• Login
  • Register
Senin, 27 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tik Tok dan Narasi Rasa Malu yang Bias

Masithoh Azzahro Lutfiasari Masithoh Azzahro Lutfiasari
19/06/2020
in Personal
0
(sumber gambar pixabay.com)

(sumber gambar pixabay.com)

48
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ladies, you will die, but your TikTok remains forever!

Sebuah video dakwah dengan judul di atas sering sekali muncul di laman explore akun Instagram saya. Entah sampai berapa minggu video tersebut selalu muncul, sekalipun saya tidak pernah menonton karena judulnya saja membuat saya mengernyit heran. Lha kan laki-laki juga main TikTok, tapi hanya ladies yang ‘diperingatkan’ dalam judul tersebut, pikir saya saat itu.

Hingga akhirnya pada suatu siang, saya klik unggahan tersebut karena rasa penasaran di dalam hati sudah tidak terbendung. Konten dari video tersebut adalah tausiyah singkat tentang TikTok oleh seorang pemuka agama Islam dari luar negeri yang memiliki jutaan pengikut di Instagram.

Di dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan bahwa sebagai umat Islam, kita harus dapat menjaga legacy atau warisan yang akan orang ingat tentang kita setelah kita meninggal. Pesan utamanya adalah bahwa kita harus menjaga diri dari aktivitas apapun di media sosial yang berpotensi meninggalkan legacy yang menimbulkan malu di kemudian hari.

Beliau menggunakan sapaan, “My brothers and my sisters,” di dalam video tersebut dengan lembutnya, dan tidak ada satupun kalimat beliau yang ditujukan untuk para ladies saja. Hal ini menunjukkan bahwa beliau, sebagai orang yang berilmu agama tinggi, sangat memahami bahwa rasa malu wajib dimiliki oleh semua umat, terlepas apapun gendernya. Namun sayangnya, pengunggah video memilih judul yang bias gender, seolah mencoba menepikan fakta bahwa laki-laki juga berpotensi membuat malu diri sendiri melalui unggahan mereka di TikTok.

Baca Juga:

Doa Ketika Wukuf di Arafah Sesuai Anjuran Rasulullah Saw

Makna Wukuf di Arafah

Re Grow Solusi Darurat Sampah Pangan di Indonesia

Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

Kemudian saya mencoba mengetik hashtag #tiktokharam di bagian pencarian Instagram. Tepat seperti dugaan saya, sebagian besar dari hasil temuan yang muncul berasal dari Indonesia, dengan jumlah lebih dari 100 unggahan.

Beberapa video menampilkan perempuan-perempuan yang menari, baik sendirian maupun berkelompok, kemudian digabung dengan video tausiyah dari pemuka agama Islam dari Indonesia yang membahas tentang hukum bermain TikTok. Inti dari konten-konten tersebut adalah dosa jariyah dan peringatan akan rasa malu bagi perempuan-perempuan yang bermain TikTok.

Narasi rasa malu selalu saja bias gender, dari dulu sampai sekarang tidak berhenti menyudutkan perempuan. Seolah-olah hanya perempuan saja di dunia ini yang berpotensi melakukan hal-hal yang memalukan di masyarakat.

Mulai dari hubungan seks sebelum menikah, hingga urusan sereceh main TikTok, perempuan selalu jadi sasaran bulan-bulanan penegakan rasa malu. Padahal video laki-laki berjoget juga bertebaran di TikTok, sebagaimana selfie kaum laki-laki juga bertebaran di Instagram.

Perempuan dan rasa malu kerap dikaitkan dengan hadis yang menceritakan potensi fitnah pada diri perempuan bagi laki-laki. Ada tuntutan bagi kaum Hawa untuk merasa malu agar dapat sebaik mungkin menutupi kecantikan diri supaya tidak ‘membahayakan’ laki-laki.

Mengenai hal ini, saya harap tidak ada yang melupakan kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam, dan cerita Omar Borkan Al-Gala dari Arab Saudi. Kedua laki-laki tersebut menjadi sumber kehebohan masyarakat karena keelokan penampilanya. Cerita mereka membuktikan bahwa siapapun bisa menjadi fitnah bagi orang lain, dan karena itu seharusnya rasa malu yang dapat menghindarkan fitnah berlaku untuk laki-laki juga.

Rasa malu yang alami, atau hayaa’ dalam bahasa Arab, memanglah sebagian dari iman. Semua umat beriman wajib memilikinya. Itulah mengapa judul-judul atau konten dakwah bernada ancaman terhadap perempuan dan rasa malunya harus dikaji ulang.

Mengapa tidak menekankan pentingnya rasa malu bagi semua umat? Zaman terus bergulir, mau sampai kapan mempertahankan dakwah yang misoginis dan terkesan permisif terhadap dosa yang juga dilakukan oleh laki-laki? []

Masithoh Azzahro Lutfiasari

Masithoh Azzahro Lutfiasari

Terkait Posts

Kecantikan Perempuan

Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

26 Juni 2022
Budaya Patriarki

Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

25 Juni 2022
Kehidupan Perempuan

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

24 Juni 2022
Menjadi Ibu

Apakah Semua Perempuan Terlahir Menjadi Ibu?

23 Juni 2022
Merespon Curhatan Teman

Tips Merespon Curhatan Teman tentang Kekerasan yang Dialaminya

22 Juni 2022
Cara Mengatasi Overthinking

Bagaimana Cara Mengatasi Overthinking bagi Perempuan?

21 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kecantikan Perempuan

    Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Wukuf di Arafah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Re Grow Solusi Darurat Sampah Pangan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa Ketika Wukuf di Arafah Sesuai Anjuran Rasulullah Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Doa Ketika Wukuf di Arafah Sesuai Anjuran Rasulullah Saw
  • Makna Wukuf di Arafah
  • Re Grow Solusi Darurat Sampah Pangan di Indonesia
  • Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya
  • 3 Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist