• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tren Pernikahan Dengan ‘Bule’ Bagi Gen-Z: Kontemplasi pada Veve Zulfikar dan Musthofa

Strata sosial maupun globalisasi mempunyai peran penting dalam meningkatkan peluang pernikahan amalgamasi

Moh. Nailul Muna Moh. Nailul Muna
24/06/2024
in Personal
0
Tren Pernikahan

Tren Pernikahan

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tepat pada hari Kartini, Minggu 21 April 2024, Veve Zulfikar secara resmi melepaskan masa lajangnya dengan menikah dengan Muhammad Musthofa Khon, seorang pria asal Uzbekistan. Saat pernikahan, usia veve termasuk masih muda yakni 21 tahun. Sedangkan Muthofa masih belum kita ketahui secara jelas.

Pernikahan Veve Zulfikar dan Mushofa

Pernikahan ini ramai diperbincangkan para netizen sebab selama ini tidak tersiar kabar adanya hubungan yang intens antara Veve dengan Musthofa. Namun sesaat menjelang pernikahan, secara tiba-tiba Veve mengunggah foto berlatar biru di akun IG-nya bersama sosok pria yang ia tutupi wajahnya.

Hal yang lebih mengagetkan setelah diketahui bahwa pasangan dari Veve merupakan warga Uzbekisten dan tidak menetap di Indonesia sebelumnya. Mereka saling kenal sejak tahun 2019 pada kegiatan PCINU di Korea Selatan dan kemudian menikah pada tahun 2023.

Adapun resepsinya baru berlangsung di tahun ini. Model pernikahan yang melibatkan dua pasangan berbeda negara sebagaimana tersebut merupakan jenis pernikahan ‘amalgamasi’.

Di sisi lain, tren pernikahan Veve dengan Musthofa memperbanyak daftar nama artis Indonesia yang menikah dengan bule. Maudy Koesnaedi, Shanty, Melaney Ricardo, Indah Kalalo, Marissa Nasution, Nadia Vega, Anggun, Cut Memey adalah sebagian dari sederet artis Indonesia yang menikah dengan ‘bule’.

Baca Juga:

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

Menikah atau Menjomlo: Mana yang Lebih Baik?

Baik kita sadari maupun tidak, fenomena pernikahan amalgamasi (berbeda suku bangsa) yang public figure lakukan bisa menciptakan tren pernikahan bagi para Gen Z untuk melakukan hal yang serupa. Terlebih, bahwa para artis memiliki jutaan pengikut di akun media sosial mereka.

Tren Amalgamasi di Indonesia

Amalgamasi dapat kita artikan sebagai perkawinan antarsuku atau antarras yang memiliki ciri fisik yang berbeda. Di sisi lain, term tersebut bisa kita artikan dengan pernikahan antara dua orang yang berbeda suku bangsa.

Berdasarkan sejarah, pernikahan model tersebut sudah mulai sejak tahun 1967-an di negara Amerika yang melibatkan suku berkulit putih dan suku berkulit hitam. Fenomena ini juga terjadi di berbagai penjuru dunia meski dengan model yang tidak sama persis.

Adapun dalam konteks Indonesia, pernikahan Amalgamasi dapat diarahkan pada realitas di masyarakat sejak zaman dahulu. Pada waktu itu, banyak kaum bangsawan yang menikah dengan kaum proletar. Semisal raja dengan rakyatnya.

Melalui sudut pandang yang lain, kenyataan yang semisal juga kadang kala terjadi antara anak kiai dengan orang awam. Bisa juga antara orang kaya dengan orang miskin atau orang yang dari suku Jawa dengan suku Sunda.

Oleh karena itu, pernikahan amalgamasi mempunyai corak yang beragam di Indonesia. Namun, hal yang paling menonjol sedari dulu adalah pernikahan yang melibatkan perbedaan kasta sosial sebagaimana dalam cerita Cinderella.

Hemat penulis, tingginya strata sosial yang seseorang miliki mempunyai andil untuk terjadinya pernikahan amalgamasi yang melibatkan pasangan berbeda negara sebagaimana kasus Veve dengan Musthofa.

Pernikahan dengan Bule: Perihal Strata Sosial atau Efek Globalisasi?

Mengingat perkataan orang tua yang sering mengatakan bahwa “nikah jangan dengan orang jauh-jauh, ini contoh ibu dengan abahmu yang beda desa saja”. Kurang lebih seperti itu perkataan kebanyakan orang tua yang tinggal di desa.

Pengalaman orang tua yang berbeda generasi dengan anak-anaknya sering kali terbawa dalam keputusan persetujuan orang tua untuk menikahkan anaknya. Fenomena tersebut mayoritas dialami oleh kolega penulis, meski sejatinya hal demikian masih bisa dinego oleh anaknya.

Perbedaan generasi yang berkaitan dengan besarnya efek globalisasi bagi Gen Z menyebabkan semakin besarnya peluang pernikahan amalgamasi. Secara spesifik, semakin luasnya akses internet yang disertai dengan semakin masifnya pengguna media sosial menjadi faktor utamanya.

Globalisasi dapat menghilangkan batas waktu dan jarak. Globalisasi juga mempermudah koneksi dengan orang-orang di dunia ini. Maka tidak heran, kita bisa melihat jutaan orang di dunia hanya dengan mencari tahu namanya di internet browser atau melalui pencarian akun di Instagram.

Faktor selanjutnya adalah strata sosial. Semakin tinggi strata milik seseorang, maka semakin besar kekuatannya untuk melakukan sesuatu. Jika kita tarik dalam fenomena nikah amalgamasi maka hampir semua orang yang melakukannya adalah orang yang kaya atau punya strata sosial yang tinggi. Berbeda lagi jika bule sudah menetap di Indonesia, sebagaimana pernikahan yang terjadi di Bali.

Pernikahan amalgamasi antara orang beda negara tentu punya risiko pengeluaran finansial yang jauh lebih tinggi. Mulai dari pembiayaan untuk agenda pernikahan dan juga transportasi beda negara. Maka tidak heran, pernikahan amalgamasi tidak diperuntukkan untuk setiap orang, namun bagi mereka yang secara sosial sudah mapan dan berkecukupan.

Dengan demikian, baik strata sosial maupun globalisasi mempunyai peran penting dalam meningkatkan peluang pernikahan amalgamasi. []

Tags: JodohperkawinanPernikahan AmalgamasiTren PernikahanVeve Zulfikar
Moh. Nailul Muna

Moh. Nailul Muna

Penulis berasal dari Lamongan. Ia merupakan alumni PBSB S1 UIN Sunan Kalijaga dan LPDP S2 UIN Syarif Hidayatullah dengan jurusan IAT. Latar belakang pendidikan non-formalnya yakni: PP. Matholi’ul Anwar, LSQ Ar-Rahmah, Sirojut Ta'limil Quran, Al-Munawwir, PPA. Nur Medina, dll. Beberapa kajian yang pernah digeluti penulis antara lain, kepesantrenan, Tafsir, Hadis, dan gender yang menjadi tema tesis. Pada saat ini penulis sedang mengabdi di UIN Saizu, UNU Purwokerto dan PESMA An Najah.

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version