• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

5 Cara Menyikapi Humor Seksis terhadap Perempuan

Penting bagi kita mengupayakan ruang aman untuk menyikapi humor seksis, dan juga penting untuk mengedukasi orang lain tanpa menghakimi

Suci Wulandari Suci Wulandari
28/01/2024
in Personal, Rekomendasi
0
Humor Seksis

Humor Seksis

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Beberapa waktu lalu, dalam sebuah acara yang bertajuk “Desak Anies” di Yogyakarta, Najwa Shihab, jurnalis sekaligus presenter perempuan Indonesia, mendapatkan pelecehan verbal dengan dalih humor.

“Warna baju Mba Nana seperti warna sprei di rumah, jadi pengen saya tidurin.” Begitulah kira-kira isi kalimat yang disampaikan oleh seorang komika yang bernama Felix Seda dalam acara tersebut.

Setelah ramai mendapat hujatan netizen, Felix meminta maaf secara langsung kepada Najwa Shihab. Mba Najwa pun bersedia memafkan dengan catatan hal ini bisa menjadi pembelajaran. Beliau berharap, Felix mempunyai sensitivitas gender sehingga bisa memberikan jokes yang lebih berbobot.

Sekilas kasus ini terlihat sudah selesai ketika Mb Najwa memberikan maaf kepada Felix. Tapi, apakah benar-benar selesai? Tidak.

Dalam video yang beredar, ketika roasting dengan materi humor seksis itu dilontarkan, sebagian orang yang berada di ruangan tersebut justru ikut tertawa. Artinya, apa yang disampaikan oleh Felix menjadi candaan biasa yang diamini oleh sebagian peserta, tanpa menyadari bahwa materi tersebut melecehkan perempuan.

Baca Juga:

Merebut Kembali Martabat Perempuan

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

Saya tidak tahu bagaimana perasaan Mb Najwa saat itu. Namun, saya pribadi tidak bisa membayangkan jika itu terjadi pada diri saya sendiri. Apalagi dalam konteks ramai.

Adanya Normalisasi Humor Seksis dalam Kehidupan Sehari-Hari

Humor seksis adalah humor yang mengandung unsur penghinaan, karena adanya rangkaian kata yang bermaksud merendahkan, mengobjektifikasi, dan bahkan memberikan stereotype berdasarkan gender.

Diakui atau tidak, pelecehan terhadap perempuan dengan bingkai humor seringkali menjadi sebuah normalisasi yang dianggap biasa saja oleh sebagian orang. Entah sekedar ikut tertawa, menimpali candaan, ataupun menjadi pelaku yang melontarkan humor seksis.

Dalam kasus tertentu, terkadang, mereka yang tidak bisa menerima candaan seksis, dianggap sebagai orang-orang yang memiliki selera humor rendah. Dalih “hanya bercanda” menjadi tameng seorang pelaku agar ia tidak disalahkan.

Salah satu bentuk humor seksis ini adalah mengkonotasikan bagian-bagian vital perempuan dan laki-laki dengan kata-kata tertentu, seperti payudara perempuan dengan papaya, alat kelamin laki-laki dengan burung, ular kecil, dan lainnya.

Pernah suatu kali di lingkungan kerja saya, seorang teman melontarkan sebuh candaan ke teman (perempuan) lainnya, “Takut ular besar, tapi kok suka ular yang kecil”. Seketika orang-orang yang berada dalam ruangan tersebut tertawa. Namun, tidak dengan teman yang menjadi obyek candaan. Dia hanya terdiam.

Saya yang saat itu kebetulan berada di ruangan yang sama menyampaikan bahwa itu tidak lucu. Tidak semua orang nyaman mendengarkan humor sejenis itu, apalagi mencakup hal yang sensitif dan privasi. Namun, sekali lagi, si pelontar humor mengatakan bahwa itu adalah candaan antar teman saja.

Tentu saya tidak setuju. Saya yakin, humor yang bermutu pasti tidak akan menyudutkan apalagi melecehkan pihak-pihak tertentu, terutama perempuan.

Faktor yang Menormalisasi Humor Seksis

Faktor kurangnya pemahaman dan kesadaran akan sensitivitas gender membuat sebagian orang menganggap normal candaan dan lelucon yang sebenarnya mengobjektivikasi pihak tertentu, khususnya perempuan.

Pada kasus Mba Najwa, salah seorang penonton yang sadar bahwa sang komika sedang menjadikan perempuan sebagai materi seksis, berkesempatan menegur dan menyampaikan bahwa hal tersebut tidak pantas. Suaranya didengar dan didukung oleh banyak pihak yang mempunyai sensitivitas gender yang sama.

Namun dalam kasus teman saya, dalam ruang lingkup yang lebih kecil, dia tidak bisa menyampaikan ketidaknyamanannya, karena hampir seisi ruangan menertawakannya. Saat itu, saya juga mengalami keterbatasan untuk melawan humor seksis tersebut karena budaya normalisasi yang memang sudah mengakar.

5 Cara Menyikapi Humor Seksis terhadap Perempuan

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika kita melihat ataupun menjadi obyek humor seksis, tanpa menciptakan konflik yang lebih besar dengan orang lain, terutama teman sendiri.

Pertama, cobalah untuk bersikap tenang dan tidak spontan merespon. Setelah kita merasa tenang, kita bisa dengan tegas dan jujur menyampaikan bahwa kita merasa tidak nyaman dengan candaan yang seksis.

Kedua, jika memungkinkan, kita bisa menyampaikan informasi bahwa candaan seksis bisa menjurus pada pelecehan dan merugikan pihak lain. Dalam hal ini, kita bisa menggunakan teknik diskusi tanpa menghakimi.

Namun jika tidak memungkinkan, kita bisa berbicara secara pribadi dengan orang yang bersangkutan mengenai candaan yang pantas dan tidak pantas. Kita tetap harus mempertimbangkan situasi dan kondisi si pelontar candaan. Karena terkadang jika kita melakukannya di depan umum bisa membuatnya malu, dan akhirnya berdampak pada relasi.

Ketiga, alihkan fokus pembicaraan dengan humor yang bersifat positif.

Keempat, Jika situasi tetap berlanjut tanpa ada respon yang baik dari si pelontar candaan, kita bisa menghindari percakapan dengan tidak merespon pembicaraan yang merugikan. Diam atau meninggalkan percakapan bisa jadi pilihan yang terbaik. Tunjukkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tegas, yang menandakan bahwa kita tidak suka dengan candaan tersebut.

Kelima, untuk melawan budaya normalisasi humor seksis, kita perlu mencari dukungan dari orang-orang yang mempunyai sensitivitas gender yang sama. Kita bisa saling menguatkan, dan juga membuat rencana untuk edukasi pihak lain tentang humor seksis.

Tentu saja, tidak semua situasi bisa kita samakan. Akan selalu ada jenis orang yang memang tidak mau membuka pikirannya tentang sensitivitas gender.

Maka, penting bagi kita mengupayakan ruang aman untuk menyikapi humor seksis dan juga penting untuk mengedukasi orang lain tanpa menghakimi. []

Tags: felix sedahumorNajwa Shihabnormalisasiperempuanseksis
Suci Wulandari

Suci Wulandari

Dosen Ilmu al-Qur'an dan Tafsir di STAI Darul Kamal, Lombok Timur, NTB

Terkait Posts

Mas Pelayaran

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

13 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mas Pelayaran

    Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merebut Kembali Martabat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kidung Reksabumi; Sebuah Ajakan Umat Beragama untuk Saling Jaga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir
  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID