• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Jika Orangtua Terasa Patriarkis

Nur Fitriani Nur Fitriani
06/01/2020
in Keluarga
0
Ilustrasi: Pixabay

Ilustrasi: Pixabay

20
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pernah gak kamu membayangkan hidup di lingkungan yang patriarkis? Misalnya teman-temanmu atau bahkan keluargamu? Misalnya teman-temanmu patriarkis, kamu bisa menjauhinya tapi bagaimana jika keluarga atau bahkan orangtuamu yang patriarkis?

Istilah kesetaraan dan patriarki dewasa ini banyak dikenal kalangan muda seiring dengan pesatnya informasi di media sosial, hal tersebut membawa hal positif untuk generasi muda dalam pola pikirnya. Namun bagaimana dengan generasi sebelumnya yang masih minim informasi dan pengetahuan tentang kesetaraan, hubungan sehat, relasi kuasa dan lain sebagainya, dan sekarang orang dari generasi tersebut menjadi orang tua kita.

Pesatnya informasi dan pengetahuan tentang kesetaraan di media sosial didukung dengan munculnya akun-akun berbasis kesetaraan, dalam kolom komentar akun-akun tersebut tidak jarang muncul komen curahan hati followers, seperti ia merasa bahwa orang tuanya sangat membatasi ruang geraknya, ia tak kuasa memutuskan pilihan untuk diri sendiri, mendikte masa depan dan mengatakan jika orangtuanya patriarkis. Apakah hal serupa juga terjadi dalam kehidupan kamu?

Lantas jika orang tua berperilaku demikian, apa yang harus kita lakukan? Melawan? Memarahi orangtua? Atau kabur dari rumah? Tidak mudah memang, sangat tidak mudah menghadapi situasi semacam ini, melawan orangtua pun bukan jalan keluar, pertama-tama mari kita saling support meskipun tidak saling kenal, karena kamu dan aku berjuang pada jalan yang sama.

Ada beberapa cara yang bisa kita usahakan untuk menghadapi sikap orang tua tersebut, karena dalam Islam orang tua ditempatkan oleh Allah pada posisi istimewa, namun orang tua juga manusia biasa yang mempunyai salah dan keterbatasan. Jadi gimana ya, kamu gak bisa milih mau dilahirkan dikeluarga mana, yakinlah ini takdir yang harus kita hadapi.

Cara-cara ini bisa kamu coba untuk bernegosiasi dengan orang tua:

1. Etika Pada Orang Tua

Hal ini yang penting harus kamu ingat, kita harus ingat jika perintah untuk berbakti pada orang tua telah berulang kali disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits. Imam Ghazali dalam risalahnya Al-Adab Fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Ghazali menyebutkan jika sekurang-kurangnya ada 7 etika anak kepada orang tua.

Di antaranya adalah mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah mereka, tidak memandang dengan rasa curiga dan tidak membangkan perintah mereka.

Bagi kamu yang berada di lingkungan keluarga kurang harmonis, hal ini pasti sulit buat dilakuin, hidup memang proses belajar jadi ya kita harus terus berproses belajar menjadi lebih baik buat dapat ridho-Nya.

2. Speak Up!

Kalau kamu lagi di posisi yang udah disebutkan di awal pembahasan ini, maka untuk melakukan nilai-nilai dalam poin satu sangat sulit, ya kan? Yang buat kita sulit melakukannya karena saat berusaha menuruti perintah orangtua, misalnya dalam penentuan jurusan/kuliah yang kamu sendiri gak suka, pasti emosi meluap-luap, merasa orang tua gak pernah ngertiin kita, karena luapan emosi dan tidak mempunyai daya maka kita ujung-ujungnya diam dan memendam jengkel.

Tapi memendam amarah ke orang tua juga gak dibolehin, maka demi menggapai ridha-Nya kita gak boleh diem aja kalau ada yang gak sesuai dengan pemikiran kita biar gak nyimpan jengkel. Speak Up! Iya.. kamu harus bicara pada orang tua tentang apa yang kamu mau dengan alasan yang masuk akal tentunya.

Lagi-lagi memang hal ini tidak mudah, kamu harus bisa ngontrol emosi yang meluap-luap ketika mulai berbicara dan negosiasi dengan orangtua, tidak mudah memang tapi kamu pasti bisa.

3. Negosiasi

Setelah orang tua tahu keinginan kamu yang tidak sama persis dengan keinginan mereka biasanya akan muncul suasana agak tegang diantara kamu dan orangtua. Tapi its okay kamu udah dewasa kan? Kamu harus bisa mengelola emosi dan bernegosiasi.

Di saat inilah kamu harus melakukan negosiasi dengan orangtua, biasanya orang tua akan menganggap jika keputusan mereka yang paling tepat, maka dari itu kamu harus mempunyai data lengkap tentang pilihanmu untuk meyakinkan mereka bahwa pilihanmu juga baik, tentu menyampaikannya dengan etika yang sopan. Setelah berhasil menyampaikan hal tersebut akan ada pertimbangan dan penawaran antara kamu dan orang tua.

4. Pembuktian

Tahap speak up dan negosiasi adalah tahap paling sulit karena butuh mengontrol emosi diri yang meluap-luap saat bicara dengan orang tua. Kalau kata Bang Rhoma Irama darah muda emang berapi-api hehe…

Namun ketika tahap itu kamu bisa lalui dan pilihanmu direstui maka kamu tinggal membuktikannya, tapi kalau harus dengan pilihan orang tua setidaknya kamu akan lebih legowo karena sudah tau alasan dan pertimbangan dari berbagai faktor tentang pilihan itu. Dan jangan lupa Allah selalu memberi jalan kemudahan setelah kesulitan asal kita tidak berputus asa.

Baca Juga:

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

5. Komunikasi Dua Arah

Mengakrabkan diri pada orang tua adalah cara untuk mengetahui masalah, beban dan masa lalu mereka begitupun sebaliknya, dengan seperti itu kita akan mencoba mengerti satu sama lain, susah memang tapi kita tidak boleh menyerah bukan?

Patriarki memang musuh bersama, tapi orang tua bukan musuh kita, kewajiban kita sebagai generasi yang lebih mengetahui pengetahuan tersebut harus memberi tahu pada mereka dengan halus, sederhana dan bertahap. Tidak ada pilihan lagi kecuali sabar dan berusaha, yakinlah bahwa ini perjuangan untuk menggapai Surga-Nya. Untuk kamu yang merasakan hal serupa, mari kita berjuang bersama untuk menggapai Ridho-Nya. Wallahu a’lam.

Nur Fitriani

Nur Fitriani

Nur Fitriani merupakan magister UIN Malang. Gadis asal Pasuruan ini memiliki mimpi yang sangat sederhana, ingin bermanfaat untuk orang banyak, dan ingin ikut andil dalam perubahan yang berkeadilan jangka panjang. Saat ini dirinya menjadi anggota komunitas menulis Puan Menulis.

Terkait Posts

Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID