• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Berumah Tangga dan Pilihan Hidup Perempuan

Secara manusiawi perempuan sama halnya dengan laki-laki. Dia memiliki ruang dan kebebasan yang sama untuk menentukan pilihan hidupnya

Khairun Niam Khairun Niam
07/01/2025
in Keluarga
0
Rumah Tangga

Rumah Tangga

753
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Perempuan itu tugasnya ya di rumah, ngurus anak, beres-beres rumah, dan melayani suami.”

Mubadalah.id – Kalimat itulah yang sering kita dengar jika terkait status perempuan dalam rumah tangga. Tidak dapat kita pungkiri bahwa selama ini pemahaman yang melekat di masyarakat adalah segala bentuk pekerjaan rumah adalah tugas perempuan.

Dalam struktur rumah tangga perempuan kita anggap bertanggung jawab penuh atas segala kebutuhan domesti. Hal ini karena masih melekatnya budaya patriarki yang  tertanam dalam masyarakat, sehingga menyebabkan ruang perempuan hanya terbatas pada wilayah rumah dan dapur saja.

Padahal, dalam struktur rumah tangga tugas-tugas yang penulis sebutkan tadi tidak hanya bisa dilakukan oleh perempuan, tetapi juga bisa dilakukan oleh laki-laki. Sehingga dalam sistem rumah tangga perlu melakukan pembagian tugas antara lakir-laki (suami) dan perempuan (istri). Pembagian tugas tersebut berfungsi untuk memunculkan relasi kerja sama antara suami dan istri.

Pembagian Peran dalam Rumah Tangga

Dalam Islam setiap setiap hambanya memiliki kedudukan yang setara, baik laki-laki dan perempuan. Meski dalam rumah tangga pun secara struktural laki-laki lebih unggul daripada perempuan karena tuntutan sebagai pencari nafkah, dan perempuan dengan sekian tugas reproduksinya. Namun secara praktik kehidupan sehari-hari selama bisa kita komunikasikan, maka keduanya bisa saling berbagi dan berganti peran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Tentu saja harapannya adalah menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan tersebut kita memerlukan optimalisasi, terutama oleh kedua pasangan suami istri.

Baca Juga:

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?

Optimalisasi tersebut dapat kita wujudkan dengan bentuk kerja sama pasangan suami istri. Hal ini karena setiap individu memiliki keahlian tersendiri. Untuk mencari nafkah sudah pasti dibebankan pada laki-laki karena memiliki status sebagai kepala keluarga. Meski dalam kondisi tertentu ketika suami sakit atau terkena PHK, maka istri yang akan mengambil alih tanggung jawab itu.

Sedangkan perempuan memiliki hak untuk memilih menjadi ibu rumah tangga atau bekerja di luar. Jika perempuan mimilih untuk bekerja di luar, maka pertanyaannya adalah siapakah yang kemudian bertanggung jawab dengan pekerjaan rumah?

Tentu jawabannya adalah suami istri. Sebagai pasangan memerlukan pembagian peran dalam hal ini bukanlah bersifat permanen yang kita lakukan secara terus menerus. Melainkan bentuk relasi kerja sama antara suami dan istri.

Misalnya, istri mencuci suami menjemur, istri menyapu suami mengepel, istri memasak suami belanja. Begitupun sebaliknya. Meskipun keduanya bekerja di luar rumah, tetapi jika tugas dalam rumah kita kerjakan secara bersama-sama maka dapat menimbulkan kesan kesetaraan dalam rumah tangga.

Perempuan Bekerja Tidak Pernah Melupakan Rumah

Selama ini sentimen negatif terkait feminisme adalah perempuan selalu ingin setara dalam berbagai hal dengan laki-laki. Hal ini menimbulkan pandangan negatif terhadap perempuan bekerja yang memiliki keluarga. Alasannya karena dianggap akan lalai dengan tugasnya sebagai seorang istri, tidak peduli dengan keluarga, tidak paham mendidik anak, dan buta terhadap urusan rumah tangga.

Padahal, sebagaimana penulis sebutkan sebelumnya seorang istri tidak sepenuhnya harus mengerjakan rumah tangga. Karena pekerjaan rumah tangga dapat kita lakukan secara bergantian dengan para penghuni rumah. Dalam hal ini adalah istri, suami, anak, saudara, ibu dan ayah misalnya. Di sisi lain, seorang istri mempunyai hak untuk memilih.

Perempuan yang memilih bekerja di luar rumah tidak sepenuhnya melupakan tugas sebagai seorang istri karena naluri yang ia miliki. Naluri perempuan pada umumnya suka dengan kebersihan, kerapian, memasak dan lain-lain.

Oleh sebab itu meskipun perempuan memiliki pekerjaan di luar rumah, dia tidak akan meninggalkan perannya sebagai seorang istri apalagi seorang ibu. Dalam Islam sendiri memperbolehkan perempuan bekerja di luar rumah sesuai dengan kemampuan yang ia miliki.

Memiliki Pilihan Hidup

Perempuan sebagai manusia tentu memiliki pilihan hidupnya sendiri dari kecil, remaja, dewasa bahkan sampai menikahpun kehidupan perempuan tidak boleh terpenjara. Ketika masih kecil dia bebas memiliki cita-cita. Lalu saat menginjak dewasa dia berhak memilih jalan hidupnya, dan ketika sudah menikah dia tetap berhak menentukan pilihannya antara menjadi ibu rumah tangga, menjadi perempuan karir atau menjadi keduanya.

Baik atau tidak, sebagai manusia kita tidak boleh memberikan stigma negatif terhadap pilihan perempuan, karena pilihan hidupnya bukan sebuah kompetisi yang harus dicari siapa yang menang dan kalah. Tetapi pilihan tersebut adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai perempuan. Lagi pula pilihan dan keputusan yang perempuan pilih berangkat dari hati secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak luar.

Oleh sebab itu, secara manusiawi perempuan sama halnya dengan laki-laki. Dia memiliki ruang dan kebebasan yang sama untuk menentukan pilihan hidupnya. Apapun keputusan yang dia ambil menjadi ibu rumah tangga, perempuan bekerja, dan tidak menikah sekalipuan adalah pilihan untuk menjadi versi terbaiknya sebagai perempuan. Wallahua’lam. []

Tags: KesalinganKesetaraanMubadalahperempuanpilihan hiduprelasi kerja samarumah tangga
Khairun Niam

Khairun Niam

Santri yang sedang belajar menulis

Terkait Posts

Mengantar Anak Sekolah

Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?

18 Juli 2025
Menikah

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

15 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Penindasan Palestina

    Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID