• Login
  • Register
Selasa, 24 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Tradisi Melempar Bayi Dari Gedung Setinggi 25 Meter

Ritual ini biasanya disertai dengan beberapa perayaan oleh keluarga si bayi sebagai bentuk ucapan syukur atas keselamatan dan umur panjang yang diberikan

Fadlan Fadlan
14/02/2022
in Pernak-pernik
0
baby blues

baby blues

135
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Budaya memang merupakan aspek penting dalam kehidupan. Masyarakat di seluruh dunia pasti memiliki budaya atau tradisi unik tersendiri yang dipegang teguh selama bertahun-tahun. Beberapa dari tradisi ini beragam, ada yang tampaknya biasa-biasa saja dan normal hingga yang nyeleneh, keterlaluan, dan bahkan menakutkan. Salah satunya adalah ritual melempar bayi dari India.

Selama lebih dari 700 tahun, umat Muslim dan Hindu di daerah-daerah tertentu di India – seperti di Maharashtra dan di Harangal – terkenal karena mempraktikkan ritual melempar bayi atau tradisi Okali di mana bayi-bayi yang masih berusia beberapa bulan sampai dua tahun akan dibawa ke kuil atau masjid lalu dilemparkan dari atas gedung setinggi 25 meter di hadapan ratusan masyarakat yang hadir.

Bagi para orang tua yang ingin bayinya ikut serta dalam acara tersebut, diminta untuk mengucapkan sumpah di hadapan Baba Sheikh Umar Saheb Dargah atau di depan kuil. Mereka percaya bahwa dengan melakukan tradisi ini, maka kesehatan dan keberuntungan akan selalu menyertai sang bayi.

**

Sebagaimana tradisi-tradisi lain pada umumnya, tradisi ini juga punya legenda. Menurut cerita yang beredar, berabad-abad yang lalu di India, tingkat kematian bayi sangat tinggi, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, satu-satunya cara adalah meminta doa dari orang-orang yang dianggap suci agar bayi-bayi yang lahir mendapatkan umur panjang dan keberkahan.

Menurut legenda, dahulu ada seorang rahib atau orang suci yang memberikan nasihat kepada masyarakat bahwa jika masyarakat ingin bayinya sehat, dan panjang umur maka mereka harus membangun sebuah tempat suci yang tinggi dan menjatuhkan bayinya dari ketinggian. Karena begitulah satu-satunya cara untuk menunjukan kesetiaan dan iman mereka kepada Tuhan.

Baca Juga:

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Ritual ini dianggap sebagai cara untuk merayu dan menyenangkan Tuhan, sehingga Tuhan akan memberikan bayi mereka keberuntungan, umur panjang, dan kemakmuran.

Prosesi Ritual

Di hari ritual dilakukan, semua bayi yang baru lahir terlebih dahulu akan dibawa ke pura atau masjid oleh orang tuanya. Di sana, seorang rahib pendeta atau imam akan membawa bayi-bayi tersebut ke puncak gedung atau bangunan. Saat hendak dilempar, bayi tersebut akan dipegang kaki dan tangannya dan diayunkan terlebih dahulu layaknya sebuah keranjang lalu melemparkan mereka satu per satu.

Meskipun tindakan tersebut dianggap sebagai wujud dari keyakinan dan kesetiaan kepada Tuhan, masyarakat tetap berusaha untuk memastikan keselamatan para bayi itu dengan mengumpulkan beberapa laki-laki di bawah gedung. Orang-orang yang sudah menunggu di bawah gedung bisa menangkap bayi-bayi yang jatuh sebelum bayi tersebut sampai ke tanah dengan cara membentangkan kain besar yang telah disediakan.

Tak ada yang peduli dengan tangisan histeris si bayi. Orang-orang justru menyambut bayi tersebut dengan sorak sorai dan tepuk tangan yang meriah setelah bayi itu dilemparkan dari ketinggian. Begitu si bayi telah berhasil ditangkap oleh para lelaki yang memegang kain, semua orang yang hadir akan bersorak dan mengoper bayi tersebut hingga sampai di tangan orang tuanya dengan selamat.

Ritual ini biasanya disertai dengan beberapa perayaan oleh keluarga si bayi sebagai bentuk ucapan syukur atas keselamatan dan umur panjang yang diberikan.

Selama bertahun-tahun, masyarakat yang mempraktikkan tradisi melempar bayi ini sangat memegang teguh tradisi ini meskipun telah mendapat banyak kritik dan kecaman dari berbagai pihak yang menganggap bahwa tradisi tersebut berbahaya, salah satunya adalah Komisi Perlindungan Anak India. Tradisi ini dikecam karena dianggap berbahaya bagi kondisi psikologis dan keselamatan sang bayi.

Olehnya pada tahun 2009, tradisi ini sempat dilarang pemerintah. Hingga pada tahun 2012, ritual ini coba untuk dihidupkan kembali dan dilaksanakan di kuil Digamberashwara di Desa Nagrala dan sejak saat itu tradisi ini terus dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak mau melepaskan tradisi kuno ini.

Mereka percaya ini adalah cara yang ‘sebenarnya’ tidak berbahaya, karena nyawa sang bayi telah dijamin keselamatannya oleh Tuhan, dan ini adalah cara terbaik untuk menunjukkan iman mereka yang tak tergoyahkan kepada Tuhan. Uniknya – mengutip kumparanTRAVEL – belum pernah ada catatan mengenai kecelakaan bayi selama pelaksanaan tradisi ekstrim ini. Wow. []

Tags: duniaIndiaTradisi
Fadlan

Fadlan

Penulis lepas dan tutor Bahasa Inggris-Bahasa Spanyol

Terkait Posts

Khitan perempuan

Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

24 Juni 2025
Fitnah Perempuan

Mengkaji Ulang Fitnah Perempuan dalam Pandangan Agama

24 Juni 2025
Tubuh Perempuan Sumber Fitnah

Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah

23 Juni 2025
fikih perempuan

Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih

23 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

23 Juni 2025
Debat Agama

Kisah Salim dan Debat Agama

23 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bias Kultural

    Bias Kultural dalam Duka: Laki-Laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berbagi dan Selfie: Mengkaji Etika Berbagi di Tengah Dunia Digital
  • Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!
  • Bias Kultural dalam Duka: Laki-Laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi
  • Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan
  • Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID