Mubadalah.id – Ada ketakutan dalam diri kita saat seseorang kita buruksangkai bakal mendoakan kita dengan doa yang jelek. Iya, kan?
Padahal ini sudah salah. Berburuk sangka jelas bukan anjuran Rasulullah. Banyak dianjurkan untuk dihindari, tetapi selayaknya pandangan buruk itu selalu muncul, pasti ada saja sasaran buruk sangka. Akhirnya, manusia menjadi geger sendiri, main klaim doanya paling dikabulkan Tuhan, karena selalu merasa terzalimi.
Padahal, berburuk sangka kepada yang lain itu sudah zalim. Apalagi jika awak dewe ini bukan orang yang suci-suci amat. Banyak dosa. Sekelas Ibrahim bin Adham, seorang wali zuhud yang tidak pernah ditolak doanya oleh Allah pun pernah ditolak doanya oleh Allah gara-gara sebiji kurma.
Ceritanya, setelah membeli kurma, Ibrahim bin Adham berulang kali bermimpi. Ada dua malaikat membicarakannya dalam tidurnya.
“Hey, ini si Ibrahim, kan?” Malaikat satu mengiyakan.
“Yang doanya selalu maqbul?” Malaikat satu mengiyakan lagi.
“Tetapi, sekarang doanya enggak maqbul lagi. Dia makan kurma yang bukan miliknya.”
Ibrahim bin Adham segera bangun dan mengucapkan istighfar. Dia teringat kalau pernah membeli kurma kepada seorang tua. Memang ada satu kurma yang diambil dan dimakan oleh Ibrahim bin Adham karena dikira bagian dari kurma yang dibelinya. Ternyata, bukan.
Hati Ibrahim bin Adham gelisah. Dia segera ke Mekah untuk mencari penjual kurma tadi dan meminta kehalalan.
Malangnya, sang penjual yang asli sudah meninggal. Tinggal 12 ahli warisnya yang harus dimintai kehalalan. Semua tinggal berpencar-pencar.
Sama Ibrahim bin Adham, didatangi semua. Dan akhirnya kata halal itu sah.
Alhasil, Ibrahim bin Adham tertidur dan bermimpi didatangi malaikat lagi.
Mereka berkata, “Wah, sekarang Ibrahim bin Adham doanya sudah maqbul lagi.”
Jadi, kalau daku, kamu mau doain jelek orang, kita lihat diri sendiri. Sudah sebaik apa kita hingga mendoakan jelek yang lainnya. Bakal dikabulkan enggak sama Tuhan? Sehingga jangan ada prasangka dan tunjuk jari bahwa musibah, sakit, kemalangan dan hal-hal tak menyenangkan yang menimpa orang lain adalah karena kualat kepada si A, B, atau kualat karena kita.
Sehingga jangan ada prasangka buruk bahwa kemalangan kita karena dikirimi si A, si B dan lainnya. Cukup mengatakan saja bahwa semua yang terjadi adalah teguran, kasih sayang Allah, bisa juga ujian Allah agar kita naik tingkat.
Meskipun doa yang terzalimi itu ada.
Meskipun kiriman gaib itu ada.
Meskipun amalan-amalan yang dibaca dengan penuh kedengkian dan berefek itu ada.
Namun, halal tidaknya semua langkah itu sudah diwarning oleh Allah dengan segala resikonya.
Tetap semangat, kawan. []