Mubadalah.id – Di dalam ajaran Islam, laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang Allah Swt ciptakan secara setara. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang sama yang telah diberikan oleh Islam.
Bahkan melalui hadisnya, Nabi Muhammad Saw menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan adalah saudara. Oleh sebab itu keduanya dilarang untuk saling merendahkan dan menyakiti satu dengan yang lainnya. Isi hadis tersebut sebagai berikut:
اِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالُ رواه أبو داود
Artinya : “Sesungguhnya perempuan itu saudara laki-laki.” (HR. Abu Daud).
Dalam hadis di atas, Nabi Muhammad Saw secara tegas bahwa laki-laki dan perempuan adalah saudara. Dengan bentuk persaudaraan itu sebetulnya Nabi Saw ingin mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan itu Allah Swt ciptakan secara setara.
Maka keduanya, laki-laki dan perempuan, kata Nabi Muhammad Saw harus sama-sama mendapatkan hak yang sama. Namun yang membedakan keduanya di sisi Allah Swt hanyalah ketakwaannya.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (QS. Al Hujurat ayat 13).
Namun sayangnya, kesetaraan laki-laki dan perempuan itu masih belum dirasakan oleh sebagian umat Islam lainnya, terutama para perempuan. Karena sebagian dari mereka masih menganggap para perempuan adalah makhluk sumber fitnah. Sehingga ruang gerak para perempuan selalu dibatasi.
Terlebih para perempuan juga kerapkali dilarang untuk mengakses pendidikan yang tinggi, ibadah yang terbaik para perempuan ada di rumah, bahkan di kamar yang gelap. Juga, sebagian masyarakat kita masih menempatkan tugas perempuan itu sumur, dapur dan kasur.
Perempuan Harus Mendapatkan Akses Pendidikan
Bagi saya, hal tersebut sangat jauh dari semangat ajaran Islam. Karena di dalam Islam, justru mengajarkan bahwa para perempuan harus mendapatkan akses pendidikan yang tinggi, misalnya seperti dalam hadis Nabi Saw.
Dari Abi Sa’id al-Khudriyy ra suatu saat ada seorang perempuan datang bertandang ke Rasulullah Saw dan berkata:
“Wahai Rasul, para laki-laki itu telah banyak memperoleh pelajaran kamu, bisakah menyempatkan diri untuk kami (para perempuan) pada hari tertentu, dimana kami bisa datang di hari itu dan kamu ajarkan kepada kami apa yang diajarkan Allah kepadamu”.
Rasul menjawab: “Ya, silahkan berkumpul di hari tertentu dan di tempat tertentu”.
Para perempuan kemudian datang berkumpul (di hari dan tempat yang telah Nabi Saw tetapkan) dan Rasul pun hadir mengajari mereka apa yang ia peroleh dari Allah Swt. (Sahih Bukhari, no. Hadis: 7396).
Dalam hadis tersebut, menurut saya, Nabi Saw mendengarkan, memahami dan memenuhi tuntutan para perempuan yaitu perempuan berhak atas pendidikan berkualitas. Bahkan setidaknya dalam hadis ini menegaskan dua hal:
Pertama, perempuan berhak menuntut para pengambil kebijakan mengenai hak-hak mereka.
Kedua, perempuan berhak atas pendidikan yang berkualitas sebagaimana laki-laki. Pendidikan adalah hak yang paling dasar bagi setiap orang. Di sini, perempuan harus kita beri perhatian khusus dan prioritaskan.
Karena seringkali hak pendidikan para perempuan tidak terpenuhi karena kewajiban sosial yang disematkan pada mereka seperti mengurus keluarga, melayani suami, menikah dini, atau memberi kesempatan kepada laki-laki.
Oleh sebab itu, sudah saatnya kita berpikir secara adil bahwa pendidikan adalah hak dasar perempuan dan laki-laki.
Jikapun bertabrakan karena sesuatu hal, maka pertimbangannya bukan karena laki-laki lebih berhak dari perempuan. Tetapi siapa di antara mereka yang lebih mampu dan bisa memberikan manfaat lebih baik kepada keluarga dan masyarakat. []