• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

4 Langkah Umat Islam Memperkuat Perdamaian

Tak dapat kita pungkiri, kesenjangan ekonomi dan berbagai aspek kehidupan sosial lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, bidang pekerjaan hingga politik dapat menjadi penyebab munculnya intoleransi di masyarakat

Wafiroh Wafiroh
03/08/2022
in Featured, Publik
0
Memperkuat Perdamaian

Memperkuat Perdamaian

144
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Umat Islam di Indonesia, terdiri dari berbagai unsur yang berbeda. Mereka berasal dari latar belakang keagamaan, pendidikan, pelaksanaan ajaran-ajaran agama serta kemampuan ekonomi, peran politik dan lain-lain yang berbeda. Kondisi semacam ini jika tidak kita sikapi dengan bijak maka akan cenderung memunculkan benih-benih konflik. Sehingga bagaimana upaya umat Islam untuk memperkuat perdamaian.

Namun menurut Azyumardi Azra, ternyata negara Indonesia masih tergolong sebagai negara yang damai meski penduduknya berasal dari unsur yang sangat majemuk. Meski masih kerap terjadi kegaduhan politik atau konflik-konflik ringan, namun sejauh ini masyarakat Indonesia masih berhasil menjaga keutuhan perdamaian. Namun tentunya, menurut beliau hal ini masih belum bisa dianggap final. Indonesia masih memiliki tugas penting untuk mempertahankan atau bahkan makin memperkuat perdamaian yang ada.

Secara singkat, beliau menyebutkan beberapa poin yang hendaknya kita lakukan untuk bisa melaksanakan tugas tersebut dengan baik (baca: NU Online, 20 Juli 2022 “Guru Besar Sejarah islam Azyumardi Azra: Perdamaian di Indonesia Perlu Diperkuat”). Penulis di sini hanya menyebutkan ulang poin-poin tersebut dengan disertai sedikit komentar sejauh kemampuan penulis. Berikut poin-poin tersebut:

Menengok kembali sejarah

Sejarah keberislaman di Indonesia, yang dulunya terkenal dengan Nusantara berawal sejak kira-kira abad ke-13. Menurut satu versi, pada saat itu Islam terbawa oleh pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Sembari berdagang, mereka menyebarkan Islam kepada penduduk yang mereka temui. Pada saat itu, transportasi lintas negara mayoritas menggunakan kapal laut. Oleh karena itu, penduduk pesisir menjadi pihak pertama yang menerima ajaran Islam.

Selain dengan menggunakan metode berdagang, para pendakwah Islam dari mulai melakukan akulturasi lebih lanjut dengan penduduk lokal. Sebagian dari mereka menikahi warga pesisir. Hal ini lambat laun membuat keluarga yang dinikahi tersebut meninggalkan kepercayaan lamanya dan beralih untuk masuk Islam. Mereka memilih untuk memeluk Islam dengan suka rela dan tanpa paksaan.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Tafsir Sakinah

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Poin yang dapat kita tarik dari sejarah ini, adalah bahwa Islam terbawa ke Nusantara dengan jalan damai dan toleran. Para pembawa Islam pada masa-masa awal mencerminkan Islam sebagai agama yang anti kekerasan, ramah dan tidak anarkis. Cara semacam inilah yang membuat agama Islam mampu bertahan dan tetap dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia saat ini.

Sekarang coba kita bandingkan masuknya Islam ke Spanyol misalnya, yang nota bene menggunakan jalan perang dan penaklukan wilayah kekuasaan. Maka kita lihat sekarang, perkembangan Islam di Spanyol tidak begitu signifikan. Tercatat hanya 4% penduduk Spanyol yang beragama Islam.

Pertanyaannya mengapa? Tak lain karena setiap hal, apapun itu jika kita awali dengan cara kasar dan anarkis, maka hanya akan terikuti sejauh mana hal itu masih menakutkan. Alih-alih mencintai, mereka hanya akan memeluk Islam karena takut akan pemerintahan yang tengah berlangsung.

