• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan

Di antara praktik keagamaan Islam yang pernah saya pahami, tasawuf adalah jalan terang yang memberi perempuan ruang dan kesempatan atas pengakuan Tuhan, tentang nilai spiritualitas dan kemanusiaan perempuan yang utuh dan sempurna

Zahra Amin Zahra Amin
14/05/2022
in Hikmah
0
Tasawuf

Tasawuf

265
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Islam begitu kental dengan banyak ritual dan praktik keagamaan. Bahkan sejak manusia lahir hingga dikubur ke liang lahat. Tubuh kita sebagai manusia diurapi oleh banyak rapalan doa, dari azan dan iqamat yang dikumandangkan di kedua telinga kanan kiri sang bayi, hingga azan penghabisan diturunkannya jenazah ke dalam kubur.

Kemampuan Islam menjangkau masyarakat luas, tidak lepas dari pengaruh tasawuf karena bersikap ramah terhadap ambisi spiritual perempuan. Sufi perempuan bernama Rabiah al Bashra (lahir pada tahun sekitar 717) adalah salah satu dari sekian banyak ulama perempuan, dan adalah orang saleh yang begitu dipuja oleh Ibnu ‘Arabi. (1165 – 1240).

Pada masa itu, di mana praktik keagamaan lain membatasi ruang dan gerak ibadah perempuan, tasawuf malah memberi banyak kebebasan bagi perempuan untuk memuja dan memuji Tuhan sesuai dengan kehendak hati. Sebagaimana cinta Rabiah al Bashra, yang ingin membakar surga, dan memadamkan api neraka agar tujuan beribadah pada Allah tak semata-mata karena mengharapkan surga, atau terhindar dari siksa panas api neraka.

Meski keabsahan beberapa amalan tasawuf kerap diperdebatkan, perempuan diperbolehkan untuk menekuni tasawuf lebih intens. Barangkali, dari penuturan para ulama Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah yang mengetahui bahwa Fatima (1641 -1681, -yang merupakan putri Sultan Mughal Syah Jahan (bertahta pada 1628-1658) – adalah salah seorang anggota tarekat.

Pandangan keagmaaan Sultanah Tajul Alam sendiri tidak diketahui, tetapi Abdurrauf al-Singkili (1615 – 1693) diminta oleh sang Sultanah untuk menulis berbagai kitab, dan ia juga disukai oleh dua sultanah berikutnya. Tidaklah mengejutkan apabila Abdurrauf al-Singkili tidak menolak kuasa perempuan dan bahkan mendukung kredibilitas perempuan sebagai hakim.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Dalam dunia Islam yang lebih luas, para pemimpin tarekat diberi kemampuan untuk merombak teologi serta praktik keagamaannya yang lebih kompleks, sehingga dapat dipahami oleh orang awam. Hal ini yang merupakan sesuatu yang penting, sebab akhirnya kemudian tasawuf berhasil menarik minat lebih banyak perempuan.

Para kiai lokal di Asia Tenggara terbukti mahir memanfaatkan beragam analogi yang berkaitan dengan hubungan keluarga, khususnya yang menganalogikan hubungan antara suami istri. Ibnu ‘Arabi menulis “Tafakur tentang Tuhan yang paling intens dan sempurna adalah melalui perempuan, dan persatuan yang paling intens (di dunia) adalah percampuran suami istri.” Bahkan, sebuah puisi dari Sumatera juga menuturkan tentang sufi yang mabok cinta, bercumbu dan bermain mata dengan Sang Pemilik Semesta, yang hatinya ditawan oleh sang Kekasih.

Sementara itu di anak benua India, tasawuf dilantunkan oleh perempuan untuk menemaninya menjalankan tugas rumah tangga, menggunakan gambaran yang berasosiasi dengan pekerjaan perempuan seperti batu gerinda, roda pemintal, untuk menerangkan hubungan istimewa antara Allah dan umatNya.

Senada dengan hal itu, naskah-naskah dari Jawa juga menyuguhkan kiasan yang menganjurkan perlunya penghargaan terhadap perempuan yakni dengan mengumpamakan usaha mencari pengetahuan mistik sebagai seorang perempuan yang melukis kain batik.

“Kala bulan purnama bersinar si ayu (cantik) lekas-lekas membatik, gawangannya adalah dunia luas, wajannya adalah cahaya penerang;… Cantingnya adalah pena Tuhan dan polanya adalah suratan takdir. Apabila engkau mencelup kain pada air tajin dan membuat kain menjadi berwarna biru, dan ketika pewarna dari soga (pewarna merah kecokletan) turut dicelupkan, janganlah engkau khawatir. Sudah kehendak Tuhan membuatnya berwarna merah dan biru.”

Demikian narasi-narasi tasawuf dan praktik keagamaan ramah perempuan yang saya temukan dalam buku “Kuasa Rahim: Reposisi Perempuan Asia Tenggara Periode Modern Awal  1400-1800) yang ditulis dengan sangat runtut dan jelas oleh Barbara Watson Andaya, membuat saya menyadari bahwa di antara praktik keagamaan Islam yang pernah saya pahami, tasawuf adalah jalan terang yang memberi perempuan ruang dan kesempatan atas pengakuan Tuhan, tentang nilai spiritualitas dan kemanusiaan perempuan yang utuh dan sempurna.

Bahkan sejak berabad-abad lampau, seorang ulama klasik nusantara, Abdurrauf Assingkili, yang namanya selalu disebut sebagai bagian dari jaringan ulama nusantara tempo dulu, pun memberi pengakuan atas kepemimpinan perempuan pada zamannya. Maka jika hari ini masih ada yang meragukan otoritas ulama perempuan dan perannya dalam kehidupan, itu adalah sebuah langkah mundur peradaban. []

Tags: Islam NusantaraPraktik KeagamaantasawufUlama Nusantaraulama perempuan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

4 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID