Mubadalah.id – Rajab tahun ini tiba pada waktu yang bisa kita bilang masih awal tahun. Memasuki Bulan Rajab menjadi pertanda bahwa Ramadan sudah dekat seiring dengan doa yang biasa kita panjatkan. Bahkan menjadi pujian-pujian yang semakin kerap terdengar dari banyak masjid, “Allaahumma baariklanaa fii rajabawa sya’baana, wa ballighnaa ramadhaana”.
Doa tersebut menjadi pengingat dan membangkitkan semangat beribadah bagi umat muslim untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum datangnya bulan suci Ramadan. Namun di balik itu, di bulan Rajab tercatat berbagai peristiwa kemenangan, termasuk pembebasan Baitul Maqdis oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Rajab merupakan bulan ketujuh dari 12 bulan yang ada dalam penanggalan Hijriyah. Bulan ini merupakan salah satu dari empat bulan-bulan mulia (asyhurul hurum). Yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharrram, dan Rajab.
Keempat bulan ini memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh delapan bulan yang lainnya, sebagaimana dalam QS.At-Taubah ayat 36:
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.”
Demikian pula Bulan Rajab, sebagaimana penjelasan Imam Abu Muhammad al-Khalal, “Dikatakan kepada Rasulullah, ‘Kenapa (bulan Rajab) dinamakan Rajab?’ Rasulullah menjawab: Karena sungguh banyak di dalamnya kebaikan untuk bulan Sya’ban dan Ramadan”.
Anjuran Memperbanyak Ibadah
Menyambut datangnya Rajab sebagai bulan mulia ini umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sebagai bentuk pemuliaan, karena Allah akan melipatgandakan pahala ketaatan. Harapannya untuk menghindari kemaksiatan kerena balasannya akan lebih banyak juga daripada di bulan lainnya.
Rajab juga menyimpan berbagai peristiwa yang tercatat dalam sejarah. Peristiwa Isra’ Mi’raj misalnya, terjadi pada 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, atau lebih dari 1000 tahun yang lalu.
Dengan datangnya Rajab kali ini, dan dengan mengenang Peristiwa Isra’ Mi’raj yang merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad, kita harapkan kita semua mampu mengambil hikmahnya. Yakni untuk senantiasa memperbaiki salat dan menambah kecintaan kita kepada Rasulullah Muhammad.
Selain itu di Bulan Rajab juga, yakni pada 27 Rajab 583 H, terjadi pembebasan Baitul Maqdis, Palestina oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Mengenang peristiwa kemenangan Baitul Maqdis di saat ini yang mana konflik Palestina-Israel masih terjadi. Tentunya menjadi pengingat tersendiri dalam membangkitkan harapan umat.
1187 M atau sekitar 837 tahun yang lalu, perjuangan Shalahuddin Al Ayubbi membuahkan keberhasilan. Meski sudah beratus-ratus tahun yang lalu, semangat perjuangan beliau masih perlu menjadi teladan dan kita ambil pelajaran. Keberhasilan itu tidaklah ia dapat dengan mudah, 20 tahun lamanya sang sultan mempersiapkan strategi.
Beliau adalah seorang ahli ilmu yang selalu mengerjakan syariat Islam. Maka sebelum mempersiapkan pasukan yang hebat, beliau paham bahwa dia sendirilah yang perlu mempersiapkannya sejak awal sebagai pemimpin. Shalahuddin Al Ayyubi begitu telaten dalam membuat jadwal harian, pekanan bahkan bulanan demi membangun pasukan yang hebat dan kuat.
Pembebasan Palestina
Menurutnya, kekuatan Islam akan bangkit apabila seluruh muslimin bersatu dan merapatkan barisan. Sebagaimana teladan dari Shalahuddin Al-Ayyubi, maka di zaman ini ketika makin sering terjadi pertikaan sesama umat, hal tersebut sebenarnya tidak dicontohkan dalam islam.
Perbedaan yang ada di antara umat harusnya menjadi kekuatan yang saling menopang, bukan sebuah hal yang justru memicu pertengkaran dan perpecahan. Baitul Maqdis kala itu hampir 90 tahun dikuasai pasukan salib, lalu kemudian berhasil Shalahuddin Al-Ayyubi bebaskan menjadi tempat yang kembali aman.
Di mana adzan kembali lantang berkumandang, dan salat kembali dapat mereka tegakkan. Demikian pula saat ini, kemenangan Palestina atas penjajahan Israel bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi.
Nyatanya, suara-suara pembebasan Palestina di media sosial mendapat respon yang luar biasa. Israel mendapat kecaman dari berbagai pihak di seluruh dunia. Berkat tulisan-tulisan pembelaan atas palestina tersebut, yang kadang terasa bukan apa-apa. Ternyata dunia jadi tahu dan membuka mata atas mana pihak yang harusnya kita bela.
Selain itu, dampak boikot produk-produk Israel secara beramai-ramai juga berhasil menimbulkan kerugian yang tak sedikit jumlahnya. Sebagaimana upaya Shalahuddin Al-Ayyubi, persatuan adalah kuncinya. Meskipun kecil sekali ikhtiar yang bisa kita lakukan, namun ketika banyak yang melakukan bersama-sama akan terasa juga dampak besarnya.
Barangkali sama seperti 837 tahun yang lalu, di Rajab tahun ini bisa jadi Palestina kembali bisa merasakan kemerdekaan. []