Saat ini, dalam perkembangannya alangkah baiknya jika kita kembali berusaha mencitrakan Islam sebagaimana awal mula ia masuk ke Nusantara. Alih-alih terlarut dalam isu-isu radikalisme yang seringkali masih muncul, lebih baik kita menampilkan sikap, perilaku dan keberagamaan yang toleran dan jauh dari sifat anarkisme. Tak lain karena dengan begitu, maka Islam akan lebih mudah penerimannya oleh tiap lapisan masyarakat.

Memaksimalkan potensi pesantren

Pada awal perkembangannya, salah satu unsur keberagamaan Islam di Indonesia yang penilaiannya unik dan berbeda dengan kehidupan Islam yang ada di belahan dunia lain adalah adanya pesantren. Pesantren di Indonesia, adalah satu institusi Islam yang murni tumbuh dari rahim kultur Indonesia sendiri. Ia tumbuh, berkembang dan memainkan peran penting dalam kebudayaan Islam Indonesia.

Pesantren sebagai lembaga kultural di Indonesia memegang peran yang luar biasa urgen dalam misi penyebaran Islam. Tak hanya itu, pesantren juga menjadi pusat sebagian besar kegiatan hidup penganut Islam di Indonesia. Semenjak awal, kehidupan di pesantren mencerminkan nilai-nilai kerukunan, ramah, toleransi dan perdamaian. Berbagai unsur yang berbeda menyatu dalam kehidupan bersama di pesantren.

Potensi besar ini akan memiliki daya guna jauh lebih maksimal jika kita bisa memaksimalkan potensi pesantren. Kesempatan untuk terlibat dalam ruang publik, menyetarakan akses informasi dan edukasi serta mengalih digitalkan aspek-aspek tertentu dari pesantren dapat kita lakukan. Misal naskah keilmuan yang pesantren kaji, informasi, kegiatan dan lain-lain yang tersebar dengan masif menggunakan kemajuan teknologi saat ini, akan dapat memperluas jangkauan pesantren dalam menyebarkan keberislaman yang moderat.

Memperkuat potensi ekonomi dan kehidupan sosial

Tak dapat kita pungkiri, kesenjangan ekonomi dan berbagai aspek kehidupan sosial lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, bidang pekerjaan hingga politik dapat menjadi penyebab munculnya intoleransi di masyarakat. Terlebih dengan masifnya perkembangan internet dengan penggerak media sosial saat ini, kesenjangan dalam berbagai aspek kehidupan yang idealnya seimbang dapat dengan mudah kita temukan.

Misal, dalam kesempatan kerja dan pendidikan. Faktor-faktor seperti privilege keturunan, relasi, akses transportasi dan lain-lain dapat dengan mudah kita temukan menjadi jurang pemisah yang cukup lebar antar beberapa pihak. Kita tak dapat memungkiri bahwa mereka yang hidup di kota, dengan privilege kedekatan tertentu dengan suatu elite politik atau elite pendidikan akan mendapatkan akses pekerjaan dan pendidikan yang lebih layak dari pada mereka yang sebaliknya.

Terlebih dengan penggunaan media sosial yang masif belakangan ini, kita makin mudah mendapatkan akses untuk melihat ‘keberhasilan’ orang lain lalu membandingkannya dengan diri kita sendiri. Oleh karena itu, menjadi tugas kita bersama –pemerintah terutama– untuk memaksimalkan kesetaraan peluang ekonomi, akses pendidikan, kesehatan dan unsur-unsur penting kehidupan sosial lainnya. Agar kesenjangan antara kelas mesyarakat dapat kita jembatani.

Mungkin ini bukan tugas yang mudah. Tapi kita sebagai bagian dari komunitas majemuk di Indonesia bisa memulainya dengan melakukan langkah-langkah kecil. Dengan harapan, kesenjangan sosial antar berbagai pihak dapat terjembatani dengan baik. Allahu a’lam.

Tags: islamkeberagamanModerasi BeragamaPerdamaiantoleransi
Wafiroh

Wafiroh

Alumni Ma'had Aly Situbondo - Perintis Pesantren Anak Tarbiyatul Quran wal Kutub

Terkait Posts

Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Menstruasi

Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

2 Juli 2025
Gaji Pejabat

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Boys Don’t Cry

    Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu
  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID