Mubadalah.id – Perut lapar saat berpuasa tidak hanya dapat menyebabkan badan terasa lemas, namun juga dapat memengaruhi perilaku seseorang untuk menjadi lebih emosional. Melansir dari hellosehat.com, fenomena itu disebut hangry, yaitu gabungan dari kata hungry (lapar) dan angry (marah). Lalu bagaimana caranya supaya kita dapat mengontrol emosi saat puasa, sehingga tidak mudah mengalami gejala semacam hangry ketika sedang puasa?
Hangry Terjadi Karena Otak Kekurangan Glukosa
Paul Currie, professor psikologi sekaligus pakar perilaku nafsu makan dalam Huffington Post mengatakan bahwa rasa lapar dapat mengubah seseorang menjadi sangat emosional. Hal itu bisa siapapun mengalaminya, bahkan orang penyabar sekalipun, bisa berubah menjadi agresif dan marah saat perutnya lapar.
Rupanya itu terjadi karena jumlah nutrisi glukosa akan perlahan turun sejak seseorang terakhir kali makan. Sementara glukosa adalah makanan utama bagi otak, maka otak pun akan ikut “lapar” dan bekerja lebih lambat untuk mengontrol emosi dan marah.
Makanan sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan diubah menjadi glukosa yang kemudian mengalir ke dalam aliran darah beserta nutrisi lainnya untuk menyuplai energi bagi setiap sel dan jaringan tubuh.
Ketika kadar glukosa dalam tubuh terlalu rendah, otak akan mengirim sinyal ke tubuh untuk melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol ke dalam aliran darah. Tujuannya untuk menyeimbangkan kembali kadar glukosa yang hilang.
Pelepasan hormon tersebut-lah yang membuat kita semakin sulit mengontrol emosi saat puasa. Di sisi lain, otak juga melepaskan hormon ghrelin yang diproduksi di perut untuk memicu rasa lapar. Namun, reseptor penerima sinyal ghrelin tersebar di seluruh tubuh, termasuk dalam hipotalamus otak. Selain merangsang rasa lapar, ghrelin juga menghasilkan respon kecemasan.
Kiat Mengendalikan Emosi
Ibadah puasa Ramadan yang saat ini umat muslim lakukan di Indonesia berlangsung selama 13-14 jam. Tentu membuat tubuh merasa lapar terutama di tengah panasnya siang hari. Sedangkan lapar membuat kita sulit untuk mengontrol emosi. Oleh sebab itu, kita perlu melatih diri agar mampu mengontrol emosi, sehingga tidak mudah mengalami gejala semacam hangry.
Sebagai alternatif solusi, kita dapat mengamalkan doa yang dipanjatkan oleh para pemuda Ashabul Kahfi berikut ini:
رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisiMu dan mudahkanlah bagi kami petunjuk untuk segala urusan kami.” (QS. al-Kahfi [18]: 10).
Doa ini mengandung dua pelajaran, yaitu doa agar Allah menurunkan rahmat dan petunjuk sehingga kita mendapat jalan keluar dari masalah yang kita hadapi dan ikhtiar yang harus kita lakukan.
Pertama, doa dalam hal ini supaya kita dapat mengelola emosi terutama marah. Misalnya, Rasulullah mengajarkan umat muslim untuk berdoa agar terhindar dari marah. Diriwayatkan, Sayyidah Ummu Salamah pernah meminta doa kepada Nabi Saw, lalu beliau memberi ijazah doa berikut:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ ، وَأَجِرْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Ya Allah, mohon ampuni dosaku; mohon hilangkan kemarahan hatiku; dan mohon selamatkan aku dari kesesatan fitnah setan.” (HR. Ahmad)
Teladan Rasul dalam Menjaga Pola Makan
Adapun ulama saleh terdahulu juga banyak mengajarkan amalan untuk mengontrol diri dari kemarahan. Faedah dari Imam Syafi’i misalnya, yaitu membaca surah al-Insyirah sebanyak tujuh kali dengan meletakkan tangan kanan di perut kiri (bagian lambung) supaya seseorang dapat mudah mengontrol emosi marah. Selain itu beliau juga mengajarkan agar membacanya setiap ketika akan makan agar tidak mudah lapar terutama saat puasa.
Kedua, dengan ikhtiar. Kembali merujuk hellosehat.com bahwa hangry disebabkan oleh makanan tidak sehat yang sering kita konsumsi. Seperti junk food yang umumnya memproduksi glukosa dalam jumlah besar. Ini membuat makanan terproses dengan cepat sehingga anda juga cepat merasa lapar kembali.
Pada akhirnya, makanan tersebut tetap akan membuat kita semakin merasa ingin marah saat lapar datang kembali (hangry). Jadi, memilih makanan kaya nutrisi terutama saat kita sahur itu sangat penting. Hal ini dapat membuat perut kita kenyang lebih lama, tanpa menumpuk kalori.
Rasulullah sendiri sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan juga memberi teladan kita dalam hal pola makan, beliau ketika bangun tidur tidak memakan atau minum apapun kecuali dengan madu. Sebagaimana berbagai studi menyatakan bahwa madu itu sangat bagus untuk pencernaan.
Agar badan kita selalu segar dan tidak mudah lapar atau mengalami hangry saat menjalankan puasa, maka ketika makan sahur kita bisa mencontoh Nabi Saw, yaitu dengan minum madu yang dicampur dengan air. Adapun caranya air segelas dituang madu lalu kita biarkan dan didiamkan semalaman baru kita aduk ketika akan diminum.
Rekomendasi Imam al-Ghazali
Ikhtiar lain yaitu dengan memperluas pengetahuan. Di mana bulan Ramadan ini, kita semakin mudah dalam mendapatkan siraman ruhani yang bertebaran di berbagai media. Misalnya, kita bisa membaca beberapa tips rekomendasi dari Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin pada bab tentang marah, maka kita memiliki wawasan untuk mengatasi rasa marah yang bergejolak:
Pertama, menyadari bahwa pahala menahan amarah itu sangat besar. Kedua, menakut-nakuti diri terhadap siksa Allah bagi orang yang melampiaskan kemarahannya. Ketiga, memperingatkan diri terhadap risiko ‘serangan balasan’ dari pihak yang menjadi sasaran kemarahan kita. Keempat, menyadari bahwa orang yang marah itu lebih mirip binatang buas.
Tips-tips tersebut hanya berupa pengetahuan. Maka tugas kita adalah mempraktikkan tips-tips tersebut, agar berubah menjadi pengalaman aktual. Misalnya, jika kita membaca kolom komentar di medsos yang bernuansa cibiran, hinaan, dan hate speech lainnya; maka kita berlatih tidak mudah terprovokasi untuk membalasnya.
Sama halnya, jika kita terbiasa menulis komentar pedas pada akun-akun kontroversial, maka di bulan suci ini perlu diminimalisasi, bahkan kalau bisa dieliminasi. Semua ini berdasarkan pesan suci Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:
“Jangan mencela ketika engkau sedang berpuasa. Jika ada orang mencelamu, maka katakanlah: ‘sungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR. Ahmad).
Hadis ini mengajarkan agar kita mengontrol diri (emosi) agar tidak mudah mencela dan tidak terprovokasi oleh celaan orang lain, karena khawatir pahala puasa menjadi hangus, sehingga kita hanya merasakan lapar dan dahaga, tanpa pahala. []