• Login
  • Register
Rabu, 1 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Teknologi dan Tantangan Manusia Memasuki Era Digital 4.0

Menumbuhkan, mengaplikasikan dan mengkampanyekan konsep ‘kesalingan’ dalam menggunakan teknologi kepada masyarakat menjadi sangat penting

Nikmara Nikmara
01/07/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Era Digital 4.0

Era Digital 4.0

326
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di zaman postmodern yang identik dengan percepatan teknologi informasi  era digital 4.0 seperti sekarang ini, sebagai bagian dari masyarakat di dalamnya, kita mau tak mau harus mengikuti arus dan perubahan besar tersebut.

Banjir informasi tidak bisa kita elakkan lagi. Kemampuan mengakses dan menjalankan berbagai aplikasi di ponsel dan laptop menjadi seakan wajib. Jika dalam sebuah komunitas semua orang bersepakat menggunakan sebuah aplikasi, untuk tetap menjadi anggota di dalamnya, agar tidak ketinggalan informasi, kita harus mampu mengakses dan menginstal aplikasi yang sama.

Begitu banyak problematika yang menimpa. Jika dahulu, generasi kelahiran 90an masih merasakan susahnya mengakses buku-buku di perpustakaan hanya untuk menyelesaikan skripsi. Rela mengantri di tempat rental komputer. Rela berdesakan untuk membeli tiket konser dan seminar. Dan rela mengantri berdiri di alun-alun hanya agar dapat membaca koran dinding gratis. Saat ini, hal-hal heroik nan asik semacam itu sudah tidak ada lagi. Karena semua bisa kita dapatkan secara digital. Siapapun bisa mengakses tanpa perlu bersusah-payah.

Buku-buku, artikel, jurnal, tiket konser, hingga tiket kereta dan beragam transportasi bisa kita dapatkan melalui koneksi internet, melalui satu benda kecil bernama ponsel pintar. Bahkan hingga membeli kebutuhan sehari-haripun bisa kita dapatkan melalui beragam aplikasi e-commerce.

Daftar Isi

    • Perubahan Teknologi Digital dari Masa ke Masa
  • Baca Juga:
  • Bagaimana Cara Pemulihan dari Bullying?
  • Lawan Kebencian dengan Cinta
  • Waspada Burnout yang Menghantui Aktivitas Kita Semua
  • Richard Dawkins, Menjadi Manusia Abadi Dengan Meme
    • Apa Semesta Virtual Metaverse itu?
    • Dampak Positif dan Negatif Era Digital 4.0
    • Pentingnya Konsep Kesalingan Menghadapi Tantangan Era Digital 4.0

Perubahan Teknologi Digital dari Masa ke Masa

Jasa kirim dan suara kurir pengantar paket sudah menjadi hal yang sangat familiar di telinga kita dengar akhir-akhir ini. Semua transaksi pembayaranpun menjadi elektronik-digital. E-banking, e-wallet, e-money. Hanya bermodal ponsel pintar, kita bisa menggerakkan banyak orang, dan memperoleh apa yang kita inginkan dengan mudah. Koneksi dan keterhubungan dengan jaringan internet menjadi sangat penting posisinya.

Baca Juga:

Bagaimana Cara Pemulihan dari Bullying?

Lawan Kebencian dengan Cinta

Waspada Burnout yang Menghantui Aktivitas Kita Semua

Richard Dawkins, Menjadi Manusia Abadi Dengan Meme

Siapa yang mengira? Tahun 2012 kita masih umum menggunakan ponsel dengan tombol qwerty, beberapa tahun kemudian setiap orang sudah memiliki smartphone touchscreen di saku tasnya. Tahun 2012 kita harus datang ke kota X jika ingin mengikuti seminar tertentu yang kita inginkan. Saat ini, kita bisa menggunakan aplikasi zoom dan google meet.

Meskipun kedua aplikasi tatap muka tersebut sudah lama ada, namun menjadi populer semenjak adanya pandemi covid-19, hingga kini kita merasa nyaman dan masih asik menggunakannya sebagai alternatif. Kedua aplikasi tersebut umum kita gunakan untuk menghadiri perkuliahan, seminar, hingga pelatihan dan kursus online. Bahkan kegiatan haul dan doa bersama secara onlinepun sudah menjadi hal biasa.

Pekerjaan dalam bidang ini, yang menggunakan koneksi internet-online, semakin maju. Adanya job baru seperti jasa atau posisi analis konten, konten kreator, graphic designer, merupakan fenomena baru. Seiring banyaknya bermunculan media sosial yang efektifitas iklannya lebih tinggi dari sekedar memasang baliho di perempatan jalan kota.

Jika di perempatan jalan kita hanya mampu mendapat beberapa ribu pasang mata yang melihat dalam sehari, di sebuah akun medsos kita bisa mendapat jutaan viewers hanya dalam waktu beberapa hari, bahkan jam. Youtube, Instagram, hingga Tiktok. Merupakan media baru yang menjadi mitra bisnis periklanan dan meningkatkan branding citra sebuah perusahaan.

Ada banyak permintaan dari perusahaan-perusahaan yang menginginkan memiliki karyawan dengan keahlian dalam hal meningkatkan jumlah viewers, membuat konten menarik, dan mempu mempengaruhi followers dalam jumlah besar dan massif. Akun media sosial menjadi penting, karena aksesnya lebih cepat daripada sekedar menggunakan iklan di televisi atau radio. Sungguh mengesankan sekaligus membuat cemas.

Apa Semesta Virtual Metaverse itu?

Baru-baru ini, ada wacana baru era digital 4.0 mengenai semesta virtual metaverse. Adanya dunia baru di alam digital. Merupakan suatu terobosan luar biasa, menjanjikan banyak peluang pekerjaan dan mempermudah akses daripada sekedar pertemuan tatap muka melalui layar kamera.

