• Login
  • Register
Selasa, 17 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Toleransi Beragama dalam Tafsir yang Berkeadilan

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
30/06/2022
in Hikmah
0
Toleransi Beragama

Toleransi Beragama

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Agama kerap dijadikan sebagai alat menindas kaum yang lemah oleh sebagian kelompok tertentu. Ini bukanlah hal baru, melainkan telah terjadi sejak berabad-abad lalu. Penggunaannya tidak hanya sebagai alat untuk mendiskriminasi kaum rentan. Agama juga sering berfungsi sebagai modal untuk memperoleh kekuasaan, pemenuhan kepentingan kelompok, atau juga sebagai pemicu konflik dan peperangan. Akhirnya, toleransi beragama menjadi sesuatu yang langka.

Lagi-lagi ini bukanlah hal yang baru, namun sudah terjadi sejak dahulu. Namun, apakah kita semua menginginkan kehidupan yang terus-menerus demikian? Kehidupan dengan kehadiran ‘agama’ yang sungguh intoleran dan menakutkan? Sungguh tidak ada satu manusia pun yang berharap demikian, sehingga kita semua memerlukan tafsir yang toleran untuk menghidupkan toleransi beragama.

Banyaknya pendapat para mufasir atas teks, dan kaum agamawan yang kembali menyampaikan penafsiran tersebut, juga memberikan ruang terhadap keberadaan tafsir-tafsir yang intoleran. Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk dapat memilah penafsiran yang toleran? Yakni, penafsiran yang sungguh kita butuhkan untuk menjalani semua bentuk toleransi beragama dalam relasi kehidupan? Berikut ciri-cirinya :

Akhlak Karimah sebagai Pondasi Toleransi Beragama

Pertama, pastikan isi dan arah tafsir mengarah kepada akhlakul karimah. Sebagaimana yang sering Buya Husein sampaikan di banyak pertemuan. Sejatinya semua agama itu mengajarkan kebaikan, termasuk Islam. Akan tetapi, dalam agama yang sama pun kita kerap berselisih. Semua itu karena perbedaan pemahaman atas teks agama yang kita hayati. Agar agama menjadi agama yang toleran dan mendamaikan, tentu Buya Hussein memberikan tolak ukur tersendiri dalam corak penafsirannya, yakni tafsir yang mendekati keadilan.

Mendekati keadilan di sini memiliki indikator inti yang berupa akhlakul karimah, atau prinsip-prinsip hak asasi manusia yang harus mencakup tentang nilai-nilai kebebasan (al-hurriyyah), kesetaraan (al-musawwa), persaudaraan (al-ukhuwwah), keadilan (al-adalah), dan penghormatan kepada manusia (karamah al-insan) dengan melihat kategorisasi ayat bersangkutan (universal dan partikular).

Baca Juga:

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

Bersukacita dalam Membangun Perdamaian Dunia: Menilik Penggembalaan Apostolik Paus Leo XIV Bagi Dunia

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Jika dalam metode tafsir mempertimbangkan indikator ini, tentu ‘Agama’ sangat kecil kemungkinannya untuk memiliki wajah yang sangar, bringas, dan intoleran. So, jika ada agamawan yang menafsirkan teks agama tanpa menitik-beratkan poin ini, lebih baik untuk tidak dihiraukan.

Tafsir Toleran Perwujudan dari Visi Al Qur’an

Kedua, harus merupakan perwujudan dari visi Alquran, yakni rahmat untuk semesta alam. Sebagai objek tafsir para mufasir, posisi Alquran harus diteguhkan kembali, Alquran adalah wahyu Tuhan kepada Nabi Muhammad Saw. yang diperuntukkan untuk manusia. Seperti yang Buya Hussein jelaskan, bahwa Alquran memiliki karakter khusus yang membuatnya selalu relevan dengan tuntutan zaman. Yakni melengkapi risalah ketuhanan, abadi, universal, komprehensif, dan tidak saling bertentangan.

Berikut fungsi dan visi dari Alquran itu sendiri, yakni menjadi rahmat untuk semesta dengan segala tuntunan budi pekerti/akhlakul karimah yang terdapat di dalamnya. Dari sini dapat kita pahami secara ringkas, bahwa kehadiran agama sejatinya berfungsi sebagai tuntunan dalam mewujudkan harmoni dalam kehidupan, bukan sebagai sumbu perpecahan. Jadi, jika ada panutan yang menyampaikan teks ayat namun tidak sesuai dengan visi Alquran, maka tidak ada salahnya untuk saling mengingatkan.

Ketiga, tafsir tersebut harus dapat terlihat dari multidisiplin ilmu pengetahuan. Semua ilmu yang ada di dunia ini Alquran dapat menjelaskannya. Sehingga penafsiran atas ayat/teks pun harus dapat terlihat dari berbagai perspektif keilmuan yang ada.

Tafsir Toleran, Tafsir yang Kontekstual

Oleh karena itu, mufasir saat ini tidak saja dituntut untuk mendalami ilmu yang berhubungan dengan agama saja. Melainkan juga memahami ilmu-ilmu yang masyarakat butuhkan. Supaya apa? Supaya perumusan tafsir  sungguh-sungguh dapat bermanfaat untuk kehidupan masyarakat secara kontekstual. Bukan secara tekstual keagamaan belaka.

Di antara keahlian yang harus para mufasir miliki saat ini antara lain: memahami bahasa (nafs al-khitab), memahami situasi dan kondisi orang yang menyampaikan (mukhatib/author). Memahami situasi dan kondisi penerima (mukhatab/audiens), latar belakang turunnya ayat (asbabun nuzul), tradisi dan sistem sosial, ekonomi, politik, dan budaya, serta memahami rasionalitas teks. Saat mufasir dan agamawan menguasai ini semua, Insya Allah tafsir yang tersampaikan oleh mereka adalah tafsir yang toleran.

Akhirnya, mengutip pernyataan Buya Hussein, mengikuti Nabi adalah mengikuti cita-citanya. Karena dunia ini tidak berhenti, berhenti adalah kematian, dan jika seseorang berhenti tanpa sebab, maka ia akan tertinggal. []

 

 

Tags: keberagamanModerasi BeragamaPerdamaianTafsir AlQur'anTolerabsi Beragamatoleransi
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Rumah Tangga yang

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

16 Juni 2025
Kehidupan Rumah Tangga

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

16 Juni 2025
Tanggung Jawab Perkawinan

Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan

15 Juni 2025
Suami

Pentingnya Komitmen Suami dan Istri dalam Kerja Domestik dan Publik

14 Juni 2025
Semangat Haji

Merawat Semangat Haji Sepanjang Hayat: Transformasi Spiritual yang Berkelanjutan

11 Juni 2025
Keadilan

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

11 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kesalehan Perempuan

    Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat
  • Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?
  • Nabi Saw Memuliakan dan Menolak Semua Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan
  • Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID