Mubadalah.id – Budaya patriarki dapat diartikan sebagai suatu sistem masyarakat yang mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam peran sosialnya. Setiap perempuan membutuhkan keberanian untuk melawan budaya patriarki.
Dengan rasa berani itulah yang mendorong semangat perempuan untuk melewati garis stigmanya atau bisa kita istilahkan dengan ‘women crossing the line’. Ialah suatu gerakan perempuan yang melawan stigma. Spirit inilah yang akan membawa perempuan pada kemerdekaan dan tidak lagi terkungkung budaya patriarki.
Untuk saat ini, seluruh aspek kehidupan mungkin telah membuka kesempatan bagi para perempuan. Namun, apakah perempuan sendiri sudah merdeka dengan jalan pikirnya?
Film disney ‘Mulan’ ini bisa menjadi visualisasi spirit perempuan saat melawan budaya patriarki. Tokoh utamanya ialah Mulan, sosok perempuan pemberani dan tangguh.
Sosok Mulan dan Tradisi Kerajaan Tiongkok
Mulan hidup di tengah-tengah masyarakat Tionghoa. Ia hidup sebagai anak tunggal perempuan di keluarganya. Tempat tinggalnya berada di wilayah kerajaan Tiongkok dengan kaisar sebagai pemimpinnya.
Budaya masyarakat Tionghoa, perempuan hanya mereka persiapkan untuk menjadi seorang istri dan laki-laki bisa mengikuti kegiatan militer kerajaan hingga menjadi prajurit. Jadi, setiap harinya Mulan mereka latih untuk menjadi seorang istri.
Singkat cerita, suatu ketika kerajaan Tiongkok tersebut akan diserang oleh musuh. Kaisar memerintahkan kepada penasehat kerajaan untuk merekrut prajurit baru di setiap desa. Prajurit haruslah dari salah satu laki-laki yang ada di setiap keluarga.
Perempuan mereka larang ikut untuk berperang karena ada anggapan melawan tradisi. Saat perempuan memilih untuk ikut berperang, maka akan jadi aib bagi keluarganya. Perempuan akan lebih terhormat jika berada di desanya dan belajar menjadi seorang istri.
Keberanian Mulan Melawan Rasa Takut
Pengumuman rekrutmen prajurit itu pun tiba ke desanya Mulan. Titah kerajaan tidak bisa tertolak oleh setiap keluarga. Saat itulah, ayah Mulan memutuskan untuk berangkat di tengah kondisi kakinya yang sedang sakit dan harus memakai tongkat untuk berjalan.
Namun, Mulan tidak setuju dengan keputusan ayahnya karena khawatir dengan kondisi ayahnya. Sejak saat itulah, Mulan mulai berpikir untuk menolong ayahnya. Ia berniat menggantikan ayahnya untuk ikut berperang.
Di sisi lain, Mulan tidak memiliki keahlian bela diri apa pun karena setiap harinya Mulan hanya mereka ajarkan soal memasak, bersih-bersih, cara menuang teh, dan berdandan. Mulan berusaha keras untuk melawan ketakutan karena harus menerima resiko jika ia melanggar aturan keluarga dan desanya.
Akhirnya Mulan memutuskan untuk membantu ayahnya. Ia pergi diam-diam dan menyamar sebagai laki-laki hingga terlihat maskulin. Ia berangkat dengan kudanya dan bertemu seekor naga kecil yang akan membantunya. Sebelum berperang, Mulan berlatih bersama prajurit lainnya dan tetap merahasiakan identitasnya sebagai perempuan.
Setelah selesai berlatih, perang pun mulai karena musuh sudah mendekati kerajaan Tiongkok. Kaisar memerintahkan semua prajurit untuk berjuang demi keselamatan rakyat Tionghoa.
Mulan dan Sisi Heroiknya
Mulan berjuang di medan perang sebagai prajurit perempuan satu-satunya. Prajurit lain tidak ada yang mengetahui identitas Mulan. Ini demi menjaga kehormatan keluarganya. Dengan bekal cinta tanah air dan keluarganya, Mulan berhasil mengalahkan musuh Kerajaan Tiongkok itu bersama teman-teman prajurit laki-laki.
Singkatnya, Mulan adalah sosok tokoh disney yang berhasil mencitrakan diri sebagai perempuan yang merdeka. Film disney Mulan ini bisa menjadi salah satu vitamin untuk membangkitkan spirit perjuangan perempuan. Film ini cocok kita tonton di bulan Kartini ini. Selain Kartini, di luar sana masih banyak lagi tokoh inspiratif perempuan lainnya. []