempuan yang belum terselesaikan hingga hari ini. Di mana seharusnya keterwakilan perempuan harus kita dorong hingga mampu melampaui affirmation action kuota 30 persen di parlemen.

Fakta ini berdarakan darta dari PBB yang dengan khusus menganalisa  masalah gender dan pembangunan di 174 negara. PPB menyebutkan antara lain:

“Walaupun memang benar tidak ada kaitan langsung antara tingkat partisipasi perempuan di lembaga-lembaga politik dengan kontribusi mereka terhadap kemajuan kaum perempuan, tingkat keterwakilan perempuan sebesar 30 persen di lembaga-lembaga politik dapat dipandang sebagai sesuatu yang amat penting. Yakni untuk menjamin agar kaum perempuan memiliki pengaruh yang bermakna dalam proses politik.”

Adanya Ketidakadilan

Saat  kita lihat argumentasi dari PBB itu adanya ketidakadilan hak perempuan dalam terjun ke kursi parlemen, seharusnya kuota laki-laki 50% dan perempuan 50%. Ketika kita lihat pada realitanya perempuan belum mampu memenuhi kuota yang 30% tersebut. Berikut informasi yang telah saya dapatkan ketika saya mengikuti kongres perempuan nasional yang disampaikan oleh ketua KPU yakni Hasyim Asy’ari :

Baca Juga:

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

“ jika kita melihat persentase perempuan  yang daftar calon sementara anggota DPD  untuk tahun pemilu 2024 berjumlah 134 orang sedang laki-laki berjumlah 540 orang. Bahkan ada satu daerah dari kalangan perempuan yang tidak mencalonkan sama sekali.” 

Tantangan Perempuan

Tentu menjadi sebuah problematika perempuan tidak ambil peran ketika sudah diberi kesempatan  dan ada faktor yang melatarbelakangi kondisi tersebut. Berikut pendapat Ibu Masrohatun: 

“Salah satu faktor perempuan belum memenuhi persentase yang 30 itu karena kurang percaya diri, dan minimnya dukungan dari lingkungan sekitar.”

Terkadang perempuan yang ada di berbagai macam partai politik hanya menjadi pelengkap saja. Yakni dengan pemberlakuan hukum zig zag.  Misal ketika nomor urut satu nya adalah laki-laki maka nomor keduanya adalah perempuan dan ketiga laki-laki kembali. 

Dengan adanya peratutan tersebut menjadi sebuah tantangan  perempuan.  Selain itu banyak  perempuan yang sudah terjun ke dalamnya mereka tidak berani menyuarakan aspirasinya. Tujuan perempuan terjun ke dalam parlemen adalah untuk menjadi wakil dari perempuan lainnya.  Salah satunya  adalah menegakkan hukum yang setara antara laki-laki dan perempuan yang tidak memihak manapun. 

Dengan kondisi yang seperti ini menjadi tantangan perempuan agar ikut terjun ke dalam parlemen.  

Menyikapi problematika tersebut pentingnya kita sebagai perempuan untuk mengetahui siapa kita  dan memahami potensi kita. Dengan itu akan tumbuh rasa cinta pada diri sendiri.  Dalam menyikapi sistem kapitalisme haruslah kita untuk mandiri secara finansial, terus mengeksplore sebuah ide atau gagasan untuk menghasilkan cuan dengan cara yang Allah Ridlai. 

Hasil Maklumat Kongres Perempuan Nasional

Kongres perempuan Nasional yang dilaksanakan di Semarang pada tanggal 24-26 Agustus menghasilkan beberapa maklumat , diantaranya menyebutkan bahwa rekomendasi dari kongres ini dapat menjadi gerakan perempuan dalam ikut serta mengambil kebijakan dan kandidat pengambil kebijakan di tingkat pusat dan daerah. 

Selain itu kongres perempuan nasional ini dapat menjadi sebuah gerakan seluruh perempuan indonesia dalam bekerja sama dan bergandengan tangan dalam mewujudkan Indonesia yang berperadaban, berkeadilan sosial bermartabat bagi manusia, dengan anugerah semesta dalam rahmat Tuhan YME. 

Tags: Kesetaraan GenderparlemenPemilu 2024perempuanpolitikTantangan Perempuan
Rifa Anis Fauziah

Rifa Anis Fauziah

Mahasiswi ilmu al Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID