• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Kesadaran Global tentang Kesehatan Mental Anak Pasca-Pandemi

Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan holistik, termasuk kesehatan mental, adalah aspek penting dari kehidupan

Yayat Hidayat Yayat Hidayat
29/06/2024
in Keluarga
0
Kesehatan Mental Anak

Kesehatan Mental Anak

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kesadaran global tentang pentingnya kesehatan mental semakin meningkat. Terutama setelah pandemi COVID-19 yang memaksa anak-anak beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh dan perubahan drastis dalam rutinitas harian mereka.

Data menunjukkan peningkatan tingkat stres dan kecemasan pada anak-anak selama periode ini. Yakni dengan sekitar 1 dari 7 anak di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi (UNICEF, 2021).

Di Amerika Serikat, sebuah studi oleh CDC (2021) menemukan bahwa prevalensi kecemasan pada anak-anak meningkat dari 7.1% pada 2016 menjadi 9.4% pada 2020. Situasi ini menekankan perlunya perhatian yang lebih terhadap kesehatan mental anak sebagai bagian integral dari pendidikan mereka.

Islam menekankan bahwa ketenangan hati dan pikiran adalah bagian penting dari kesehatan mental yang dapat tercapai melalui iman dan pengingat kepada Allah. Kita pun dituntut untuk menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental dan emosional, sebagaimana tercermin dalam berbagai ayat Al-Quran dan hadits. Allah Ta’ala berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS.Ar-Ra’d: 28).

Baca Juga:

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima dukungan emosional dari keluarga dan komunitas, serta memiliki dasar spiritual yang kuat, cenderung lebih mampu mengatasi stres dan kecemasan (Khouzam, 2017).

Selain itu, program-program yang menggabungkan teknik-teknik mindfulness dan pengajaran agama, seperti yang dipraktikkan dalam beberapa sekolah Islam, telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesejahteraan mental siswa (Saeed, 2020).

Contoh dari teknik mindfulness termasuk latihan pernapasan dalam, meditasi dzikir, dan refleksi diri melalui doa. Oleh karena itu, pendekatan yang menggabungkan intervensi medis dengan dukungan spiritual dan emosional bukan hanya memperkuat kesehatan mental anak-anak tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan mereka secara keseluruhan.

Peran Orang Tua dalam Kesehatan Mental Anak

Orang tua memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan mental anak. Menurut ajaran Islam, orang tua bertanggung jawab tidak hanya atas kebutuhan fisik anak-anak mereka tetapi juga atas kesejahteraan mental dan emosional mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah teladan utama dalam menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tindakan konkret yang dapat orang tua ambil termasuk menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung, mendengarkan dengan empati, dan mengajarkan anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka. Misalnya, mengadakan waktu khusus setiap hari untuk berbicara dengan anak-anak tentang perasaan mereka dan memberikan dukungan emosional saat mereka menghadapi tantangan.

Dalam studi yang WHO lakukan tentang kesehatan mental remaja pada November 2021, mereka menemukan bahwa satu dari tujuh remaja usia 10-19 tahun mengalami gangguan mental, menyumbang 13% dari beban penyakit global pada kelompok usia ini.

Depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku termasuk di antara penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja. Bunuh diri adalah penyebab kematian keempat terbanyak di antara mereka yang berusia 15-29 tahun.

Konsekuensi dari tidak mengatasi kondisi kesehatan mental remaja mencakup dampak pada masa dewasa, mengganggu kesehatan fisik dan mental, serta membatasi kesempatan untuk menjalani kehidupan yang memuaskan sebagai orang dewasa.

Pengajaran tentang nilai kasih sayang dan dukungan emosional kepada anak-anak sangat penting dalam pendidikan Islam. Kasih sayang adalah inti dari banyak ajaran Islam, dan ini harus kita terapkan dalam pendidikan anak. Strategi praktis untuk mengajarkan nilai ini termasuk memberikan contoh melalui tindakan sehari-hari, seperti menunjukkan kasih sayang dalam hubungan keluarga dan memberikan pujian serta dorongan yang tulus.

Allah Ta’ala berfirman:

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat:13)

Ayat ini mengajarkan pentingnya saling menghormati dan menghargai perbedaan, yang merupakan dasar dari kasih sayang dan dukungan emosional.

Orang tua juga dapat mengajarkan anak-anak untuk berempati dan membantu orang lain. Misalnya, mendorong anak-anak untuk berbagi dengan teman-teman mereka, membantu mereka yang membutuhkan, dan mengajarkan mereka untuk memahami perasaan orang lain. Ini tidak hanya memperkuat hubungan sosial anak-anak tetapi juga membantu mereka mengembangkan kesehatan mental yang kuat.

