• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Buya Syakur Wali Allah yang Akhirnya Viral itu Wafat

Buya Syakur hanya sedikit dari sekian banyak ulama yang begitu kritis, mampu memahami Islam dengan perpektif psico-linguistic

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
17/01/2024
in Figur
0
Buya Syakur

Buya Syakur

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saat itu tahun 2002, saat mulai menjejaki perjalanan belajar di Pesantren Babakan Ciwaringin. Sekitar jam 5 sore dan jam 9 malam, sering sekali menyimak kajian Islamnya di salah satu radio. Dengan suaranya yang khas, berbahasa daerah lekat dan guyon, kajian demi kajian itu terasa nikmat kita dengar, meresap ke dalam relung jiwa.

Lumayan jauh sebelum viral di media sosial. Bahkan saat 2017, kami berhasil mengundangnya ke Kubangdeleg pun, Wali Allah ini kelihatannya masih belum viral. Sebagai tandanya, saat itu dakwahnya belum dilengkapi peralatan merekam.

Abdusy Syakur Yasin. Demikian ia kerap menyebut nama lengkapnya sendiri di radio. Keluarga, santri, kolega, dan jamaahnya kemudian akrab menyapanya dengan panggilan Buya Syakur. Salah seorang pengasuh Pesantren Cadangpinggan, Indramayu.

Jauh sebelum seperti sekarang, lingkungan Pesantren dan rumahnya amatlah sederhana. Cerita-cerita spiritual dalam hidupnya yang “mengerikan” itu, saya simak sendiri di radio. Catatan ini ditulis sekadar turut melepas rindu dan hormat saya untuk Buya Syakur yang pada Rabu, 17 Januari 2024 telah meninggal dunia di salah satu Rumah Sakit di Kabupaten Cirebon. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Awal Perjalanan Spiritual Buya Syakur

Apa yang saya tulis adalah hasil olah literasi dari apa yang saya simak selama ini. Awal perjalanan spiritualitasnya justru mulai manakala Buya Syakur pulang dari luar negeri ke tanah air. Tidak berselang lama setelah kepulangannya, ia justru berpisah dengan istri pertamanya; Nyai Hj. Masriyah Amva yang kini memimpin Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin.

Baca Juga:

Mengenang Pemikiran Buya Syakur tentang Kesetaraan Perempuan

Dua putra hasil dari pernikahannya bernama Robith Hasyim Yasin dan Muhammad Ibdal Yasin. Menurut penuturannya itu, ia merasa dunia itu hanyalah hampa dan segalanya yang menipu. Ditinggalkannya keluarga, kolega, bahkan harta. Ia lalu mulai sering menyendiri pergi ke laut atau hutan.

Menurut keyakinannya, bertapa atau berkhalwat adalah sunah Nabi yang semakin tidak diminati. Hebatnya lagi, dalam ritualnya itu ia tidak takut untuk tidak membawa perbekalan, apalagi makanan dan minuman. Selama ia di tengah lautan dan hutan, makanan dan minuman tersebut tersedia. Kemudian ia yakini sebagai maidah minas sama’ (hidangan dari langit) yang dibawa suruhannya Allah untuk hamba-Nya yang bertawakal.

Bahkan dalam satu kajian itu, ia pernah bertemu seseorang, kemudian seseorang itu memberi petunjuk agar ia berjalan entah ke arah mana untuk kemudian bertemu dengan orang tertentu. Orang tertentu itu yang ia yakini sebagai Nabi Khidir. Salah seorang Nabi yang umat Muslim yakini masih hidup.

Wali Allah

Dari penuturannya itulah mengapa kemudian saya meyakini jika Buya Syakur adalah Wali Allah. Tanda-tanda kewalian itu juga tersurat dan tersirat dalam setiap perjalanan dakwahnya yang menyasar masyarakat awam. Ia mau saja turun ke bawah tanpa pengawalan, tanpa bayaran, tanpa sorot lampu kamera.

Iya yang oleh Gus Dur disebut sebagai intelektual supra-rasional itu memilih jalan lain. Yakni jalan berbeda, jalan yang tidak masyhur. Pernah satu ketika, saya ikut pengajian pasaran Ramadan di rumahnya, jamaahnya masih sangat sedikit sekali dan bisa kita hitung dengan jari.

2016 saya silaturahim bersama 2 orang lainnya, 2017 berhasil mengajak Buya Syakur untuk mau berkunjung ke Kubangdeleg, desa di mana saya tinggal dalam acara pengajian menyambut Ramadan. Lalu sowan beberapa kali lagi, entah kapan waktunya saya sudah tidak mengingatnya. Qadarullah, Buya Syakur viral. Viralnya di usia senja. Ini langka. Video kajiannya menyebar ke mana-mana. Para ulama dan tokoh nasional pun berbondong-bondong menjadi tamu narasumber.

Berbagai pemikiran Islam pun dibedah di sana. Dan Buya Syakur hanya sedikit dari sekian banyak ulama yang begitu kritis, mampu memahami Islam dengan perpektif psico-linguistic. Tidak aneh jika Buya mampu beradaptasi dengan pemikiran keislaman mana pun. Mulai dari kesetaraan gender, pluralisme, sains dan lain sebagainya.

Setelah viral, saya merasa Buya Syakur sudah milik banyak orang. Tidak lagi seperti apa yang saya nikmati manakala di awal-awal saya mengenalnya di radio. Buya Syakur, Wali Allah yang akhirnya viral itu telah pulang. Wajah dan badannya semakin segar. Saya yakin itu tanda-tanda orang yang bahagia dan husnul khatimah. Selamat jalan, Buya Syakur! Wallahu a’lam. []

 

Tags: Buya Syakur
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version