Mubadalah.id – Dialog keberagaman menjadi salah satu yang terpenting di tengah keniscayaan beragam ras, suku, dan agama di Indonesia. Tidak hanya tentang bagaimana merespon kehidupan sosial, tetapi sebagai umat manusia, pembicaraan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan menjadi hal yang penting di tengah krisis iklim di bumi ini.
Agama sebagai salah satu pedoman hidup umat manusia, sejak pewahyuannya telah mengajarkan bagaimana kepedulian terhadap lingkungan menjadi bagian dari keimanan. Tokoh agama juga masih dipandang sebagai orang yang masyarakat percayai dalam memberi teladan dan petunjuk menjalani kehidupan.
Melalui Ramadhan For Earth yang diselenggarakan oleh My America Jakarta, United State Embassy, dan Mubadalah.id yang diikuti oleh 9 American Corner di Indonesia. Di mana dalam kegiatan ini menjadi ruang dialog antar umat beragama untuk membangun kesadaran peduli lingkungan. Harapannya akan ada kolaborasi untuk mewujudkannya bersama-sama.
Dengan menghadirkan 4 narasumber yang merepresentasikan umat beragama di Indonesia, kegiatan talkshow yang terselenggara pada hari Rabu, 5 April 2023 ini memberikan banyak pelajaran dan strategi bersama untuk melakukan langkah kecil dalam menjaga bumi.
Seluruh Agama Mengajarkan Pentingnya Menjaga Lingkungan
Pada dasarnya seluruh agama itu telah mengajarkan tentang pentingnya menjaga lingkungan dan melestarikan bumi. Sebagaimana ajaran Budha dalam pemaparan Kustiani, Ph.D yang mengajarkan tentang konsep Interconectedness. Yakni sebuah ajaran sebab akibat.
“Interconectedness artinya dengan adanya ini maka muncul itu, dengan tidak adanya ini, maka tidak ada pula lah itu. Hal ini diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Misalnya kalau ada bahan kimia, maka akan ada kerusakan lingkungan. Jika tidak ada kerusakan dari bahan kimia, mungkin bisa direduce”. Ungkap dosen Sekolah Agama Tinggi Buddha Syailendra ini.
Begitu pun dalam agama Katholik, RD. Valerian Karitas atau yang biasa kita panggil Romo Valdi juga mengatakan bahwa dasar utama keterlibatan pelestarian lingkungan, telah tertulis di bagian pertama Alkitab. Di mana dalam Alkitab mengisahkan bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi serta seisinya dalam keadaan yang baik.
Oleh sebab itu, alam, lingkungan, dan dunia seisinya harus kita lindungi karena bagian dari kesetiaan dalam menjaga ciptaan Allah. “Sikap memelihara dan menjaga lingkungan itu adalah sikap iman. Bukan hanya sekedar sikap sosial dan pinggiran dari peribadatan” Ungkap Pastor dari Gembala Umat NTT yang juga merupakan alumni IVLP ini.
Tri Hita Karana dalam Ajaran Hindu
Agama Hindu, sebagaimana yang I Putu Wiraguna sampaikan, juga tidak jauh beda ajarannya dengan agama lainnya. Prinsip interconected juga ada di Bali, di mana mereka menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah. Selain itu menjadi keyakinan bagi masyarakat yang ada di Bali.
“Tri Hita Karana adalah salah satu konsep yang sangat umum di masyarakat Bali tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Dan salah satu implementasinya dalam sistem sosial antara lain adanya pengaliran sawah melalui sistem Subak” Ungkap founder Five Pillar Experiences ini.
Menurutnya upacara Yadnya sangat berkaitan dengan alam dan menjaga lingkungan. Seperti Tumpek Uduh, Upacara Ulang Tahun, Upacara bagi hewan dan tumbuhan. Ini semua mereka lakukan untuk menanamkan pentingnya saling menjaga antar manusia dengan lingkungan.
Begitupun dalam konsep Banjar di Bali, juga mengajarkan tentang menjaga hubungan antar manusia agar terkoneksi untuk saling menjaga satu sama lainnya.
Tak jauh beda sebagaimana yang telah terungkapkan oleh para aktivis agama lain, dalam ajaran Islam sebagaimana Bella Moulina sampaikan, bahwa pesan dan anjuran menjaga lingkungan ini tersirat dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 41-42, yang menjelaskan tentang alam yang disediakan untuk manusia agar bisa kita manfaatkan. Pun peran manusia sebagai khalifah fi al-ardhi juga penting diimplementasikan untuk menjaga bumi dan agar kita tidak merusaknya.
“Menjaga lingkungan bisa kita mulai dengan hal-hal kecil. Misalnya sebagai guru tidak akan memulai pelajaran sampai ruang belajarnya bersih. Kita juga bisa memulainya dengan selalu membawa kantong belanja, dan menyimpan sampah agar tidak membuangnya secara sembarangan.” Jelas pengajar dan penggerak Sahabat Ilmu Jambi ini.
Membangun Sinergi Antar Umat Beragama dalam Menjaga Lingkungan
Dari pemaparan semua pemateri yang merepresentasikan umat beragama tersebut, telah memperkuat dasar dari gerakan menjaga lingkungan sesuai ajaran dan nilai yang sudah ada dalam pedoman agama masing-masing. Selain itu juga teladan dari seluruh leluhur dan pendahulunya.
Hanya saja dalam pengaplikasiannya tentu penerapan nilai ini tidak mudah. Beragam tantangan terkait instan mindset yang dimiliki masyarakat, bisa merusak lahan pertanian dengan penggunaan pupuk pestisida.
Tantangan lainnya seperti egosentris antar umat beragama juga perlu kita upayakan dengan penyadaran bahwa ada satu rumah bersama yang harus kita jaga, kita lindungi, dan kita lestarikan di tengah perbedaan identitas yang ada. Yaitu bumi tempat kita tinggal, berpijak, dan hidup.
Membangun sinergi antar umat beragama melalui dialog dan gerakan bersama ini tentu harus terus menerus kita lakukan, agar tidak ada lagi pengkotak-kotakan dalam upaya pelestarian lingkungan dan penjagaan bumi ini. []