Dampak Positif Pendidikan yang Berbasis Kasih Sayang

Penelitian yang dilakukan oleh Stratton et al. (2004) juga menunjukkan bahwa program pelatihan keterampilan sosial dan pemecahan masalah seperti The Incredible Years Dinosaur Social Skills memiliki dampak positif yang signifikan pada anak-anak. Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan sosial dan emosional anak, tetapi juga meningkatkan kesiapan sekolah dan kesuksesan akademis.

Dengan mengajarkan keterampilan seperti literasi emosional, empati, dan keterampilan komunikasi, program ini membantu anak-anak mengembangkan hubungan yang lebih sehat dengan teman sebaya dan orang dewasa, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan pendidikan yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional cenderung memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik dalam menghadapi tekanan dan tantangan kehidupan.

Mereka belajar bagaimana mengelola emosi negatif, menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif, dan berinteraksi dengan orang lain secara positif. Hal ini tidak hanya membantu mereka dalam aspek kesehatan mental, tetapi juga dalam membangun pondasi yang kuat untuk kesuksesan sosial dan akademis di masa depan.

Pendidikan yang berbasis kasih sayang dan dukungan emosional juga dapat membantu mengurangi tingkat perilaku menyimpang dan agresif pada anak-anak. Dengan memberikan perhatian dan dukungan yang cukup, anak-anak akan merasa lebih aman dan terlindungi, sehingga mereka lebih mungkin untuk mengembangkan kontrol diri yang baik dan menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dengan demikian, pendidikan yang memperhatikan aspek emosional dan sosial ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental anak. Tetapi juga pada pembentukan karakter dan perilaku yang positif.

Dampak Teknologi terhadap Kesehatan Mental Anak

Pandemi meningkatkan penggunaan teknologi untuk pembelajaran jarak jauh, yang juga berdampak pada kesehatan mental anak-anak. Studi oleh American Academy of Pediatrics (2021) menunjukkan bahwa peningkatan waktu layar dapat berkontribusi pada masalah tidur, kecemasan, dan depresi pada anak-anak.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memantau penggunaan teknologi dan memastikan bahwa anak-anak tetap memiliki waktu untuk bermain di luar ruangan. Tujuannya agar berinteraksi secara langsung dengan teman-teman mereka.

Penggunaan teknologi juga dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial anak. Anak-anak yang terlalu banyak terpaku pada layar cenderung kurang berinteraksi secara langsung dengan orang lain, yang dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial mereka.

Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, bekerja sama, dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memperhatikan dan membatasi waktu anak-anak dalam menggunakan teknologi. Selain itu mengimbangi dengan interaksi sosial yang langsung untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial yang kuat.

Epilog

Pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental anak dalam pendidikan Islam tidak dapat kita sangkal. Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan holistik, termasuk kesehatan mental, adalah aspek penting dari kehidupan.

Orang tua memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental anak-anak mereka. Yakni dengan mengajarkan nilai-nilai kasih sayang dan dukungan emosional. Pendidikan yang berbasis kasih sayang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mental anak-anak. Tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting.

Orang tua dan pendidik kita harapkan memulai menerapkan nilai-nilai kasih sayang dan dukungan emosional dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan ajaran Islam sebagai panduan, mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental anak-anak.

Selain itu, orang tua dapat mencari sumber daya tambahan, seperti buku, artikel, dan organisasi yang fokus pada kesehatan mental anak-anak untuk membantu mereka dalam mendidik anak-anak mereka. Pendekatan lintas agama dan pengaturan batasan penggunaan teknologi juga merupakan aspek penting dalam memastikan kesehatan mental yang optimal bagi anak-anak di era digital ini. []

 

 

 

Tags: DepresiHak anakhari anak nasionalKesehatan MentalKesehatan Mental AnakKonvensi Hak Anakremaja
Yayat Hidayat

Yayat Hidayat

Perantau-Santri-Abdi Negara

Terkait Posts

Cita-cita Tinggi

Yuk Dukung Anak Miliki Cita-cita Tinggi!

19 Juli 2025
Mengantar Anak Sekolah

Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?

18 Juli 2025
Menikah

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

15 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh
  • Tantangan Menghadapi Diskriminasi Terhadap Penganut Penghayat Kepercayaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
  • Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ
  • Yuk Dukung Anak Miliki Cita-cita Tinggi!
  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID