Mubadalah.id – Beberapa hari kemarin saya menemukan postingan menarik di media sosial, tepatnya di Instagram di akun atas nama Iwan Pontjowinoto, yang menyampaikan gagasan sederhana tentang lima penyesalan manusia di hari tua. Alih-alih bisa mewujudkan masa depan bahagia, manusia kerap terjebak dalam kesepian dan kesendirian.
Kehidupan manusia memang tak ada yang tahu, tak terduga, dan tak bisa tertebak ke mana alurnya. Tetapi setidaknya dari kejutan-kejutan itu, kita tahu apa saja yang harus kita persiapkan. Dan inilah lima penyesalan manusia di hari tua yang saya baca.
5 Penyelasan Manusia di Hari Tua
Pertama, mengapa dulu tidak hidup sehat. Sekarang di saat lansia tubuh tidak sehat, sering sakit, banyak keluar uang, banyak menderita, dan kurang bisa menikmati hidup.
Kedua, tidak punya tabungan atau dana pensiun atau investasi. Sehingga tidak punya penghasilan pasif di hari tua. Hidup jadi susah. Minta bantuan orang lain gengsi. Sedangkan anak tumbuh menjadi generasi sandwich.
Ketiga, mengapa tidak punya keahlian yang berguna. Di usia tua sangat penting merasa dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk merasa hidup lebih bahagia, lebih berguna, dan bisa dapat penghasilan yang cukup lumayan, sehingga dapat dimanfaatkan di masa tua.
Keempat, mengapa tidak punya teman. Di hari tua, banyak anak dan keluarga sudah hidup secara terpisah. Teman menjadi “harta” yang sangat berharga. Kelima, mengapa tidak punya waktu buat keluarga. Di hari tua, anak dan keluarga tidak merasa perlu meluangkan waktu untuk kita, bila dulu kita tidak meluangkan waktu untuk mereka.
Menyimak postingan 5 penyesalan manusia di hari tua tersebut, saya sampai berkali-kali memutarnya ulang, dan membaca tulisannya. Seketika ingatan saya langsung melayang pada sosok para pini sepuh yang telah mangkat, namun percakapannya dengan mereka beberapa masih sempat saya tangkap.
Salah satu kalimat yang melekat dalam lipatan ingatan, Abah Mertua pernah mengatakan bahwa hidup itu meletihkan. Di usia senja, beliau merasa kesepian. “Saya capek, ingin segera mati saja.” Ujar beliau suatu ketika saat saya menemaninya duduk-duduk sore di teras rumah.
Obrolan saya dengan Abah Mertua jauh sebelum akhirnya demensia/pikun menghinggapi, hingga beliau wafat di usia 78 tahun. Bahkan saya sempat menunggui Abah Mertua di saat detik-detik terakhirnya di salah satu rumah sakit swasta di Indramayu. Berapa jam sebelum wafat, beliau masih ingat waktu salat Jum’at, dan beliau bersikeras berangkat ke masjid. Saya berupaya membujuknya, dan terpaksa berbohong jika suara yang terdengar dari toa masjid itu adalah pengajian ibu-ibu muslimat.
Berlindung dari Keadaan Jelek di Waktu Tua
Jadi, sebagaimana dilansir dari portal media Kementerian Agama Wilayah Jawa Barat, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ada rasa penyesalan manusia di hari tua.
Selain itu, janganlah disia-siakan. Mintalah juga perlindungan kepada Allah dari penyesalan manusia di hari tua sebagaimana do’a yang Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan. Anas bin Malik ra. berkata, Rasulullah SAW biasa meminta perlindungan dengan do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ
Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan pada-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan pada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari sifat kikir atau pelit).” (HR. Bukhari, no. 6371)
Ada empat hal yang harus terlindinungi dalam doa di atas:
Pertama, Sifat al-kasal yaitu tidak ada atau kurangnya dorongan (motivasi) untuk melakukan kebaikan padahal dalam keadaan mampu untuk melakukannya. Inilah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah. Bedanya dengan kasal dan ‘ajz, ‘ajz itu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.
Kedua, Sifat al-Jubn artinya berlindung dari rasa takut (lawan dari berani), yaitu berlindung dari sifat takut untuk berperang atau tidak berani untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Juga do’a ini bisa berarti meminta perlindungan dari hati yang lemah.
Ketiga, Sifat al-Haram artinya berlindung dari kembali pada kejelekan umur (di masa tua). Ada apa dengan masa tua? Karena pada masa tua, pikiran sudah mulai kacau, kecerdasan dan pemahaman semakin berkurang, dan tidak mampu melakukan banyak ketaatan.
Keempat, Sifat al-Bukhl artinya berlindung dari sifat pelit (kikir). Yaitu do’a ini berisi permintaan agar seseorang bisa menunaikan hak pada harta dengan benar, sehingga memotivasinya untuk rajin berinfak (yang wajib atau yang sunnah), bersikap dermawan dan berakhlak mulia. Juga do’a ini memaksudkan agar seseorang tidak tamak dengan harta yang tidak ada padanya. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 17:28-30). Demikian penjelasan 5 penyesalan manusia di hari tua. Semoga bermanfaat. []