• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

3 Cara Perempuan Mendapat Pengetahuan

Pengetahuan subjektif (Subjective Knovledge). Pada tahap ini, perempuan mulai menghubungkan pengetahuan dengan hati dan pengalaman personalnya.

Redaksi Redaksi
10/08/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Pengetahuan

Pengetahuan

507
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pengetahuan sangat penting dalam kehidupan manusia lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal, diselenggarakan karena pentingnya pengetahuan. Al-‘ilmu nur, ilmu adalah cahaya. Dengannya, hidup menjadi terang dan kita pun bisa melihat segala sesuatu dengan lebih jelas.

Pengetahuan bagaikan senjata. Dengannya, kita bisa melindungi diri sendiri dan orang lain dari kezaliman dalam banyak bentuknya, terutama dari kezaliman dalam bentuk rusa berbulu domba, yakni yang terlihat seperti kebajikan.

Namun, cahaya dan senjata juga bisa berfungsi sebaliknya. Cahaya yang langsung disorot ke mata membuat kita silau dan tidak bisa melihat. Senjata yang diarahkan kepada kita bisa menjadi sesuatu yang mengerikan.

Pertanyaannya adalah, bagaimanakah perempuan memperoleh pengetahuan? Bagaimana pengetahuan yang mereka peroleh menjadi cahaya yang menyinari atau justru membutakan? Menjadi senjata yang membuatnya aman atau justru mengancam?

Mary Belenky, Blythe Clinchy, Nancy Goldberger, Jill Tarule dari Ferris State University membuat sebuah penelitian terkait hal ini. Hasilnya adalah teori Womens Ways of Knowing. Menurut mereka, cara perempuan mengetahui terbagi menjadi tiga level, yaitu:

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Pertama, diam (silent). Pada tahap ini, perempuan memiliki ketergantungan total kepada orang lain dalam memperoleh pengetahuan. Ia menghayati setiap kata sebagai senjata yang mengancamnya. Kata yang keluar dari pihak lain membuatnya terancam.

Sebaliknya, kata yang dia keluarkan pun bisa berbuah bentakan, tendangan, atau kekerasan lainnya. Perempuan dalam posisi ini tidak punya pilihan lain kecuali diam dan mengerjakan yang pihak lain perintahkan.

Hidupnya bagaikan robot yang bergerak sepenuhnya ditentukan oleh pihak lain. Perempuan dalam posisi ini sebetulnya tidak hanya a silent knower, melainkan a silenced knower, orang yang dibungkam.

Received Knowledge

Kedua, pengetahuan terterima (Received Knowledge). Pada tahap ini, perempuan menghayati pengetahuan sebagai kebenaran. Mereka menerima pengetahuan dari TV, media sosial, bangku kuliah, majelis taklim, sebagai sesuatu yang ia anggap selalu benar, langsung mereproduksinya.

Dengar langsung share. Tidak ada proses klarifikasi, apalagi refleksi. Ketika menerima informasi bahwa suami boleh memukul istri, lalu hal itu terjadi padanya, maka ia akan melihatnya sebagai sesuatu yang memang wajar ia alami.

Ketiga, pengetahuan subjektif (Subjective Knovledge). Pada tahap ini, perempuan mulai menghubungkan pengetahuan dengan hati dan pengalaman personalnya.

Ketika menerima informasi tentang bolehnya suami memukul istri sebagai ajaran Islam, sedangkan ia meyakini bahwa Islam hanya mengajarkan kebaikan. Maka ja mulai bertanya dalam hatinya: “Mengapa Islam yang mengajarkan kebaikan membolehkan suami memukul istri, bukankah memukul itu menyebabkan orang lain sakit dan itu tidak baik?”

Pada tahap ini, perempuan mulai muncul daya kritisnya. Dia mulai mempertanyakan sesuatu yang menurutnya tidak logis, tetapi dia baru menyimpan pertanyaan tersebut untuk dirinya sendiri. []

Tags: CaraMendapatpengetahuanperempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Sakinah

Tafsir Sakinah

28 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Mari Hentikan Pengontrolan Seksualitas Perempuan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID