Mubadalah.id – Dalam beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa banyak nama-nama perempuan ulama yang cemerlang. Beberapa di antaranya ialah Sayyidah Nafisah (w. 208 H), cicit Nabi Muhammad Saw.
Namanya dikenal sebagai perempuan cerdas, sumber pengetahuan keislaman (nafisah al-‘ilm), pemberani, sekaligus ‘abidah zahidah (tekun menjalani ritual dan asketis).
Sebagian orang bahkan mengategorikannya sebagai waliyullah perempuan dengan sejumlah keramat. Ia adalah guru Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Disebutkan bahwa Imam asy-Syafi’i adalah ulama yang paling sering bersamanya dan mengaji kepadanya, padahal ia seorang ahli fiqh besar:
“Ia (Imam asy-Syafi’i) adalah orang yang paling sering bersama Sayyidah Nafisah dan mengaji kepadanya, justru pada puncak kariernya sebagai ahli hukum terkemuka dan memiliki kedudukan terhormat.”
Bahkan, disebutkan:
“Pada bulan Ramadhan, Imam asy-Syafi’i juga sering kali shalat Tarawih bersama Sayyidah Nafisah di masjid perempuan ulama ini.”
Ibnu Arabi adalah sufi terbesar (asy-syekh al-akbar) sepanjang zaman. Kebesarannya ia peroleh dari kaum perempuan. la banyak menimba ilmu dari mereka (kaum perempuan).
Pandangan-pandangannya tentang teori “wahdah al-wujud” memperoleh inspirasi dari perempuan. Setidaknya, ada satu orang perempuan ulama.
Pertama, Fakhr an-Nisa. Perempuan ini adalah sufi terkemuka dan idola para ulama laki-laki dan perempuan.
Ibnu Arabi mengatakan, “Aku datang menemuinya, untuk mendengarkan tutur katanya, karena riwayat haditsnya, kelas tinggi. Ketika pertama kali aku mendengarnya, aku menulis surat kepadanya:
“Keadaanku dan keadaanmu dalam soal riwayat adalah sama. Tujuanku ke sini hanyalah untuk menambah ilmu dan mengamalkannya.”
Kepada perempuan ulama ini (Fakhr an-Nisa), Ibnu Arabi mengaji kitab hadits Sunan at-Tirmidzi.
Ibnu Arabi mengatakan, “Aku mendengar/mengaji Sunan at-Tirmidzi (hadits-hadits riwayat Imam Tirmidzi) kepada orang Makkah yang menjadi imam masyarakat di negeri yang aman damai.” []