• Login
  • Register
Jumat, 13 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

“Wahnan ‘ala Wahnin” Seorang Ibu

Siti Khuzaimah Siti Khuzaimah
13/11/2018
in Kolom
0
Ibu koala, Ibu, Keluarga

Ilustrasi: pixabay[dot]com

141
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya sering mendengarkan umpatan yang ditujukan kepada ibu-ibu yang anakanya tiba-tiba menangis. “Ibu yang bekerja sudah tentu gagal mengurus anak-anak. Ibu menjadi seseorang yang harus bertanggung jawab terhadap anak yang dilahirkan dari rahimnya. Jika ibu tidak bisa mengurus anaknya dengan baik, maka ia pantas disebut ibu yang gagal.” Dalam Al-Qur’an, seorang ibu itu sudah menanggung wahnan ala wahnin. Apa itu?

Padahal ibu juga seorang manusia. Ia bisa salah dan tidak seharusnya disalahkan secara sepihak. Ini adalah kisah Weni, dosen PNS yang saat ini berjuang menyelesaikan pendidikan doktor (S3).

Weni tinggal bersama keluarga, 3 anak dan suami. Weni seorang ibu yang mandiri. Saat dia hamil sering mengalami morning sick, mual dan muntah yang berlangsung hingga bulan ke-4.

Baca juga: (Bukan) Hanya Ibu yang Tahu

Meskipun demikian dia tidak pernah mengeluh. Setiap pagi dia tetap berangkat ke kampus sendiri. Dia selalu menyiapkan kantong plastik dan diikat di telinga agar lebih mudah mengantongi muntah saat mengendarai mobil.

Baca Juga:

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah Tokoh Perempuan (Part 3)

Weni jarang diantar suaminya karena sang suami bertugas di laur kota. Weni selalu mengalami moorning sick di setiap kehamilannya.

Hari perkiraan lahir (HPL) Weni maju tiga minggu, sehingga belum sempat mengambil cuti dia sudah melahirkan. Akhirnya dia mengambil cuti setelah melahirkan selama 3 bulan, meskipun pada umumnya teman-temannya hanya 2 bulan setelah melahirkan.

Baca juga: Peran Ibu, Keluarga dan Kemerdekaan

Weni sengaja mengambil masa cuti yang lebih panjang pasca melahirkan karena menginginkan program ASI eksklusif berjalan lancar. Weni mengurus perizinan cuti setelah  dia keluar dari rumah sakit.

Dia mengirimkan surat dari dokter kepada pihak kampus agar dapat segera diproses. Selain itu, saat pimpinannya menjenguk ke rumah sakit, dia menyampaikan beberapa alasan secara langsung agar permohonan cuti selama 3 bulan diproses dengan baik.

Salah satu alasan yang yang dia sampaikan kepada pimpinan yaitu butuh waktu istirahat yang cukup banyak agar dapat memulihkan stamina pasca melahirkan.

Pada waktu 3 bulan cuti, Weni mendapatkan ASI yang berlimpah. Setiap hari dia dapat menyimpan ASI perah minimal 5 botol ukuran 80 ml, di samping itu dia tetap memberi ASI secara langsung, siang dan malam. Agar kualitas ASI tetap terjaga, dia menyimpan ASI perah tersebut dalam kulkas.

Setiap pagi Weni pergi ke kampus bersama anaknya naik mobil. Sebelum mengajar, dia terlebih dahulu mengantar anaknya ke day care tempat dia bekerja.

Baca: Peran Ibu, Keluarga dan Kemerdekaan

Dia selalu membawa peralatan untuk menyimpan ASI perah, cooler bag dan beberapa botol kosong. Botol-botol tersebut terisi penuh dan diserahkan ke day care sebelum pulang.

Weni biasanya memeras ASI di ruang kerjanya, satu petak ruangan kaca yang ditutup dengan kertas-kertas, agar tidak tampak dari luar. Sebelum dia memiliki ruang kerja khusus, dia memeras ASI di toilet karena memang dianggap aman dan tidak terlihat banyak orang, namun tidak nyaman.

Dari kisah Weni, kita dapat belajar wahnan ala wahnin seorang ibu, yaitu bersusah payah dan berkorban untuk kebaikan anak.

Ibu adalah orang pertama yang hidup bersama, menyuplai kehidupan anak selama 9 bulan, mengisi setiap kekosongan diri anak-anaknya, dan lahan surga bagi anak-anak yang mau berbuat baik (birrul walidain). []

Tags: anakASIdomestikIbuislamkerjaperjuanganpublikwahnanwahnin
Siti Khuzaimah

Siti Khuzaimah

Terkait Posts

Perempuan Berolahraga

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

13 Juni 2025
Humor

Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

13 Juni 2025
Nikel Raja Ampat

Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat

12 Juni 2025
Tanah Papua

Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

12 Juni 2025
Kak Owen

Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

12 Juni 2025
Sejarah Perempuan

Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

12 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Difabel

    Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja
  • Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an
  • Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga
  • Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri
  • Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID