Sebagai orang tua kita terhubung dengan anak-anak karena suatu alasan. Bagaimanapun juga kita terikat untuk melewatkan waktu bersama-sama di atas bumi ini. Setiap hari tersedia kesempatan untuk merawat jiwa keluarga, dengan beragam cara serta strategi dan itu sangat memungkinkan sekali.
Anak-anak tidak pernah terlalu muda atau terlalu cangggih untuk mulai memahami konsep keluarga agar lebih akrab lagi meski kita telah melewati lebih banyak waktu bersama keluarga di saat pandemi. Ya, kita memang sibuk, tetapi dengan menjalankan tujuh konsep ini, yang disarikan dari Buku “SQ untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif untuk Mewujudkan Ketentraman Ruhani dalam Keluarga”, maka hidup akan menjadi lebih seimbang.
Pertama, toleransi. Jangan meributkan hal-hal sepele. Pada sepuluh tahun yang akan datang, kita tidak akan mengingat tumbuhnya rumput liar atau daun pohon mangga yang berguguran di halaman depan rumah. Tetapi mungkin akan ingat tawa putri kita yang berusia 5 tahun, ketika kita mengajari dia naik sepeda atau berhasil melempar bola.
Kedua, waktu bersama-sama. Inilah yang paling penting. Carilah kreativitas dan ambil manfaatnya bagi seluruh keluarga. Rencanakan waktu khusus, isi momen-momen istimewa, dengan mengubah acara rutin yang melibatkan seluruh keluarga, nikmati bersama-sama hobi yang dimiliki, dan libatkan diri dalam kegiatan yang menarik.
Ketiga, jatuh-bangun. Jangan pernah menyerah, teruslah mencoba pendekatan-pendekatan baru untuk menjalin hubungan yang lebih mendalam dengan anak-anak dan suami atau istri. Sesuaikan diri dengan usia dan minat anak yang berubah-ubah.
Keempat, terjunlah ke dunia. Tunjukkan kasih sayang dalam tindakan sebagai suatu keluarga. Jika hari ini di masa pandemic, pelukan dan ciuman dianggap cukup berresiko menjadi sarana penularan virus covid-19, maka bisa diganti dengan tatapan penuh kasih, dan kata-kata yang memberi semangat serta motivasi.
Kelima, kurangi menggurui dan perbanyak mendengar. Hormatilah sudut pandang dan impian satu sama lain, belajarlah dari anak-anak. Meski kerap alasan yang dikemukakan anak-anak tidak masuk akal, dan sebagai orang tua setidaknya bisa meluruskan serta menjelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami, menurut pada pemahaman anak-anak.
Keenam, sarana hidup. Mulai menciptakan kotak penyimpan keyakinan yang unik bagi keluarga. Tentukan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai apa yang layak disimpan dalam kotak tersebut. Termasuk didalamnya nilai-nilai kesalingan antar keluarga. Sebutkan alasan mengapa demikian, dan bagaimana keluarga dapat memanfaatkannya.
Ketujuh, cinta menyeluruh. Kita tidak akan keliru jika benar-benar mencintai keluarga. Jangan beranggapan bahwa mereka tahu sebesar apa cinta kita. Maka, sering-seringlah menunjukkannya. Seperti mengatakan bahwa kita sangat mencintai anak-anak. lalu ketika ditinggal lama karena suatu pekerjaan, jangan segan pula untuk menyampaikan jika kita pun merindukannya.
Ketujuh konsep inti di atas, jika dianggap terlalu ideal, maka kita bisa memulainya dengan membiasakan salah satu point menjadi rutinitas sehari-hari. Seperti kata pameo Jawa, ala bisa karena terbiasa. Sebagaimana penulis, yang juga masih belajar untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak. Sehingga kebiasaan-kebiasaan baik ini perlu untuk terus dikembangkan dan dipraktikkan dalam kehidupan berkeluarga. []