• Login
  • Register
Kamis, 24 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Film Indonesia Bergenre Misterius Rata-rata Diperankan Perempuan, Mengapa?

Islam memandang perempuan bukan dengan sebelah mata. Kedua jenis kelamin ini memiliki potensi untuk berpikir dan memiliki akal yang sempurna

Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin
30/11/2024
in Pernak-pernik
0
Film Indonesia

Film Indonesia

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini drama di platform Vidio, Wetv, beberapa film di Netflix bergenre misterius. Usaha itu dapat membangun ketertarikan para kaum muda untuk nonton sambal berpikir. Berkaca dari film-film bergenre misterius ini dipecahkan permasalahannya oleh sosok perempuan.

Seperti film Switchover, Merajut Mendam, My Nerd Girl, My Ice Girl, Why? Keseluruhan pemeran utama film Indonesia ini ya perempuan. Bahkan, film bergenre horor yang misterius seperti siksa kubur pemerannya adalah seseorang perempuan untuk menjawab pertanyaan “adakah siksa di dalam kubur?”.

Sebenarnya ada apa dengan perempuan? Sepertinya, dunia industri sudah mengakui kehadiran perempuan di tengah masyarakat. Bahkan, beberapa film Indonesia belakangan ini berusaha mengungkapkan sifat-sifat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Sebagaimana, stigmatisasi masyarakat yang mengatakan bahwa akal perempuan di bawah laki-laki harus terhapuskan. “bila wanita sudah beraksi, dunia hancur” begitulah bait dari lagu Rossa yang berjudul Hey Ladies. Ternyata, ada yang salah dalam pemahaman orang-orang terhadap hadis yang diriwayatkan oleh seseorang bisa kita buktikan keshahihan hadisnya, yaitu Bukhari.

Stigmatisasi Masyarakat, Akal Perempuan Setengah Laki-Laki

Tertulis dalam buku karya Faqihuddin Abdul Kodir dengan judul “Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah” dalam sub bab “Separuh Akal dan Agama”. Hadis inilah yang menjadi perdebatan di kaum feminis.

Baca Juga:

“Nyanyi Sunyi dalam Rantang”: Representasi Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan

Menemukan Makna Cinta yang Mubadalah dari Film Sore: Istri dari Masa Depan

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

Dari Abu Said al-Khudriy, berkata Nabi Muhammad Saw. Berkata kepada mereka “Aku tidak melihat perempuan-perempuan (yang dianggap) kurang akal dan kurang agama, yang sanggup mengalahkan akal seorang laki-laki tangguh dan kukuh pendirian, kecuali ia ada salah satu dari kalian.”

Pandangan dari guru Faqihuddin Abdul Kodir yaitu Syekh Ramadan al-Buthy dan Syekh ‘Abd al-Halim Abu Syuqqah sebagai kalimat pemujian atau sedang bersenda gurau dengan para perempuan. Karena, terucapkan ketika sedang berhari-raya, saat orang Islam sedang bersukacita.

Teks utuhnya seperti ini: “saya kagum dengan para perempuan ini, (dianggap) hanya punya separuh akal dan agama, tetapi sanggup mengalahkan laki-laki yang paling pintar dan teguh pendirian sekalipun.” Narasi dari hadis tersebut tidak membicarakan persoalan norma agama, namun sebagai kalimat mujamalah.

Naqishati’alin bukan berarti kurang akal, melainkan kurang dalam berpikir. Kurang bepikir itu tidak bisa kita maknai dengan tidak mau berpikir. Melainkan kurangnya pembiasaan, kurangnya pembiasaan. Dengan begitu, hadis yang menjadi kontroversial tentang akal perempuan di bawah akal lelaki tidak bisa kita maknai secara literal.

Tidak hanya perempuan yang memiliki potensi kurang akal, namun lelaki juga bisa memiliki potensi tersebut. Selanjutnya, dalam tadarus kyai Faqih mengatakan bahwa hadis tersebut jangan kita gunakan untuk mendiskriminasi perempuan, karena berpotensi mencederai visi dan misi Islam yaitu rahmatan lil ‘alamin.

Keutamaan Akal bukan dari Jenis Kelamin

Teks hadis tersebut sama sekali tidak menetapkan akal perempuan bernilai separuh dari laki-laki. Bukan juga menunjukkan superioritas laki-laki lebih dari perempuan dalam berbagai hal, hanya karena jenis kelaminnya laki-laki. Islam tidak pernah membedakan jenis kelamin, ataupun rasis karena perbedaan ras, suku, atau asal usulnya.

Melainkan, Allah menilainya dalam keimanan hati dan perbuatannya. Kekurangan akal perempuan bisa karena struktur social yang tidak memberikan kesempatan untuk berpikir. Seperti, tersebutkan Rasulullah dalam hadisnya,

Dari Abu Hurairah r.a, berkata: Rasulullah Saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa kalian, tidak juga pada harta kalian, tetapi Dia melihat hati kalian dan amal-amal kalian.” (Shahih Muslim, Kitab al-Birr wa al-Shilah wa al-Adab, no.6708).

Begitulah cara Islam memandang perempuan bukan dengan sebelah mata. Kedua jenis kelamin ini memiliki potensi untuk berpikir dan memiliki akal yang sempurna. Dunia industri sudah mengakui peran dan kehadiran perempuan di tengah masyarakat. Hal ini mulai dengan penyebaran film bergenre misterius itu. Semoga ke depan tidak ada lagi masyarakat yang mendiskriminasi perempuan dengan akalnya yang dianggap kurang dari laki-laki. []




Tags: akalFilm Indonesiaislammanusiaperempuanstigma
Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin

Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Perlindungan Anak

Perlindungan Anak Sejak dalam Kandungan

24 Juli 2025
Hak-hak Anak

Menghargai Hak-hak Anak

23 Juli 2025
Keadilan

Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

23 Juli 2025
Nafkah Suami

Suami dan Istri Sama-sama Bisa Memberikan Nafkah Keluarga

22 Juli 2025
Saling Mengenal

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

22 Juli 2025
sharing properti keluarga

Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

22 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Sore: Istri dari Masa Depan

    Menemukan Makna Cinta yang Mubadalah dari Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Zina dilarang Agama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perlindungan Anak Sejak dalam Kandungan
  • “Nyanyi Sunyi dalam Rantang”: Representasi Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan
  • ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional
  • Mengapa Zina dilarang Agama?
  • Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID