• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah

Mubadalah sebagai Sikap Kemanusiaan di Tengah Keragaman Agama

Kemanusiaan menjadi ikatan (common good), yang mempertemukan perbedaan antarumat beragama

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
04/09/2023
in Publik
0
Sikap Kemanusiaan

Sikap Kemanusiaan

898
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Orang Islam yang hidup di Indonesia, rasa-rasanya, hampir mustahil tidak pernah berinteraksi dengan non-Muslim.

Dari interaksi dengan tetangga, teman kelas, teman komunitas, bahkan sekadar pas-pasan di jalan, ada saja momen yang mempertemukan Muslim dengan non-Muslim. Pengalaman kecil yang seharusnya membuat kita (umat Islam) sadar, bahwa kita hidup dalam masyarakat yang beragam.

Cukup Berbeda Jangan Berpecah

Apa kita harus risi dengan realitas keberagamaan ini dan memilih menjauh, sejauh-jauhnya, dari lingkungan yang beragam? Atau, tidak harus menjauh, namun membenci non-Muslim? Ah, jawabannya tentu tidak perlu. Berbagai aksi dalam pertanyaan itu terlalu “bodoh” untuk kita lakukan.

Justru kita perlu menjaga kedekatan dalam keberagamaan. Sikap demikian tidak melanggar ajaran Islam, dan malah sejalan dengan semangat keberislaman. Sebagaimana penjelasan Gus Dur dalam Islamku, Islam Anda, Islam Kita, “…perbedaan merupakan sebuah hal yang diakui Islam, sedangkan yang dilarang adalah perpecahan.”

Perkataan Gus Dur ini menjelaskan kalau tidak apa kita berbeda agama. Toh, Islam mengakui adanya perbedaan. Yang perlu kita pastikan adalah jangan sampai berpecah. Sebab, Islam melarang perpecahan, meski itu dengan non-Muslim.

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

Lagian untuk apa kita berpecah? Sikap bodoh demikian hanya akan menjauhkan kita dari kedamaian. Kedamaian yang selalu kita citakan dalam proses berislam (lihat al-Anbiya’: 107). Oleh karena itu, jika ingin proses beragama kita baik, maka perpecahan sangat harus kita jauhi, dan kerukunan antarumat beragama harus jaga.

Bahkan bila perlu tidak hanya jangan sampai berpecah, tapi kita juga harus membangun relasi sehat antarumat beragama. Sikap beragama ini sejalan dengan anjuran Gus Dur, “Perbedaan keyakinan tidak membatasi atau melarang kerja sama antara Islam dan agama-agama lain, terutama dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan umat manusia (kemanusiaan).”

Kerja sama antarumat beragama ini akan dapat mengecilkan potensi perpecahan, dan mempererat kerukunan dalam kehidupan bersama.

Menjaga Ikatan Kemanusiaan

Saya ingat dengan karyanya Thomas Bauer yang berjudul A Culture of Ambiguity. Dalam karya itu, Bauer mengenalkan konsep ambiguitas budaya. Ambigu dalam konsep Bauer ini bukan kebingungan, melainkan dapat kita maknai sebagai kemajemukan. Di mana, ada hal-hal yang berbeda, namun dapat coexist (hidup bersama) dalam satu tempat.

Salah satu yang menyebabkan keadaan coexist itu, adalah adanya solusi kompromi yang mempertemukan perbedaan. Common good (kebaikan umum) menjadi nilai dalam solusi kompromi yang mempertemukan perbedaan.

Kemanusiaan menjadi ikatan (common good) yang mempertemukan perbedaan antarumat beragama. Pandangan ini sejalan dengan Gus Dur, “Karena masing-masing (agama) memiliki keharusan menciptakan kesejahteraan lahir dalam kehidupan bersama, walaupun bentuknya berbeda-beda. Di sinilah, nantinya, terbentuk persamaan antaragama, bukannya dalam ajaran/akidah yang dianut, namun hanya pada tingkat capaian materi (kemanusiaan).”

Jadi meski kita berbeda agama, namun kemanusiaan menjadi tali pengikat yang menghubungkan perbedaan. Oleh karena itu, dalam beragama di tengah keberagamaan masyarakat Nusantara, hal penting yang perlu terus kita lakukan adalah menghidupi kemanusiaan dalam diri.

Menghidupi Kemanusiaan dengan Sikap Hidup Mubadalah

Lantas, bagaimana cara kita menghidupi kemanusiaan yang mempertemukan perbedaan agama?

Salah satu yang dapat kita lakukan adalah, mengedepankan sikap hidup yang mubadalah dalam kehidupan bersama antarumat beragama. Caranya, sebagaimana yang Faqihuddin Abdul Kodir jelaskan dalam Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama, kita perlu mengedepankan hidup bersama yang berprinsip pada relasi bermartabat, adil, dan maslahah.

Prinsip hidup mubadalah dalam perbedaan agama ini penting. Agar, setiap umat beragama menjadi subjek (kesetaraan antarumat beragama) dalam melakukan dan mendapatkan kebaikan, yang menjadi dampak dari relasi sehat dalam kehidupan bersama. Sikap hidup yang mubadalah ini menjadi satu bentuk ikhtiar kemanusiaan yang mempertemukan perbedaan agama di tengah keberagamaan. []

Tags: Ajaran Gus DurkemanusiaanKerukunan Antar Umat BeragamaPrinsip Relasi MubadalahToleransi beragama
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version