• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tiga Ulama Besar Menolak Perkawinan Anak

Ketiga ulama yang menolak kawin anak ini menyebutkan, perkawinan adalah tindakan berupa tanggungjawab kehidupan yang hanya bisa orang dewasa pikul. Mereka yang masih anak-anak tidak sah untuk menikah, meskipun wali atau orang tua mereka yang menikahkan.

Redaksi Redaksi
25/10/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
menolak kawin anak

menolak kawin anak

488
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan tiga ulama besar, Utsman al-Batti (w. 43 H/663 M), Ibn Syubrumah (w. 144 H/761 M), dan Abu Bakr al-Ashamm (w. 279 H/892 M), maka secara tegas mereka menolak perkawinan anak baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga ulama yang menolak kawin anak ini menyebutkan, perkawinan adalah tindakan berupa tanggungjawab kehidupan yang hanya bisa orang dewasa pikul.

Mereka yang masih anak-anak tidak sah untuk menikah, meskipun wali atau orang tua mereka yang menikahkannya. Karena pernikahan bukanlah sesuatu yang dibutuhkan mereka yang masih di usia anak.

Lebih lanjut, dengan logika tiga ulama klasik ini, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak, maka bisa disimpulkan, bahwa pernikahan bukanlah hak dasar anak.

Malah, bisa sebaliknya, bisa menjadi penghalang bagi anak-anak untuk bisa menikmati hak-hak dasarnya untuk tumbuh kembang dalam kehidupan yang menyenangkan, bisa belajar, bermain, dan menguatkan karkater diri dan kesiapan hidup yang relevan.

Baca Juga:

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Sementara itu, jika merujuk fatwa KUPI juga telah mengimplementasikan kerangka maqashid al-syari’ah dengan reinterpretasi al-kulliyyat al-khams demi melindungi mereka yang masih di usia anak dari pernikahan yang nyata-nyata tidak maslahat bagi mereka.

Dengan tegas, fatwa KUPI menyatakan bahwa melindungi anak dari pernikahan adalah wajib hukumnya. Anak di sini adalah konsepsi pertama, yaitu anak yang masih di bawah umur pernikahan. Bukan konsepsi kedua tentang posisi seseorang yang berhak dari kedua orang tuanya.

Dengan demikian, penjelasan ini tidak menghalangi pandangan seseorang yang menyatakan bahwa tanggungjawab pernikahan seseorang masih bisa menjadi tanggungjawab kedua orang tuanya.

Namun yang pasti, perkawinan tidak bisa lagi untuk menjadi hak anak dalam pembahasan fikih kontemporer. Pasalnya fikih kontemporer ini berbasis kerangka maqashid al-syari’ah, pendakatan Makruf, Mubadalah, dan Keadilan Hakiki. (Rul)

Tags: anakDr. Faqihuddin Abdul Kodirkawin anakmenolakperkawinanulama besar
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Membebaskan Manusia

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

11 Juli 2025
Berkeluarga

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

10 Juli 2025
Perempuan sebagai Fitnah

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

10 Juli 2025
Film Horor

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

10 Juli 2025
Perempuan sebagai Fitnah

Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

10 Juli 2025
Istri

Kuasa Suami atas Tubuh Istri

10 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID