• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (1)

Sebetulnya keadaan ini, menurut Bu Nyai Badriyah, bisa mensiasatinya. Bagi pengantin yang menjadi mempelai seharian (biasanya resepsi di rumah), pengantin bisa menjama’ Shalat Dzuhur dan Ashar dengan jama’ ta’khir di sore hari

Redaksi Redaksi
14/08/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
mempelai

mempelai

226
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menjelaskan bahwa shalat adalah kewajiban setiap muslim yang tidak bisa gugur dalam keadaan apapun, termasuk saat menjadi mempelai sekalipun.

Saat menjadi mempelai, kata Bu Nyai Badriyah, bukanlah sebuah udzur yang membebaskan seorang muslim dari kewajiban shalat.

Bahkan idealnya, Bu Nyai Badriyah memaparkan, shalat saat menjadi pengantin bisa melakukannya dengan khusyu’ sebagai bentuk ketaatan seorang hamba dan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah jodoh yang Allah berikan.

Namun keadaan yang sering membuat mempelai kesulitan untuk menjalankan shalat tepat pada waktunya.

Misalnya, Bu Nyai Badriyah mencontohkan, jika menggelar resepsi mulai pukul 11.00 s/d pukul 14.00, maka Shalat Dzuhurnya bisa tertinggal karena belum selesai mencopot pakaian dan membersihkan make-upnya, waktu Ashar sudah tiba.

Baca Juga:

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

Begitu juga jika menggelar resepsi malam hari, maka Shalat Maghribnya tidak bisa tepat waktu karena pengantin sudah meriasnya sejak pukul 16.00 sore.

Lebih lanjut, jika menggelar resepsi di rumah mulai pagi hingga malam hari malah bisa membuat Shalat Dzuhur, Ashar, dan Maghrib terabaikan.

Shalat Bisa di Jama’

Sebetulnya keadaan ini, menurut Bu Nyai Badriyah, bisa mensiasatinya. Bagi pengantin yang menjadi mempelai seharian (biasanya resepsi di rumah), pengantin bisa menjama’ Shalat Dzuhur dan Ashar dengan jama’ ta’khir di sore hari.

Setelah Maghrib tiba, pengantin segera bisa melakukan Shalat Maghrib, baru kembali ke pelaminan. Shalat Isya bisa menunaikannya setelah acara selesai.

Bagi pengantin yang melakukan rias sore hari, ia bisa berwudu sebelum meriasnya.

Dan ketika Maghrib tiba ia segera menunaikan shalat Maghrib sebelum memasuki pelaminan.

Bila acaranya pagi sampai siang, mempelai bisa segera Shalat Dzuhur begitu acara selesai.

Tidak perlu menjama’ ta’khir Shalat Dzuhur di waktu Ashar.

Namun dalam situasi yang mendesak, shalat jama’ bisa ditempuh sebagai solusi alternatif mengatasi kesulitan daripada meninggalkan shalat sama sekali. (Rul)

Tags: islamistrimempelaimenikahmenjadimeskiNikahpengantinpernikahanshalatsuamitetap
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Penindasan Palestina

    Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID