• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pesantren Menjadi Sumber Pembelajaran Pluralisme dan Multikulturalisme

Toleransi mereka terhadap tradisi lokal, terutama terhadap mistisime yang berasal dari Hindu-Buddha, membawa dampak positif, yakni agama Islam menjadi mudah masyarakat terima

Redaksi Redaksi
22/01/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Pesantren

Pesantren

960
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perlu diakui secara bersama bahwa pesantren merupakan institusi pendidikan sekaligus pusat dakwah Islam paling awal di Indonesia.

Proses islamisasi yang para ulama pesantren lakukan adalah melalui konversi, asimilasi, dan adopsi antara tradisi Islam dengan tradisi dan kebudayaan yang sudah lama ada di Nusantara. Penyerapan tradisi dapat dijumpai dalam banyak hal.

Nama pesantren sendiri, misalnya, berasal dari bahasa Sansekerta. Pesantren berasal dari kata pesantrian, yakni tempat tinggal para pelajar agama Hindu.

Clifford Geertz, seorang sosiolog dunia terkemuka, mengatakan bahwa pesantren berarti tempat santri, sedangkan santri secara literal berarti manusia yang baik.

Kata santri mungkin turunan dari kata Sansekerta, shastri, yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis. Selain itu, banyak sekali istilah-istilah Indonesia yang berasal dari tradisi masyarakat Hindu-Jawa.

Baca Juga:

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Pengakuan Atas Pluralisme: Mereka yang Berbeda harus Dihormati

Pesan Buya Syafii Maarif: Melampaui Fundamentalisme Menuju Islam Inklusif

Bahkan, tidak tertutup kemungkinan bahwa bahasa yang ia gunakan dalam pengajian kitab-kitab kuning di pesantren juga banyak menggunakan bahasa Jawa-Kuno.

Dalam bidang seni, kesenian wayang, misalnya, menunjukkan bahwa alur cerita berikut tokoh-tokoh utamanya dari kisah epos Mahabharata dan Ramayana dari India.

Tetapi, dalam perkembangannya, alur cerita tersebut oleh para ulama mengkonversi ke dalam istilah-istilah Arab-Islam. Pakaian sarung atau kopiah yang para santri kenakan juga adalah pakaian masyarakat Hindu.

Jika kita pernah berkunjung ke Srilanka, Bengali, atau Bali, kita akan menjumpai orang-orang yang mengenakan sarung. Sampai sekarang, pakaian ini seakan-akan telah menjadi simbol keshalihan santri.

Para ulama penyebar Islam pertama di Indonesia, Wali Songo, dalam menanamkan doktrin tauhid Islam terkenal sangat toleran terhadap praktik-praktik keagamaan lokal yang telah mentradisi dalam masyarakat.

Toleransi mereka terhadap tradisi lokal, terutama terhadap mistisime yang berasal dari Hindu-Buddha, membawa dampak positif, yakni agama Islam menjadi mudah masyarakat terima.

Berkat pendekatan dengan beragam budaya lokal tersebut, Indonesia berkembang menjadi Negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. []

Tags: multikulturalismepembelajaranpesantrenpluralismesumber
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version