Melalui metaverse, kita akan memasuki sebuah dunia baru era digital 4.0. Yakni, memasuki sebuah kota baru, menghadiri konser dan berjumpa dengan siapapun di berbagai belahan dunia secara bebas melalui semesta digital.

Membayangkannya saja sudah tampak menyenangkan dan penuh euforia. Namun, tidak sedikit para ahli dan pemikir yang merasa cemas. Apa yang terjadi saat ini saja, dengan adanya ponsel pintar, game online, dan membludaknya berita-berita hoax, membuat banyak problem di dunia nyata yang bahkan berujung pada tindak kriminal dan kriminalisasi.

Dimulai dari anak-anak yang kecanduan video games, hilangnya respect dan nilai moral akibat mengakses banyak sekali contoh perilaku yang tidak baik, cyberbullying, dan kecanduan akut. Hal tersebut terjadi karena kapasitas akal dan pemahaman yang masih lemah, belum terdidik, belum mampu mengolah dan menyaring informasi dengan benar.

Mereka melakukan imitasi dan taklid buta. Bersandar pada sebuah video, sebuah artikel, dan sebuah tayangan yang tidak tahu asal-muasal dan kebenarannya, menjadi acuan dalam bersikap. Video yang tidak lengkap, pemotongan video dari aslinya, mampu menimbulkan prasangka dan kegaduhan di dunia maya yang merambah ke dunia nyata.

Dampak Positif dan Negatif Era Digital 4.0

Masalah berita hoax, bukan hanya remaja, namun orang dewasapun masih banyak yang kesusahan dalam menyaring dan membedakan mana yang benar dan salah. Seringkali terjadi adu argumen antar bapak-bapak atau ibu-ibu di dunia maya, di kolom komentar, hingga merambah ke dunia nyata saling adu mulut, sampai terjadi tindakan fisik.

Lantas pertanyaan selanjutnya, apa yang akan terjadi saat metaverse telah resmi diluncurkan? Kita masih menduga-duga. Jika video games bisa membuat seorang anak tidak mendengar saat dipanggil orangtuanya, seorang remaja sibuk “rebahan” memantau semua akun media sosialnya hingga lupa waktu dan lupa kewajiban.

Apa yang akan terjadi jika kita dihadapkan dengan era digital 4.0, sesuatu yang lebih besar, lebih kompleks, dan lebih menggairahkan karena fitur-fiturnya lebih canggih? Dipadu dengan teknologi AR (Augmented Reality) yang akan membuat kita seolah benar-benar berada di suatu tempat secara nyata?

Melihat kenyataan semacam itu, jika kita berpikir lebih dalam, kita akan melihat berbagai dampak positif dan dampak negatif. Sementara percepatan teknologi era digital 4.0 demikian hebat tak terbendung. Mental, kepribadian, serta pengetahuan yang kita miliki belum cukup digunakan sebagai benteng dan perisai untuk menghadapinya. Sungguh pekerjaan rumah yang sangat besar. Kita semua bertanggungjawab pada kondisi ini. Bersikap antipati, acuh tak acuh dan mengabaikan akan membuat banyak dampak buruk semakin besar.

Pentingnya Konsep Kesalingan Menghadapi Tantangan Era Digital 4.0

Menumbuhkan, mengaplikasikan dan mengkampanyekan konsep ‘kesalingan’ dalam menggunakan teknologi era digital 4.0 kepada masyarakat menjadi sangat penting. Sebagai salah satu upaya untuk membangun kesadaran, nalar dan pemahaman tentang adanya hal-hal darurat yang mesti menjadi perhatian. Berbicara teknologi, kita juga akan membicarakan aspek kemanusiaan. Mental, psikis, kondisi kejiwaan akan terkena dampak dari segala jenis percepatan teknologi informasi.

Konsep kesalingan, yang akan membawa kita pada keseimbangan sangatlah penting untuk terus terbahas. Bukan tidak mungkin, kita membutuhkan banyak sekali aturan baru, bahkan dalil-dalil dan ijtihad baru dari para ulama terkait adanya sebuah dunia baru di alam maya yang juga mempengaruhi keberadaan kita di dunia nyata. Apakah kita bisa melakukan aktivitas peribadatan di semesta meta? Wacana manasik haji di metaverse-pun masih hangat diperbincangkan.

Barangkali pertanyaan semacam itu terlalu jauh. Namun saat metaverse betul-betul tercipta dan semua orang sudah terjebak masuk untuk mengakses, masuk ke dalam lingkaran ruang dan waktu meta, kita akan membutuhkan banyak sekali pijakan baru. []

Tags: cyberbullyingHiperrealitasindustri 4.0internetmedsosMental HealthMetaverseRevolusi Industri 4.0Teknologi Digital
Nikmara

Nikmara

Terkait Posts

Akhlak Manusia

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

1 Februari 2023
Pengelolaan Sampah

Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?

31 Januari 2023
Aborsi Korban Perkosaan

Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan

31 Januari 2023
Pemakaman Muslim Indonesia

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

30 Januari 2023
Ulama Perempuan

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

30 Januari 2023
Tradisi Tedhak Siten

Menggali Makna Tradisi Tedhak Siten, Benarkah Tidak Islami?

29 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kesehatan Calon Pasangan

    Pentingnya Mengetahui Kesehatan Calon Pasangan Sebelum Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Keterlibatan Perempuan dalam Tradisi Nyadran Perdamaian di Temanggung Jawa Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja
  • Pertemuan Mitologi, Ekologi, dan Phallotechnology dalam Film Troll
  • Kisah Saat Nabi Saw Tertawa Karena Mendengar Cerita Kentut dari Salma
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist