• Login
  • Register
Sabtu, 9 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mengajarkan Anak Berpuasa, Perlukah?

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
26/04/2020
in Keluarga
0
17
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mengajarkan anak berpuasa sejak dini memang baik, tetapi orang tua juga mesti jeli apa saja yang harus diperhatikan agar puasa tetap berjalan aman bagi kondisi fisik dan psikisnya. Meski mengajarkan anak berpuasa itu sedikit sulit, namun melakukan stimulasi sejak dini juga penting dilakukan oleh orang tua untuk membangun karakter positifnya dalam hal agama.

Berbeda dengan salat yang proses mengajarkannya bisa dicicil setiap hari, puasa hanya datang setahun sekali setiap Ramadan, sehingga orang tua terkadang lupa untuk mengajarkannya secara perlahan.

Akibatnya, menjelang bulan Ramadan orang tua pun kerap dibuat panik tentang bagaimana cara yang efektif untuk mengajarkan anak berpuasa. Usia terkadang bukan patokan, meskipun semakin bertambah usia anak semakin besar pula harapan orang tua melihat kemauan dan kemampuan anak untuk berpuasa.

Setiap keluarga tentu memiliki target yang berbeda mengenai kapan harus mulai mengajarkan anak puasa. Ada yang sejak usia 4 tahun sudah mulai mencoba berpuasa, ada juga yang tidak diberi target spesifik mengingat belum memasuki usia akil baligh.

Ada yang mengikuti proses pengajaran puasa di sekolah, ada juga yang selalu menawarkan anak untuk berpuasa tanpa memiliki ekspektasi agar tidak emosi kala anak belum berhasil menahan diri.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kenapa Relasi Kuasa Masih Terus Dilekatkan Kepada Laki-laki?
  • Saat Berkonflik dengan Keluarga, Ini yang Nabi Saw Lakukan
  • Kesuksesan Hamka dan Siti Raham: Bukti Kesalingan dalam Rumah Tangga
  • Kehidupan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw Penuh Perbedaan

Baca Juga:

Kenapa Relasi Kuasa Masih Terus Dilekatkan Kepada Laki-laki?

Saat Berkonflik dengan Keluarga, Ini yang Nabi Saw Lakukan

Kesuksesan Hamka dan Siti Raham: Bukti Kesalingan dalam Rumah Tangga

Kehidupan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw Penuh Perbedaan

Kapan mulai mengajarkan anak berpuasa?

Meskipun setiap keluarga atau pun orang tua memiliki cara yang berbeda, sejumlah pakar kesehatan dan psikolog merekomendasikan usia paling dini 4 tahun untuk mulai belajar puasa. Najelaa Shihab dalam buku Keluarga Kita menyebutkan bahwa, anak usia 4 tahun sudah mampu melatih rutinitas harian dan memiliki rasa bangga akan pencapaiannya.

Sehingga, mengenalkannya pada rutinitas sahur, dan berbuka sudah bisa dilakukan. Ia pun bisa berbangga hati jika orang tua mengapresiasinya saat berhasil menahan lapar beberapa jam.

Sementara itu, usia 5 tahun anak sudah bisa menghubungkan rutinitas dengan jam dan belajar kontrol diri yang lebih baik. Mengajarkan anak puasa pada usia 5 tahun juga bisa dilakukan karena kontrol dirinya lebih baik.

Pada usia-usia ini, berpuasa bisa dimaknai sebagai menahan lapar, haus, dan hal lain yang membatalkan puasa (seperti marah) berapa lama pun durasinya. Misalnya, jika anak baru mampu tidak makan selama dua jam saja, apresiasi harus tetap diberikan kepadanya.

Begitu pula jika anak hanya puasa di sekolah karena semua temannya melakukan hal yang sama, lalu saat pulang sekolah anak kembali makan, orang tua juga perlu memberinya apresiasi. Intinya, mengajarkan anak puasa di usia prasekolah ini adalah dengan cara bertahap, tujuannya membangun kebiasaan agar kelak ketika ia sudah wajib melakukannya, berpuasa akan jauh lebih mudah.

Secara kemampuan anak usia 4 atau 5 tahun sudah bisa dilatih berpuasa, agama Islam sendiri menganjurkan usia 7 tahun untuk melatih anak puasa dan 10 tahun untuk mewajibkan anak berpuasa.

Puasa memang tidak diwajibkan bagi anak yang belum baligh, namun melatih mereka secara bertahap bisa menjadi cara untuk menyiapkan mental dan fisiknya agar mampu berpuasa secara sempurna saat dewasa kelak.

Walaupun orang tua menganggap anak sudah cukup besar untuk memahami arti puasa, hindari mengajarkan anak puasa dengan cara memaksa. Memberikan ancaman merupakan salah satu bentuk paksaan, begitu juga dengan melarang anak untuk berbuka di saat ia sudah sangat lapar dan haus.

Hal ini tentu saja akan meninggalkan persepsi negatif tentang puasa di kemudian hari. Bisa-bisa anak jadi takut dengan puasa, bahkan merasa tidak bahagia saat menjalaninya.

Sebaiknya, orang tua jangan lelah menanamkan pada anak tentang kebaikan-kebaikan berpuasa dengan cara yang bisa dipahami oleh pola pikir anak serta menggunakan metode yang kreatif dan menyenangkan.

Meski ini hanya sekadar pelatihan, tetapi sebaiknya latihan puasa ini tetap dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Tujuannya, agar anak belajar bahwa sebuah pekerjaan sesulit apa pun harus dikerjakan dengan serius. []

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Perempuan Pencari Nafkah

Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama

9 Desember 2023
Peran Ayah

Aku Punya Ayah, Tapi Aku Kehilangan Perannya

8 Desember 2023
Pesan Rasulullah; Mendidik Anak dengan Kasih Sayang

Pesan Rasulullah Saw: Didiklah Anak dengan Kasih Sayang

5 Desember 2023
Relasi Ibu dan Anak Perempuan

Konflik Relasi Ibu dan Anak Perempuan (dewasa) nya

1 Desember 2023
Berbuat Baik pada Anak

Birrul Awlad: Berbuat Baik pada Anak Tanpa Syarat

30 November 2023
Bojo Jangkrik

Dongeng tentang Bojo Jangkrik

28 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Peran Ayah

    Aku Punya Ayah, Tapi Aku Kehilangan Perannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proses Perempuan, dan Titik Berangkat yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aktivitas Seksual Suami Istri Menjadi Bagian dari Sedekah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aktivitas Seksual Suami Istri: Media untuk Menumbuhkan Cinta Kasih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Balik Kilau Perhiasan Terdapat Kelam Ketertindasan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kenapa Relasi Kuasa Masih Terus Dilekatkan Kepada Laki-laki?
  • Saat Berkonflik dengan Keluarga, Ini yang Nabi Saw Lakukan
  • Kesuksesan Hamka dan Siti Raham: Bukti Kesalingan dalam Rumah Tangga
  • Kehidupan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw Penuh Perbedaan
  • Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist