Mubadalah.id – Barangkali ada yang lupa, saya ingatkan lagi. Feodalisme dalam KBBI sering diartikan sebagai sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan besar kepada golongan bangsawan.
Selain Kartini, siapa lagi perempuan pada masa kolonial yang mampu mengakses pendidikan? Ada tapi tidak banyak. Selebihnya, mereka sibuk dengan tuntutan domestik. Itu dulu, namun praktik feodalisme masih tetap ada hingga saat ini. Meskipun dalam aspek lain.
Kasus Ketidakadilan terhadap Perempuan
Saya jadi ingat kasus Novia Widyasari. Tanpa pilihan, dia mengakhiri hidupnya dengan meminum racun tepat di samping makam ayahnya. Padahal belum lama ayahnya meninggal lima bulan sebelumnya. Novia merasa sudah tidak ada lagi pihak yang akan melindunginya.
Bukan tanpa sebab, tidak ada keadilan yang berpihak kepadanya. Dia sendirian meminta hak dan pertanggungjawaban kekasihnya, Bripda Randy. Dipaksa aborsi oleh keluarga kekasihnya. Ternyata masyarakat kita masih memandang jabatan lebih penting dari sebuah tanggung jawab keadilan.
Sayangnya, kisah tragis Novia baru terekspos setelah ia meninggal karena bunuh diri. Tidak bisa terbayangkan bagaimana beratnya hidup Novia pada saat itu. Ramai tagar save novia widyasari mampu membawa Bripda Randy dalam persidangan.
Namun, Bripda Randy hanya mendapatkan hukuman penjara selama dua tahun. Ia berhenti menjadi polisi dengan tidak hormat. Sedangkan novia? Ia kehilangan nyawanya karena menderita.
Tidak sedikit media yang menceritakan kisah Novia dengan mengabaikan penderitaannya dalam mencari keadilan. Anehnya, masih ada saja netizen yang tidak memihak pada korban. Mereka lebih menyalahkan korban.
Hamil, pemaksaan aborsi, pengancaman, bahkan belum lama ayahnya meninggal. Seberat itu penderitaan yang Novia alami. Ia tidak menemukan tempat untuk mencurahkan perasaannya.
Jangan lupakan kisah ketidakadilan Novia. Ini luka dalam atas nama keadilan. Jika masyarakat membiarkan begitu saja, tidak menutup kemungkinan akan muncul kisah Novia selanjutnya.
Warisan Feodalisme
Sistem sosial saat ini masih mewarisi nilai-nilai feodalisme yang sangat eksis pada masa kolonial. Pihak-pihak yang memiliki strata sosial tinggi mampu mempengaruhi keputusan dalam berbagai aspek kehidupan. Sama halnya dalam kasus Novia dan Bripda Randy.
Ironi sekali bukan? Polisi yang secara struktur sosial memiliki tugas keamanan justru terciderai oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Masih banyak lagi kasus serupa di lapangan yang belum masyarakat ketahui.
Itulah yang menyebabkan korban kekerasan, khususnya perempuan ketakutan untuk bersuara. Jangankan bicara, berniat untuk melaporkan saja sudah memiliki banyak kekhawatiran. Lingkungan yang tidak sehat dapat menyebabkan korban kekerasan menjadi lebih terpinggirkan.
Perempuan sangat rentan terhadap praktik ketidakadilan. Warisan feodalisme turut menguatkan ketidakadilan tersebut. Kelompok yang kuat seringkali menyalahgunakan kekuasaannya untuk berlaku tidak adil kepada kelompok yang lemah.
Kekerasan, diskriminasi, pelabelan negatif, dan masih banyak lagi ketidakadilan yang membelenggu perempuan. Sistem sosial dan politik yang mengandung nilai feodalisme akan memperkeruh pandangan masyarakat terhadap keadilan.
Memilih Pemimpin yang Meninggalkan Budaya Feodalisme
Maka sangat penting untuk memilih pemimpin beserta jajarannya yang memiliki sensitifitas gender. Dengan begitu, kebutuhan setiap rakyat khususnya perempuan dapat terpenuhi secara maksimal. Rekam jejak menjadi sangat penting dalam memilih para pemimpin.
Selain pemerintah, masyarakat juga dapat menekan nilai-nilai feodalisme. Misalnya dengan menguatkan orientasi keberpihakan kepada orang yang lemah. Orang yang kuat secara sistem sosial tidak terlalu membutuhkan keberpihakan.
Perempuan sebagai korban ketidakadilan akan lebih menderita dengan sistem yang masih mewarisi nilai feodalisme. Melestarikan feodalisme sama saja melestarikan ketidakadilan kepada pihak yang lemah. []