• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Warisan Feodalisme Akar dari Ketidakadilan terhadap Perempuan

Perempuan sebagai korban ketidakadilan akan lebih menderita dengan sistem yang masih mewarisi nilai feodalisme

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
17/08/2023
in Personal
0
Feodalisme

Feodalisme

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Barangkali ada yang lupa, saya ingatkan lagi. Feodalisme dalam KBBI sering diartikan sebagai sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan besar kepada golongan bangsawan.

Selain Kartini, siapa lagi perempuan pada masa kolonial yang mampu mengakses pendidikan? Ada tapi tidak banyak. Selebihnya, mereka sibuk dengan tuntutan domestik. Itu dulu, namun praktik feodalisme masih tetap ada hingga saat ini. Meskipun dalam aspek lain.

Kasus Ketidakadilan terhadap Perempuan

Saya jadi ingat kasus Novia Widyasari. Tanpa pilihan, dia mengakhiri hidupnya dengan meminum racun tepat di samping makam ayahnya. Padahal belum lama ayahnya meninggal lima bulan sebelumnya. Novia merasa sudah tidak ada lagi pihak yang akan melindunginya.

Bukan tanpa sebab, tidak ada keadilan yang berpihak kepadanya. Dia sendirian meminta hak dan pertanggungjawaban kekasihnya, Bripda Randy. Dipaksa aborsi oleh keluarga kekasihnya. Ternyata masyarakat kita masih memandang jabatan lebih penting dari sebuah tanggung jawab keadilan.

Sayangnya, kisah tragis Novia baru terekspos setelah ia meninggal karena bunuh diri. Tidak bisa terbayangkan bagaimana beratnya hidup Novia pada saat itu. Ramai tagar save novia widyasari mampu membawa Bripda Randy dalam persidangan.

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Namun, Bripda Randy hanya mendapatkan hukuman penjara selama dua tahun. Ia berhenti menjadi polisi dengan tidak hormat. Sedangkan novia? Ia kehilangan nyawanya karena menderita.

Tidak sedikit media yang menceritakan kisah Novia dengan mengabaikan penderitaannya dalam mencari keadilan. Anehnya, masih ada saja netizen yang tidak memihak pada korban. Mereka lebih menyalahkan korban.

Hamil, pemaksaan aborsi, pengancaman, bahkan belum lama ayahnya meninggal. Seberat itu penderitaan yang Novia alami. Ia tidak menemukan tempat untuk mencurahkan perasaannya.

Jangan lupakan kisah ketidakadilan Novia. Ini luka dalam atas nama keadilan. Jika masyarakat membiarkan begitu saja, tidak menutup kemungkinan akan muncul kisah Novia selanjutnya.

Warisan Feodalisme

Sistem sosial saat ini masih mewarisi nilai-nilai feodalisme yang sangat eksis pada masa kolonial. Pihak-pihak yang memiliki strata sosial tinggi mampu mempengaruhi keputusan dalam berbagai aspek kehidupan. Sama halnya dalam kasus Novia dan Bripda Randy.

Ironi sekali bukan? Polisi yang secara struktur sosial memiliki tugas keamanan justru terciderai oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Masih banyak lagi kasus serupa di lapangan yang belum masyarakat ketahui.

Itulah yang menyebabkan korban kekerasan, khususnya perempuan ketakutan untuk bersuara. Jangankan bicara, berniat untuk melaporkan saja sudah memiliki banyak kekhawatiran. Lingkungan yang tidak sehat dapat menyebabkan korban kekerasan menjadi lebih terpinggirkan.

Perempuan sangat rentan terhadap praktik ketidakadilan. Warisan feodalisme turut menguatkan ketidakadilan tersebut. Kelompok yang kuat seringkali menyalahgunakan kekuasaannya untuk berlaku tidak adil kepada kelompok yang lemah.

Kekerasan, diskriminasi, pelabelan negatif, dan masih banyak lagi ketidakadilan yang membelenggu perempuan. Sistem sosial dan politik yang mengandung nilai feodalisme akan memperkeruh pandangan masyarakat terhadap keadilan.

Memilih Pemimpin yang Meninggalkan Budaya Feodalisme

Maka sangat penting untuk memilih pemimpin beserta jajarannya yang memiliki sensitifitas gender. Dengan begitu, kebutuhan setiap rakyat khususnya perempuan dapat terpenuhi secara maksimal. Rekam jejak menjadi sangat penting dalam memilih para pemimpin.

Selain pemerintah, masyarakat juga dapat menekan nilai-nilai feodalisme. Misalnya dengan menguatkan orientasi keberpihakan kepada orang yang lemah. Orang yang kuat secara sistem sosial tidak terlalu membutuhkan keberpihakan.

Perempuan sebagai korban ketidakadilan akan lebih menderita dengan sistem yang masih mewarisi nilai feodalisme. Melestarikan feodalisme sama saja melestarikan ketidakadilan kepada pihak yang lemah. []

Tags: FeodalismeIndonesiakeadilanKesetaraanperempuansejarah
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID