• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

5 Pondasi Kehidupan Keluarga Perspektif Mubadalah

Banyak orang yang mengidamkan keluarga bahagia, harmonis dan penuh kedamaian. Guna mencapai harapan tersebut dibutuhkan usaha bahkan tips dan trik yang perlu diperhatikan.

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
22/05/2021
in Keluarga
0
Keluarga

Keluarga

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Banyak orang yang mengidamkan keluarga bahagia, harmonis dan penuh kedamaian. Guna mencapai harapan tersebut dibutuhkan usaha bahkan tips dan trik yang perlu diperhatikan. Kiai Faqih dalam bukunya yang berjudul Qiraah Mubadalah telah menyampaikan berbagai hal berkaitan dengan konsep kesalingan guna mencapai kehidupan yang bahagia khususnya dalam berumah tangga.

Lima pilar atau pondasi kehidupan keluarga dalam perspektif mubadalah  sebenarnya telah disampaikan oleh Kiai Faqih Abdul Qodir dalam bukunya secara detail, tetapi penulis ingin menyampaikan dengan gaya yang sederhana guna memudahkan pembaca dalam memahami hal-hal yang penting mengenai pilar penyangga kehidupan keluarga yang disampaikan oleh Kiai Faqih. Lima podasi ini tentu berdasar pada beberapa ayat-ayat dan hadist yang tidak diragukan lagi keabsahannya. Adapun beberapa pilar tersebut:

Pertama, prinsip mengingat perjanjian yang kokoh. Perjanjian kokoh yang dimaksud adalah perjanjian dari suami kepada istri dan sebaliknya.  Artinya, seorang perempuan dan laki-laki yang telah terikat sebagai suami istri harus memiliki komitmen yang kuat terhadap perjanjian yang telah diucapkan. Perjanjian tersebut secara fisik memang hanya diucapkan oleh seorang laki-laki pada saat ijab qobul.

Tetapi, secara hakikat, perempuan maupun laki-laki harus saling berkomitmen menjaga dan memelihara perjanjian tersebut sebagai makhluk yang telah berpasangan untuk berkesalingan. Hal tersebut begitu penting diamalkan sebagai salah satu jalan menuju keluarga yang harmonis seperti yang diidamkan banyak orang.

Kedua, prinsip berpasangan dan berkesalingan. Sepasang suami istri dalam Al Qur’an telah dijelaskan dengan perumpamaan baju. Seorang suami adalah baju bagi seorang istri, dan istri sebagai baju bagi suami. Sehingga, dalam perumpamaan ini mengandung pesan kesalingan guna sepasang suami istri. Seorang suami istri harus saling melengkapi kekurangan bukan menyalahkan kekurangan satu sama lain.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Selain itu, budaya Jawa juga menyinggung hal tersebut melalui sebutan garwo yang berarti pasangan. Garwo adalah sigaran nyowo. Kata tesebut dapat dimaknai secara mendalam bahwa sejatinya bahwa sebuah pasangan tidak mungkin akan sempurna dengan satu pihak saja. kesempurnan tersebut lahir daru dua belah pihak.

Ketiga, prinsip memperlakukan baik antara satu sama lain. Sepasang suami istri harus memiliki etika yang baik untuk membangun keluarga yang haromins dan bahagia. Etika sebagai sesuatu yang fundamental sudah semestinya dimiliki oleh setiap individu, sebab dengan mengedepankan etika seseorang bisa melahirkan berbagai kebaikan. Sepasang suami istri juga demikian, dengan modal mengedepankan etika keduanya bisa saling memperlakukan dengan baik dan bisa membangun keluarga yang bahagia dan penuh kedamaian.

Keempat, prinsip musyawarah. Sepasang suami istri untuk membangun keluarga yang bahagia harus menggunakan prinsip musyawarah dan mampu menyelesaikan suatu permasalahan atau memutuskan suatu keputusan atas dasar musyawarah, bukan keputusan yang bersifat subjektif didominasi oleh satu pihak. Prinsip ini akan melahirkan kerelaan yang selanjutnya juga melahirkan kedamaian dalam kehidupan keluarga. Hal ini juga bisa diterapkan dalam mendidik anak, artinya seorang orang tua yang demokratis juga merupakan jalan menuju keluarga yang bahagia.

Kelima, saling memberikan kenyamanan. Dengan mengamalkan semua prinsip-prinsip yang telah dijelaskan di atas, sepasang suami istri akan merasakan kenyamanan antara satu sama lain. Kenyamanan ini lahir dari rasa kerelaan antar satu sama lain. Kerelaan ini berlaku pada setiap keputusan atau perilaku yang akan dilakukan dalam kehidupan keluarga. Kerelaan tersebut diperoleh dan dirasakan dari dan oleh keduanya, baik dari istri maupun suami. Kerelaan senantiasa yang akan mengantarkan sepasang suami istri mencapai pada kehidupan keluarga yang penuh kebahagiaan dan kemaslahatan bersama. []

 

Tags: Fiqih KeluargaistrikeluargaKesalinganMubadalahPerjanjian PernikahanperkawinanQira'ah Mubadalahrumah tanggasuami
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Soft Spoken

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

25 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version