• Login
  • Register
Minggu, 11 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mengajarkan Anak Berpuasa, Perlukah?

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
26/04/2020
in Keluarga
0
30
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mengajarkan anak berpuasa sejak dini memang baik, tetapi orang tua juga mesti jeli apa saja yang harus diperhatikan agar puasa tetap berjalan aman bagi kondisi fisik dan psikisnya. Meski mengajarkan anak berpuasa itu sedikit sulit, namun melakukan stimulasi sejak dini juga penting dilakukan oleh orang tua untuk membangun karakter positifnya dalam hal agama.

Berbeda dengan salat yang proses mengajarkannya bisa dicicil setiap hari, puasa hanya datang setahun sekali setiap Ramadan, sehingga orang tua terkadang lupa untuk mengajarkannya secara perlahan.

Akibatnya, menjelang bulan Ramadan orang tua pun kerap dibuat panik tentang bagaimana cara yang efektif untuk mengajarkan anak berpuasa. Usia terkadang bukan patokan, meskipun semakin bertambah usia anak semakin besar pula harapan orang tua melihat kemauan dan kemampuan anak untuk berpuasa.

Setiap keluarga tentu memiliki target yang berbeda mengenai kapan harus mulai mengajarkan anak puasa. Ada yang sejak usia 4 tahun sudah mulai mencoba berpuasa, ada juga yang tidak diberi target spesifik mengingat belum memasuki usia akil baligh.

Ada yang mengikuti proses pengajaran puasa di sekolah, ada juga yang selalu menawarkan anak untuk berpuasa tanpa memiliki ekspektasi agar tidak emosi kala anak belum berhasil menahan diri.

Baca Juga:

Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Menyusui adalah Pekerjaan Mulia

Kapan mulai mengajarkan anak berpuasa?

Meskipun setiap keluarga atau pun orang tua memiliki cara yang berbeda, sejumlah pakar kesehatan dan psikolog merekomendasikan usia paling dini 4 tahun untuk mulai belajar puasa. Najelaa Shihab dalam buku Keluarga Kita menyebutkan bahwa, anak usia 4 tahun sudah mampu melatih rutinitas harian dan memiliki rasa bangga akan pencapaiannya.

Sehingga, mengenalkannya pada rutinitas sahur, dan berbuka sudah bisa dilakukan. Ia pun bisa berbangga hati jika orang tua mengapresiasinya saat berhasil menahan lapar beberapa jam.

Sementara itu, usia 5 tahun anak sudah bisa menghubungkan rutinitas dengan jam dan belajar kontrol diri yang lebih baik. Mengajarkan anak puasa pada usia 5 tahun juga bisa dilakukan karena kontrol dirinya lebih baik.

Pada usia-usia ini, berpuasa bisa dimaknai sebagai menahan lapar, haus, dan hal lain yang membatalkan puasa (seperti marah) berapa lama pun durasinya. Misalnya, jika anak baru mampu tidak makan selama dua jam saja, apresiasi harus tetap diberikan kepadanya.

Begitu pula jika anak hanya puasa di sekolah karena semua temannya melakukan hal yang sama, lalu saat pulang sekolah anak kembali makan, orang tua juga perlu memberinya apresiasi. Intinya, mengajarkan anak puasa di usia prasekolah ini adalah dengan cara bertahap, tujuannya membangun kebiasaan agar kelak ketika ia sudah wajib melakukannya, berpuasa akan jauh lebih mudah.

Secara kemampuan anak usia 4 atau 5 tahun sudah bisa dilatih berpuasa, agama Islam sendiri menganjurkan usia 7 tahun untuk melatih anak puasa dan 10 tahun untuk mewajibkan anak berpuasa.

Puasa memang tidak diwajibkan bagi anak yang belum baligh, namun melatih mereka secara bertahap bisa menjadi cara untuk menyiapkan mental dan fisiknya agar mampu berpuasa secara sempurna saat dewasa kelak.

Walaupun orang tua menganggap anak sudah cukup besar untuk memahami arti puasa, hindari mengajarkan anak puasa dengan cara memaksa. Memberikan ancaman merupakan salah satu bentuk paksaan, begitu juga dengan melarang anak untuk berbuka di saat ia sudah sangat lapar dan haus.

Hal ini tentu saja akan meninggalkan persepsi negatif tentang puasa di kemudian hari. Bisa-bisa anak jadi takut dengan puasa, bahkan merasa tidak bahagia saat menjalaninya.

Sebaiknya, orang tua jangan lelah menanamkan pada anak tentang kebaikan-kebaikan berpuasa dengan cara yang bisa dipahami oleh pola pikir anak serta menggunakan metode yang kreatif dan menyenangkan.

Meski ini hanya sekadar pelatihan, tetapi sebaiknya latihan puasa ini tetap dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Tujuannya, agar anak belajar bahwa sebuah pekerjaan sesulit apa pun harus dikerjakan dengan serius. []

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Soft Spoken

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

25 April 2025
Orang Tua Gen Z

Antara Reels dan Realita: Dilema Orang Tua Gen Z di Tengah Arus Media Sosial

24 April 2025
Kemandirian Anak

Konstruksi Kemandirian Anak dalam Bayang-bayang Ekspektasi Figur Ayah

23 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hari Raya Waisak

    Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja adalah Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia
  • Menyusui adalah Pekerjaan Mulia
  • Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version