• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

4 Pola Pendidikan yang Ramah Terhadap Anak

Dalam mendidik anak, orang tua sebaiknya harus menerapkan pola pendidikan yang ramah terhadap anak. Berikut penjelasannya.

Redaksi Redaksi
19/05/2022
in Hikmah, Keluarga
0
perempuan berpendidikan tinggi

perempuan berpendidikan tinggi

191
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Anak merupakan salah satu anugerah dan amanah yang Allah SWT berikan kepada setiap orang tua. Orang tua harus memiliki pola pendidikan yang baik terhadap anaknya.

Orang tua (ayah dan ibu) mempunyai tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik dalam pendidikan, pengasuhan, perawatan, dan perlindungan.

Dalam mendidik anak, orang tua sebaiknya harus menerapkan pola pendidikan yang ramah terhadap anak. Berikut 4 pola pendidikan ramah anak seperti dikutip di dalam buku Parenting With Love, yang ditulis Maria Ulfah Anshor.

1. Pola Pendidikan yang Tidak Membedakan Jenis Kelamin

Orang tua hendaknya tidak membeda-bedakan dalam memperlakukan anak laki-laki dengan perempuan.

Mulailah dari hal-hal yang kecil. Misalnya, pilihan warna, mainan, dan yang lainnya tidak disosialisasikan kepada anak secara stereotype.

Baca Juga:

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

Kemudian, berikan kebebasan kepada anak laki-laki dan perempuan untuk tumbuh dan mengekspresikan keingintahuannya.

Oleh sebab itu, hentikan kebiasaan menyosialisasikan nilai-nilai bahwa perempuan harus dengan kepribadian yang feminin (lemah lembut, halus, penyayang, cengeng, dan sebagainya) dan laki-laki dengan kepribadian maskulin (berani, tegas, kekar, kuat, tidak boleh menangis, dan sebagainya).

Kedua nilai kepribadian tersebut harus diperkenalkan kepada setiap anak sejak dini supaya anak terlatih dengan kepribadian yang adil gender.

2. Pola Pendidikan yang Menumbuhkan Sikap Kritis kepada Anak

Biasakan kepada anak sejak dini untuk diajak mempertanyakan hal-hal yang dilihat, dialami, dirasakannya, dan memberikan jawaban dengan logika berpikir yang disesuaikan dengan usia dan kondisi anak.

Pendidikan kritis untuk anak dapat juga diartikan bahwa anak dapat menanyakan apa saja yang ingin diketahuinya tanpa merasa takut dan ragu, dan orangtua atau pengasuh harus mampu menjawab seluruh pertanyaan anak secara tepat dan benar.

Jika kemudian pengetahuan yang dia ketahui berbeda dengan pengetahuan yang baru didapatkannya, ia berhak mendapatkan klarifikasi serta dapat mengoreksi menurut pengetahuannya, dan sebaiknya orangtua tidak menyalahkan sikap kritis anak dalam segala sesuatu.

3. Pola Pendidikan yang Tidak Diskriminatif dan Menghargai Perbedaan

Orangtua, guru, maupun masyarakat hendaknya tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat.

Baik dalam hal pendidikan, pemilihan minat dan bakat, maupun dalam pemberian fasilitas kepada anak. Pembedaan perlakuan orangtua terhadap anak laki-laki dan perempuan pada masa kanak-kanak dapat berdampak langsung pada pembentukan karakter anak.

Hal tersebut sering kali tidak disadari oleh orangtua. Apabila orangtua menerapkan pola hidup yang tidak pilih kasih terhadap anak-anaknya, dengan sendirinya akan tumbuh sikap egaliter di antara mereka, satu sama lain saling menghargai dan menghormati.

Anak-anak sejak dini diperkenalkan pada nilai-nilai yang menghargai perbedaan. Jenis kelamin bisa berbeda, ada laki-laki dan perempuan, suku dan bahasa berbeda-beda bergantung daerah dan negaranya, masing-masing memiliki keunikan, agama juga berbeda-beda bergantung keyakinan masing-masing orang.

Perbedaan-perbedaan tersebut tidak perlu dipertentangkan. Bahkan sebaliknya, harus ditumbuhkan sikap saling menghargai satu sama lain.

4. Pola Pendidikan yang Demokratis

Sikap demokratis sangat penting dalam pengasuhan anak agar anak merasa dihargai dan memiliki konsep diri yang matang.

Berikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, dan orangtua maupun guru mendengarkan apa yang diungkapkan anak, kemudian memusyawarahkannya secara bersama sama.

Tanamkan kepada anak bahwa berbeda pendapat tidak berarti salah, tapi harus saling menghargai perbedaan maupun pendapat orang lain.

Pendidikan demokratis dapat diberikan kepada anak usia dini dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat pilihan-pilihan yang disukainya dari hal-hal yang paling sederhana.

Misalnya, memilih warna mainan, warna pakaian, makanan yang disukainya, dan sebagainya. Kita juga harus membiasakan menanyakan kepada balita kita, mengapa memilih ini dan mengapa memilih itu? Agar mereka terlatih memberikan argumen terhadap pilihan-pilihan mereka. (Rul)

Tags: parentingpendidikan anak
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Seksualitas

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

9 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID