• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Aborsi Akibat Perkosaan dalam Perspektif KUPI

Menurut pandangan para Ulama Perempuan, apabila tim ahli (medis, psikis dan sosial) menjelaskan bahwa kehamilan akibat perkosaan tersebut dapat membahayakan hingga mengancam jiwanya, maka penghentian kehamilan atau aborsi adalah pilihan yang terbaik.

Rinrin Rianti Rinrin Rianti
18/08/2023
in Keluarga
0
aborsi

aborsi

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa bulan yang lalu saya dan teman-teman Mahasantriwa SUPI ISIF ditugaskan oleh Kiai Marzuki Wahid untuk membuat makalah terkait isu-isu sosial yang terjadi di lingkungan kita, salah satunya tentang aborsi bagi korban perkosaan.

Jika dilihat dari konteks sejarah aborsi sebenarnya sudah terjadi sejak zaman kuno. Buktinya dalam catatan sejarah Melayu aborsi sudah dilakukan sejak tahun 1612.

Meskipun begitu isu aborsi sampai saat ini masih menjadi perdebatan yang tidak ada ujungnya. Pasalnya banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa aborsi dengan alasan apapun adalah haram dan dosa. Sebab hal tersebut sama saja dengan membunuh jiwa orang lain.

Hal ini didukung dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat umum dan tidak jarang dilengkapi juga dengan argumentasi kegamaan. Misalnya mereka seringkali mengutip QS al-Isra ayat 33 ketika membicarakan terkait aborsi.

Bunyi ayat tersebut ialah:

Baca Juga:

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Gelar Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Seruan Bangkit dari Krisis Kemanusiaan

وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُوْمًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهٖ سُلْطٰنًا فَلَا يُسْرِفْ فِّى الْقَتْلِۗ اِنَّهٗ كَانَ مَنْصُوْرًا

Artinya: “Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Siapa yang dibunuh secara teraniaya, sungguh Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya. Akan tetapi, janganlah dia (walinya itu) melampaui batas dalam pembunuhan (kisas). Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS Al Isra: 33).

Bolehkah Aborsi?

Namun pertanyaan yang sangat relevan dengan kondisi saat ini ialah apakah perempuan yang hamil akibat perkosaan boleh untuk menghentikan kehamilannya dengan cara aborsi?

Pertanyaan ini sangat wajar sebab saat ini kasus perkosaan setiap tahun terus meningkat dan kejadian tersebut menimbulkan dampak yang sangat berat bagi korban. Sebab ia mengalami kekerasan fisik serta psikis. Apalagi jika mengalami kehamilan.

Sebagaimana dalam Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan pada tahun 2021 menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2016-2020 ada sebanyak 24.786 kasus kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan. Dan dari jumlah kasus tersebut terdapat 7.344 atau 29,6% kasus tindak perkosaan.

Di samping itu, Kementerian Sosial juga menangani sekitar 780 anak perempuan yang mengalami kehamilan akibat perkosaan. Dari jumlah tersebut 568 korban melahirkan dan 212 yang masih dilema apakah akan meneruskan atau menghentikan kehamilannya.

Saya menduga dari data Kementerian Sosial tersebut masih banyak korban yang belum berani speak up dan melapor kasus yang ia alami. Entah karena mendapatkan ancaman atau tidak tahu harus melapor kemana.

Namun yang jelas kondisi tersebut menunjukkan bahwa korban perkosaan yang mengalami kehamilan betul-betul butuh pertolongan. Entah dengan pendampingan secara mental atau medis, seperti melakukan aborsi.

Fatwa KUPI

Sebab sebagaimana yang ulama KUPI sampaikan dalam tashawur fatwa KUPI II tentang “Perlindungan Jiwa Perempuan dari Bahaya Kehamilan Akibat Perkosaan” menyebutkan bahwa perempuan yang mengalami kehamilan akibat perkosaan benar-benar perlu kita tolong. Termasuk ketika ia memutuskan untuk menghentikan kehamilannya dengan cara aborsi.

Sebab kehamilan yang korban perkosaan alami sangatlah bertentangan dengan hak-hak reproduksi. Kehamilan tersebut akan membawa dampak negatif yakni mengalami penderitaan secara fisik, mental dan sosial.

Secara mental korban mengalami trauma psikologis dan merasa tidak berharga lagi di mata masyarakat. Hal ini mendorong korban untuk melakukan aborsi ilegal yang bisa membahayakan kesehatan dan nyawa korban.

Oleh karenanya menurut pandangan para Ulama Perempuan, apabila tim ahli (medis, psikis dan sosial) menjelaskan bahwa kehamilan akibat perkosaan tersebut dapat membahayakan hingga mengancam jiwanya, maka penghentian kehamilan atau aborsi adalah pilihan yang terbaik.

Namun tetap saja pilihan tersebut juga harus tetap memastikan keselamatan jiwa perempuan pada usia kehamilan berapa pun.

Oleh karena itu, bagi semua pihak yang memiliki wewenang dan keahlian untuk melakukan perlindungan kepada perempuan korban perkosaan, tidak boleh menolak maupun menghalang-halangi dalam memberi perlindungan jiwa perempuan dengan dalih apa pun. Termasuk ketika korban memutuskan untuk menghentikan kehamilannya yang jelas-jelas tidak ia kehendaki.

Saling Tolong Menolong

Sebab inilah yang dicontohkan oleh Nabi Saw bahwa setiap kita ditugaskan untuk selalu menolong orang yang dizalimi, dalam hal ini perempuan yang mengalami kehamilan akibat perkosaan.

Teladan Nabi Saw tesebut tergambar dalam hadis shahih muslim no. 186 yang artinya:

“Barang siapa melihat suatu kemungkaran (atau keburukan pada seseorang) maka ubahlah ia (agar menjadi baik) dengan tanganmu (atau seperti kekuasaan), jika tidak mampu, lakukanlah dengan lisanmu, jika tidak juga mampu, lakukanlah dengan hatimu, dan itu (dengan hati) adalah sikap atau tindakan yang paling lemah iman.” (Shahih Muslim no.186).

Terakhir, seperti dalam sikap dan pandangan KUPI terhadap kasus kehamilan akibat perkosaan menyampaikan bahwa hukum melindungi jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat perkosaan adalah wajib di usia berapa pun kehamilannya, baik dengan cara melanjutkan atau menghentikan kehamilan, atau biasa kita sebut aborsi. Sebab kehamilan akibat perkosaan menyebabkan darurat medis dan psikiatris. []

Tags: AborsiAkibatKupiperkosaanperspektif
Rinrin Rianti

Rinrin Rianti

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version