• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

5 Cara Menghadapi Anak yang Tantrum di Kelas

Sebagai guru atau orang tua, kita harus memberikan pujian kepada anak yang tantrum. Kita bisa memberikan kata-kata yang membuat anak tenang atau bisa juga dengan pelukan.

Suci Rahmawati Suci Rahmawati
12/12/2023
in Publik
0
Anak Tantrum

Anak Tantrum

2.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam dunia pendidikan anak usia dini terkadang sering kali menemui anak yang tiba-tiba marah, menjerit atau bahkan sampai melempar barang, biasanya kita menyebutnya dengan tantrum.

Tantrum merupakan luapan emosi anak yang ditandai dengan teriakan, tangisan, kemarahan, jeritan anak dan bahkan sampai ada yang melempar barang yang ada di dekatnya.

Penyebab Tantrum

Saat aku menghadapi beberapa anak yang mengalami tantrum. Aku memperhatikan ternyata ada dua penyebab kenapa anak-anak ini mengalami tantrum. Dua penyebab tersebut sebagai berikut:

Pertama, anak tantrum di dalam kelas biasanya saat anak itu merasa tidak nyaman. Misalnya, ada seorang anak sedang nyaman bermain, tiba-tiba ada anak yang lain mengambil mainan tersebut. Lalu timbul lah emosi dari anak itu.

Adapun bentuk ekspresi dari emosinya adalah dengan teriakan, tangisan atau sampai melempar barang yang ada di sekitarnya.

Baca Juga:

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

Cara Mengatasi Rasa Jenuh dalam Kehidupan Rumah Tangga

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Ketika sudah terjadi seperti itu, kita harus segera menanganinya karena khawatir benda yang dilemparnya mengenai anak-anak yang lain.

Kedua, anak tantrum itu ketika ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Anak yang tidak bisa mengutarakan perasaannya, biasanya mereka luapkan perasaan itu dengan tangisan dan kemarahan.

Dua penyebab di atas menurutku sebaiknya harus juga dipahami dan dimengerti oleh para orang tua maupun guru-guru seperti aku ini. Sehingga, kita tidak akan kaget saat mereka kembali tantrum.

Lima Cara Menghadapi Anak Tantrum

Namun, aku sebagai guru, memiliki beberapa cara untuk menyelesaikan beberapa anak yang sedang mengalami tantrum. Beberapa cara ini sudah aku praktikkan saat aku mendampingi anak-anak yang sedang tantrum.

Berikut lima cara mendampingi anak-anak yang sedang tantrum.

Pertama, langkah awal yaitu dengan menjaga anak yang tiba-tiba marah dengan menjauhkan mereka dari anak yang suka jail. Tetapi menjauhkannya dengan cara dan perilaku yang baik.

Kedua, selalu memberikan pujian kepada anak yang suka tantrum. Jika ia masih menangis atau marah, maka alihkan kepada yang lain dengan mengajaknya bercerita, atau melihat hal-hal lainnya.

Ketiga, kita harus mengetahui terlebih dahulu anak ini tantrum karena frustasi atau manipulatif. Karena ketika manipulatif, orang tua atau guru boleh mendekati anak tersebut. Lalu kita sentuh, peluk sampai tenang. Ketika sudah tenang, kita bantu dengan melakukan apa yang ia tidak bisa.

Namun, apabila tindakan manipulatif ini, ia lakukan dengan cara berdiam, maka yang harus kita lakukan adalah cukup dengan cara memantaunya. Pasalnya, kalau kita dekati, ia akan semakin menjadi-jadi.

Sebagai orang tua atau guru, saat menghadapi kasus ini, kita harus tetap tenang jangan panik atau marah. Tetapi tetap berusaha untuk meredakan anak tersebut.

Keempat, melansir dari halodoc.com, orang tua atau guru jangan sampai berteriak atau marah kepada anak tantrum, jika kita melakukan ini, anak dapat meniru tindakan tersebut kepada orang tuanya atau gurunya.

Kelima, cara menangani anak tantrum yaitu jangan selalu menuruti keinginan anak, jika keinginannya itu berlebihan.

Dengan kelima cara di atas, bagi saya, dapat membuat kita sebagai guru atau orang tua dengan mudah menangani anak yang sedang tantrum. Misalnya dengan menjauhkan anak tantrum dari anak-anak yang suka jahil karena akan berdampak anak tersebut tantrum.

Bahkan kita bisa memberikan ruang untuk anak agar ia dapat mengekspresikan emosinya yang masih dalam pantauan guru atau orang tua.

Berikan Pujian kepada Anak Tantrum

Selain itu, sebagai guru atau orang tua, kita harus memberikan pujian kepada anak yang tantrum. Kita bisa memberikan kata-kata yang membuat anak tenang atau bisa juga dengan pelukan.

Kemudian, pentingnya juga kita untuk memahami kondisi anak, apakah ia sedang frustasi atau sedang melakukan tindakan manipulatif.

Hal ini penting karena cara untuk menangani keduanya itu berbeda, semisal jika anak itu frustasi maka kita bisa mendekati anak tersebut. Namun jika anak tersebut melakukan tindakan manipulatif. Maka sebaiknya berikan ruang sendiri terlebih dahulu untuk anak tersebut.

Dengan langkah-langkah di atas, semoga kita bisa menangani anak yang tantrum sesuai dengan keadaan atau kondisi anak tersebut. []

Tags: anakCarakelasmenghadapiTantrum
Suci Rahmawati

Suci Rahmawati

Terkait Posts

Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID