• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

5 Dampak Psikologi bagi Anak Korban Perceraian

Perceraian menjadi beban mental tersendiri buat anak, ketika anak-anak yang lain memiliki orang tua yang lengkap, sedangkan dirinya tidak.

Muhibbatul Hasanah Muhibbatul Hasanah
23/09/2023
in Keluarga
0
Anak Korban Perceraian

Anak Korban Perceraian

844
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Anak korban perceraian akan merekam semua apa yang orang tua lakukan kepadanya. Terlebih seperti yang Maryam rasakan itu, bagi saya akan menjadi memori yang abadi yang tersimpan di otaknya.

Mubadalah.id – Semasa liburan kuliah kemarin, saya bertemu dengan teman kecil saya. Dia adalah Maryam. Saat saya bertemu dengan Maryam, ia bercerita banyak hal tentang kehidupannya.

Maryam berkeluh kesah soal masalah kehidupan keluarganya. Ayah dan ibunya bercerai saat Maryam kecil. Ia ingat betul bagaimana ayahnya melakukan kekerasan kepada ibunya.

Karena ayah dan ibunya tidak ingin mengasuh Maryam. Kedua orang tuanya akhirnya memutuskan untuk memberikan Maryama kepada kakek neneknya untuk diasuh dan dirawat olehnya.

Saat hidup bersama nenek dan kakek, Maryam tahu betul pedihnya kehidupan yang ia hadapi. Untuk bertahan hidup, sang kakek harus pergi ke sawah, sedangkan sang nenek harus berdagang baju secara keliling di Indramayu.

Baca Juga:

Peran Penting Ayah di Masa Ibu Menyusui

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Dampak Tambang Ilegal di Merapi: Sumber Air Mengering, Lingkungan Rusak

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Perihnya kehidupan yang Maryam rasakan, membuat ia harus tetap bangkit dari keterpurukan. Terlebih ia juga sangat jarang diberikan nafkah oleh kedua orang tuanya.

Hal ini yang membuat Maryam merasa sangat kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. Maryam kecil harus bangkit dan rela hidup bersama kakek dan neneknya.

Bahkan sampai menginjak usia dewasa, Maryam sulit sekali untuk ketemu sama ibu kandungnya. Sedangkan kepada ayahnya, ia baru ketemu saat usianya menginjak 18 tahun.

Perjalan sedih yang Maryam rasakan tidak lantas membuatnya menjadi down, ia tetap bangkit menjadi perempuan yang kuat. Walaupun ia harus hidup bersama kakek dan neneknya.

Dari kisah Maryam di atas, bagi saya menjadi gambaran tentang sulitnya menjadi anak korban perceraian. Bagi saya, Maryam benar-benar terganggu baik secara mental, psikologi maupun psikisnya.

Hal ini lah yang kerap membuat Maryam tidak bisa mengontrol emosi, bahkan ia sangat benci kepada laki-laki. Apa yang dirasakan oleh Maryam ini sangat related dengan apa yang dituliskan oleh website Halodoc.com.

Lima Dampak Psikologi

Dalam website tersebut menjelaskan bahwa setidaknya ada lima dampak psikologi yang akan anak rasakan ketika orang tuanya bercerai. Lima dampak tersebut sebagai berikut:

Pertama, mendadak menjadi pendiam. Keriangan serta keceriaan anak mendadak menjadi berkurang saat orang tuanya tidak bersama lagi.

Hal ini disebabkan karena pertanyaan-pertanyaan tak terjawab yang disebutkan di atas yang membuatnya sibuk dengan pikiran kecilnya dan mengabaikan hal-hal di sekitarnya. Anak cenderung melamun dan tidak aktif seperti biasanya.

Kedua, menjadi agresif. Beda anak beda juga caranya menanggapi sebuah perubahan. Ada anak yang menjadi pendiam, tapi ada anak juga yang mendadak agresif.

Jika orang tua menemukan perubahan temperamen anak tiba-tiba cepat marah, mau memukul temannya atau melempar barang, bisa jadi ini caranya mencari perhatian.

Ketiga, tidak percaya diri. Dampak orang tua bercerai pada anak salah satunya adalah anak menjadi tidak percaya diri ketika berada di lingkungannya.

Perceraian menjadi beban mental tersendiri buat anak, ketika anak-anak yang lain memiliki orang tua yang lengkap, sedangkan dirinya tidak.

Anak merasa tersisih dari lingkungan karena kehilangan konsep sosial seperti kebanyakan teman-temannya. Akibatnya, anak mulai menarik dan menutup diri, bahkan tak jarang yang menjadi gugup ketika berhadapan dengan orang banyak.

Keempat, pesimis terhadap cinta. Ketika anak menghadapi perceraian orang tuanya sejak usia muda, menginjak remaja dan dewasa kemungkinan besar anak akan merasa pesimis terhadap cinta.

Akan tertanam di benaknya, orang tuanya yang dulunya saling sayang bisa bercerai, bisa jadi dirinya juga tidak akan menemukan cinta sejati.

Dampak orang tua bercerai bisa sampai kepada anak mencapai usia dewasanya. Kenangan perpisahan, perasaan sedih, kecewa yang dialaminya ketika kecil akan membekas dan membuatnya pesimis memandang hubungan pria dan wanita.

Marah Terhadap Dunia

Kelima, marah terhadap dunia. Dampak orang tua bercerai akan membuat anak menjadi agresif yang sudah merusak. Seperti kemarahan tak wajar pada orang-orang di sekeliling dengan alasan supaya orang lain juga merasa tidak bahagia seperti yang ia alami.

Kemarahan-kemarahan tak wajar ini seringnya ditunjukkan dengan sengaja membuat kesal, bikin keributan di sekolah, memberontak terhadap aturan yang dibuat di rumah dan sekolah serta sengaja membuat orang di sekeliling marah.

Kalau orang tua menganggap perceraian hanya berdampak pada relasi antara ayah dan ibu saja, sebenarnya lebih dari itu dampak yang paling besar akan terjadi pada anak.

Dari lima dampak buruk psikologi yang anak rasakan, bagi saya, hal ini harus menjadi perhatian para orang tua yang bercerai. Karena akan banyak hal yang terjadi kepada anak. Ia akan merekam semua apa yang orang tua lakukan kepadanya. Terlebih seperti yang Maryam rasakan itu, bagi saya akan menjadi memori yang abadi yang tersimpan di otaknya.

Oleh sebab itu, apabila terjadi sebuah perceraian maka keduanya juga harus benar-benar memastikan hak asuh anak ini jatuh kepada siapa. Jangan sampai keduanya justru melimpahkan hak asuh anak ini kepada kakek dan neneknya. Kalaupun akan diasuh oleh kakek dan neneknya, pastikan juga hak anak untuk selalu diberikan.

Dengan begitu maka setidaknya dapa meminimalisir dampak buruk yang akan terjadi kepada anak. Sehingga hal tersebut akan membuat anak tidak merasa sendiri. Karena meskipun telah bercerai, kedua orang tuanya masih tetap memberikan hak dan kewajibannya sebagai orang tua. []

Tags: anakdampakKorban Perceraianpsikologi
Muhibbatul Hasanah

Muhibbatul Hasanah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version