Mubadalah.id – Islam mewajibkan para orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik. Kebaikan itu mesti menyasar ke keseluruhan aspek, yakni secara agama, sosial-masyarakat, dan terhadap lingkungan atau alam. Bahkan Nabi memberi penegasan dalam keutamaan mendidik anak menjadi generasi Islam, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW, “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia mensedekahkan (setiap hari) satu sha.” (HR At-Tirmidzi).
Mendidik anak untuk berbuat baik terhadap lingkungan tak kalah penting dilakukan karena berkaitan dengan dua aspek sebelumnya. Jika pendidikan agama dan sosial berhubungan dengan penanaman akhlak kepada anak di hadapan Allah SWT dan sesama manusia, maka pendidikan tentang kelestarian lingkungan merupakan sebentuk ikhtiar orang tua dalam membentuk generasi sebagai khalifah fil ardh dengan sebaik-baiknya.
Salah satu bentuk pendidikan pada generasi Islam tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan yang paling mendasar adalah dengan cara membangun kesadaran terhadap pengelolaan sampah. Mental sadar sampah ini juga menjadi perkara penting di tengah masifnya kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan bencana alam yang terus terjadi akibat ketidakpedulian manusia.
5 Langkah Membentuk Generasi Islam Sadar Sampah
Setidaknya, ada lima langkah yang bisa dilakukan para orang tua, ketika mendidik anak-anaknya demi menghasilkan generasi Islam yang sadar sampah;
Menjadi teladan
Sebuah ungkapan menyebut, teladan satu orang bisa mempengaruhi 1.000 orang lainnya. Tetapi 1.000 kata-kata akan sulit untuk mempengaruhi meski cuma kepada satu orang saja. Teladan sikap ini jauh lebih penting ketimbang hanya kata-kata. Terlebih dalam hal mendidik anak, tingkah laku orang tua sudah barang tentu akan menjadi rujukan utama. Termasuk, orangtua harus menjadi teladan pertama anak sebagai generasi Islam sadar sampah.
Begitu pun teknik yang dipakai Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam. Peran Rasulullah sebagai suri teladan menjadikan Islam terus berkembang hingga sekarang. Dalam QS Al-Ahzab: 21, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan hari akhir, dan dia banyak mengingat Allah”.
Dalam rangka membangun kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, maka orang tua harus terlebih dahulu menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan membuang sampah sesuai pada tempatnya, rajin membersihkan hal ihwal yang dianggap kotor, dan menjadi pribadi yang bersih dan berpredikat rapi. Tanpa itu, orang tua hanya akan menjadi status quo di hadapan anak-anaknya tanpa bisa memberi pengaruh perkembangan yang baik bagi mereka.
Menunjukkan dampak buruk sampah terhadap lingkungan
Orang tua harus berani secara tegas menjelaskan bahaya sampah baik kepada lingkungan maupun terhadap kesehatan manusia. Anak-anak harus diberikan wawasan bahwa sampah yang dibuang sembarangan bisa mengotori lingkungan, mencemari air sungai, menghambat proses air dan kesuburan tanah, meracuni udara hingga hal ihwal yang lebih besar seperti bencana banjir maupun pemanasan global.
Selebihnya, anak-anak mesti memiliki kesadaran bahwa membiarkan kerusakan lingkungan, terlebih sesuatu yang bisa berakibat membahayakan diri sendiri adalah perkara haram dan sangat dibenci Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah: 195, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Begitupun dengan sabda Rasulullah SAW, “Tidak boleh memberikan bahaya tanpa disengaja atau pun disengaja.” (HR. Ibnu Majah)
Mengajak mengurangi aktivitas produksi sampah
Para orang tua juga harus sebisa mungkin menerapkan prinsip konsumsi barang yang minimalis di dalam rumah. Anak-anak sudah sepatutnya dikenalkan sekaligus disarankan untuk memulai kebiasaan memakai barang yang bisa dipakai berulang.
Orang tua bisa menyediakan botol minum khusus bagi mereka demi menghindari konsumsi minuman kemasan botol sekali pakai, maupun menyiapkan tas belanja permanen yang bisa digunakan tanpa turut menyumbang persoalan sampah plastik yang kian menggunung.
Selain itu, penggunaan barang non-sekali pakai ini merupakan amanat Islam sebagaimana Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 41 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa membuang sampah sembarangan atau membuang barang yang masih bisa dimanfaatkan untuk kepentingan diri maupun orang lain hukumnya haram.
Menekankan pentingnya membuang sampah pada tempatnya
Penekanan membuang sampah pada tempatnya perlu diterapkan kepada anak sejak dini. Seorang ibu atay ayah dapat mengajak dan menemani sang anak menuju tempat sampah untuk membuangnya sendiri.
Dalam skala yang lebih besar, orang tua juga bisa mengajak buah hatinya untuk berpartisipasi dalam acara membersihkan lingkungan dengan cara yang menarik. Terapkan kebiasaan kerja bakti di lingkungan rumah di setiap akhir pekan maupun hari libur.
Dalam pandangan Islam, berikan pula wawasan bahwa membuang sampah sesuai pada tempatnya bernilai ibadah. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan, dia melihat sebuah ranting pohon yang melintang di tengah jalan. Lalu orang itu berkata, ‘Demi Allah, akan aku singkirkan ranting pohon ini agar tidak mengganggu orang-orang Islam yang lewat. Maka, orang itu dimasukkan ke surga.” (HR Imam Muslim).
Mengenalkan produk ramah lingkungan
Aneka produk ramah lingkungan yang tersedia turut menyumbang pengurangan risiko kerusakan lingkungan saat ini. Anak-anak sudah semestinya dikenalkan dengan barang alternatif selain plastik yang lebih mudah terurai secara alami.
Proses pengenalan produk ramah lingkungan juga bisa diarahkan sebagai pendidikan yang memancing kreatifitas sang anak itu sendiri. Misalnya, dengan memberikan tantangan barang-barang yang sudah tidak terpakai agar bisa kembali bermanfaat.
Langkah terakhir, jauhkan dari perkembangan anak tentang mudahnya membeli segenap barang yang diinginkan, padahal belum tentu bernilai manfaat. Sebab, Rasulullah SAW bersabda, “Dan Allah membenci perbuatan menyebarluaskan kabar burung, banyak bertanya yang tidak ada manfaatnya, dan membuang-buang harta.” (HR. Muslim). []