• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Kisah Perempuan Beracun dari India

Sejarah tentang Vishakanya ini masih simpang siur, namun beberapa ahli menghubungkan kisah ini dengan konsep Ayurveda satmya di India.

Fadlan Fadlan
10/12/2024
in Pernak-pernik
0
Perempuan Beracun

Perempuan Beracun

770
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menurut ‘Secretum Secretorum’—yang berisi kumpulan catatan percakapan Aristoteles dan muridnya, Alexander the Great, yang telah hilang selama Abad Pertengahan. Dalam catatan tersebut Aristoteles pernah menasehati Alexander tentang bagaimana caranya agar ia tidak diracuni.

Aristoteles memperingatkan Alexander agar “tidak mempercayai perempuan untuk merawat tubuhnya.” Meskipun terkesan menjelekkan perempuan, Aristoteles mengatakan bahwa perempuan beracun bukan tanpa alasan.

Di zaman itu, penguasa India pernah beberapa kali mengirimkan gadis perawan untuk menggoda dan membunuh Alexander. Lebih dari itu, perempuan yang mereka kirimkan bukanlah perempuan biasa. Mereka terkenal dengan sebutan Vishakanya, yang secara etimologi Sansekerta berarti “gadis beracun”.

Menurut Kaushik Roy dalam karyanya ‘India’s Historic Battles: From Alexander the Great to Kargil’ bahwa Vishakanya merupakan perempuan muda yang bertugas sebagai pembunuh atau algojo selama era India kuno. Mereka bukan pembunuh biasa. Tetapi mereka membunuh dengan tubuhnya.

Darah dan cairan tubuh mereka konon sangat beracun. Sebagaimana yang tersebutkan dalam risalah ‘Arthashastra’ yang tertulis oleh Chanakya. Dia adalah seorang penasihat dan perdana menteri Kaisar Maurya pertama, Chandragupta (340–293 SM).

Baca Juga:

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Selain itu, keberadaan Vishakanya ini terkonfirmasi langsung oleh Socrates dan Aristoteles. Di mana Socrates dan Aristoteles pernah menyuruh budak-budak mereka untuk mencium perempuan yang dicurigai sebagai Vishakanya. Ketika budak-budak tersebut mencium Vishakanya, mereka pun langsung jatuh tersungkur dan mati.

Vishakanya diceritakan juga dapat membunuh dengan cara menggigit, meludah atau dengan melakukan hubungan seksual dengan targetnya.

Kemunculan Vishakanya

Dalam ‘Skanda Purana’, seorang gadis yang lahir saat matahari berada di konstelasi Chitra atau pada hari ke-14 kalender lunar tersebutkan akan ditakdirkan menjadi seorang Vishakanya.

Perempuan-perempuan itu tergambarkan akan menyebabkan “kematian suaminya setelah menikah dengannya selama enam bulan. Membuat rumah yang ditinggalinya menjadi kosong dari harta, dan menyebabkan kesengsaraan bagi keluarganya.”

Gadis-gadis muda yang ditakdirkan sebagai Vishakanya akan mereka besarkan dengan mengonsumsi racun dan penawarnya. Sebuah praktik yang sekarang kita sebut sebagai “mithridatisme”.

Meskipun banyak yang gagal dan mati, mereka yang berhasil bertahan hidup akan mendapatkan kemampuan yang kebal terhadap racun. Bahkan lebih dari itu: cairan tubuh mereka juga akan menjadi racun itu sendiri.

“Jika dia menyentuhmu, keringatnya bisa membunuh. Jika kau bercinta dengannya, penismu akan jatuh seperti buah matang dari tangkainya.” (Susruta Samhita 5.1.4-6)

Menurut Molu Ram Thakur dalam ‘Myths, Ritual, Beliefs in Himachal Pradesh’ bahwa awalnya seorang Vishakanya dikirim oleh menteri Nanda, Amatyarakshasa untuk membunuh Chandragupta Maurya.

Adaptasi melalui Perubahan Bertahap

Tersebutkan juga bahwa pendiri Dinasti Nanda, yaitu Mahapadma Nanda menggunakan Vishakanya untuk membunuh penguasa Dinasti Shishunaga, Kalashoka. Di mana keduanya berasal dari Kerajaan Magadha. Cerita-cerita ini sangat terkenal di Yunani kuno. Hingga orang-orang Yunani cukup paranoid terhadap gadis-gadis India.

Sharanya Manivannan dalam artikelnya di The New Indian Express menyebutkan bahwa kisah Vishakanya menginspirasi beberapa perempuan selama abad ke-16 dan 17. Salah satunya adalah Giulia Tofana dengan racun Aqua Tofana. Kisah ini pernah saya ulas pada 2022 silam dengan tajuk ‘Giulia Tofana: Kisah Perempuan Peracik Racun, dan Pembunuh Profesional’. 

Terlepas dari itu, meskipun kebenaran sejarah tentang Vishakanya ini masih simpang siur, namun beberapa ahli menghubungkan kisah ini dengan konsep Ayurveda satmya di India. Di mana secara kasar bermakna “adaptasi melalui perubahan bertahap.”

Satmya adalah alasan mengapa Anda tidak boleh meminum air keran di negara-negara tertentu. Meskipun orang-orang yang tinggal di sana boleh melakukannya. Namun, satmya menyatakan ketika kita telah terbiasa menelan sesuatu yang tidak murni, kita akhirnya menjadi kebal terhadap efek negatif akibat pengaruh air itu. []

Tags: AristotelesIndiaPerempuan BeracunsejarahSejarah DuniaYunani
Fadlan

Fadlan

Penulis lepas dan tutor Bahasa Inggris-Bahasa Spanyol

Terkait Posts

rajulah al-‘Arab

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

18 Juli 2025
Rabi’ah al-Adawiyah

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

18 Juli 2025
Sejarah Perempuan dan

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

17 Juli 2025
Menjadi Pemimpin

Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

17 Juli 2025
Ibnu Rusyd tentang

Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sirkus

    Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina
  • Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?
  • Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID